12. Katanya, Kecapekan

99 32 9
                                    

*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*

Senyuman Ibu tatkala pintu terbuka seakan jadi penawar lelah yang menggerayangi Theo seharian ini. Syuting kali ini banyak mengambil adegan yang diperankan Theo. Maka dari itu dia harus merelakan Ryu jalan dengan pacar pertamanya—yang entah untuk yang pertama saja, atau untuk pertama dan terakhir.

"Udah lama Ryuda nggak ke sini." Ibu bertutur sembari memandang keluar.

Theo melempar jaketnya ke lantai sebelum merebahkan diri di sofa ruang keluarga. "Ryuda pasti ke sini," katanya lalu menekan tombol pada remote. "Eh tapi, Bu. Ibu tahu nggak, kalau Ryuda punya pacar?"

"Oh ya? Ibu nggak tahu tuh."

Theo angguk-angguk. "Baru aja jadian."

"Kok nggak bilang. Biasanya kalau ada apapun yang dia suka, dia langsung cerita sama Ibu."

Theo menggaruk kepalanya yang tak gatal. Entah bagaimana cara menjawab pertanyaan Ibu. Pasalnya Theo tidak tahu apa Ryu serius menjalani hubungannya atau justru tidak.

Getar pada ponselnya mendadak membuat Theo bersyukur. Setidaknya dia punya alasan untuk tidak menjawab Ibu.

"Sebentar." Theo beranjak lagi. Menjauh dari Ibu. Tangannya mengusap layar setelah melihat nama dokter Reza tertera di sana. "Iya? Apa?! Ryuda kambuh. I—iya, dok. Saya segera ke sana."

Sambungan telepon terputus diiringi keluarnya geraman panjang dari mulut Theo. Cowok itu hampir membenturkan kepalanya sendiri jika tidak ingat harus menemui Ryu di rumah sakit. Theo menarik kembali ucapannya barusan. Theo tekankan, dia tidak sudi bersyukur atas telepon tadi.

Segera, Theo menyambar kunci di atas nakas serta jaket yang tergeletak sembarangan di lantai. Cowok itu kalang-kabut. Bahkan rela berlarian meski lelah menderanya.

"Gate, kenapa?"

"Ryuda kambuh. Sekarang di rumah sakit."

Spontan, Ibu mematung seiring bekapan naik ke mulutnya. Sementara Theo tak mau membuang waktu dan cepat-cepat melangkah.

"Kok bisa? I—ibu ikut ya." Ibu berseru, bahkan menyusul Theo.

Theo yang terlanjur melangkahi ambang pintu, membalas, "jangan, lagi hujan. Aku nggak mau Ibu juga sakit. Ibu tenang aja, Ryuda bakal baik-baik aja. Aku bakal terus kasih tahu Ibu."

"O-oke. Janji kasih tahu Ibu, ya."

"Iya." Cowok itu akhirnya melengos pergi. Mengeluarkan motornya yang telah terparkir di garasi.

Tubuhnya gemetar. Bahkan berkali-kali dia gagal memasukkan kunci, sampai akhirnya setelah dia mendabik kuat speedometer, tangannya mulai bisa dikendalikan.

Ry, meski lo ngeselin, jangan tinggalin gue duluan.

"Hati-hati, Gate! Jangan ngebut!"

Terlambat. Motor Theo lebih dulu melaju dengan kecepatan tinggi. Menerobos tirai hujan dan kini membelah lautan kendaraan di jalan raya.

RYUDA : Bad Angel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang