*
Napas Ryu masih berderu cepat. Bergemuruh di dekat pendengaran Theo. Tangannya mengepal kuat. Tak mau beranjak dari rerumputan saat Theo membawanya ke taman. Kalau begitu jadinya, Theo tidak bisa terus marah. Sejenak, dia melupakan permasalahan antara dirinya dan Ryu. Sebab, hanya Theo yang tahu bagaimana menderitanya Ryu. Hanya dia yang bisa menenangkannya.
Sementara di bangku, Naka sudah agak baikan. Hanya sisa-sisa lamunan yang berusaha Theo buyarkan.
Theo mengurus keduanya—oh, ralat, tiga ditambah Elnandra yang masih merasa bersalah karena membuat keributan dan menimbulkan ketakutan. Dia melamun, meski Theo tahu, isi kepala anak itu tengah berkecamuk.
"Te.." lirih Ryu. Theo langsung beralih fokus padanya.
"Kenapa, Ry?"
Telunjuk Ryu yang bergetar menggantung di udara. Menunjuk bersamaan dengan pandangan kosongnya ke salah satu arah. "Anak itu meninggal. Tenggelam. Aku nggak bisa selamatin dia."
Naka langsung menegakkan posisi duduknya. "Basah. Banyak darah."
Theo dibuat mengernyit. Dia tahu apa yang terjadi dengan Ryu. Tapi untuk mengetahui permasalahan Naka, dia tidak berhasil. Namun. Theo merasa keduanya bersangkutan.
Ryu mendadak menangis. "Aku nggak suka di sini, Te. Mereka meninggal. Gara-gara aku."
"Nggak. Kamu nggak salah. Ry, kamu udah selamat. Kamu udah bebas. Mereka dapat apa yang mereka inginkan. Dan panda itu udah dapat hukuman."
"Beneran, Te?"
"Beneran, Kak?"
Naka dan Ryu bertanya hampir bersamaan.
Theo mengangguk. Entah bagaimana lagi cara dia untuk mengembalikan kesadaran mereka.
Napas Ryu lagi-lagi berderu. Lebih cepat dari sebelumnya. Sesak. Dia menutup telinganya. Ada gelegar petir, suara hujan, kecipak air, suara tali yang bergesekan, pecahan kaca, dan sirine mobil polisi yang memenuhi indra pendengarannya. Jadi satu paduan yang mematikan.
"Te!"
"Theo di sini, Ryuda."
Ryu mengepalkan tangannya di telinga. Membuat Theo berusaha keras untuk melepasnya tanpa harus menyakitinya. "Ryuda, nanti kamu sakit. Nanti telinganya merah. Kamu mau?"
Ryu menggeleng. Lantas setelah itu, tangannya melemas seiring dengan napasnya yang berderu normal. "Gate!" serunya.
"Ada apa, Ry?"
"Tadi gue ketemu panda. Lo jangan bohong kalau dia udah ditangkap."
"Itu boneka, Ryuda. Jangan takut lagi. Jangan.." Suara Theo melirih. Matanya berembun, menghalangi pandangan. "Jangan takut lagi.. gue mohon."
"Ini bukan salah kamu." Naka berujar.
"Nay, udah baikan?"
Naka mengangguk. Masih lemah.
KAMU SEDANG MEMBACA
RYUDA : Bad Angel [END]
Teen Fiction[RYDNIVERSE 1] Dari jutaan laki-laki di muka bumi ini, Ryuda jadi laki-laki pertama yang mau terjerat dalam kehidupan Naka. Dari sedikitnya perhatian yang Naka terima, hanya perhatian Ryuda yang mampu membuatnya menghangat. Hanya dalam sebuah pertem...