*
Kisaran waktu dua minggu berlalu. Proses syuting dan promosi telah digeluti para pemain dalam dampingan Renaldi. Tak jarang menerima perlakuan kurang baik dari sebagian orang pada satu atau dua tempat roadshow. Namun semuanya bisa terlewati. Buktinya, hari ini, sebentar lagi gala premiere terlaksanakan.
Karena kesan film ini adalah horor, semuanya—dari jajaran pemain, kru, sutradara, dan penyelenggara— menetapkan dress code serba hitam dengan bandana memuat judul film mereka yang kompak dipakai.
Dari saksi mata Theo, berbondong-bondong tamu menyesaki lokasi premier.
Masih banyak yang menantikan film mereka. Masih banyak yang menyayangi mereka. Termasuk menyayangi Ryu. Yaitu orang-orang yang bisa menilai sesuatu dari perspektif lain.
Namun yang berbeda kali ini, Ryu malah banyak menghindar. Entah itu saat media menyorotnya, saat aktor lain berusaha mendekatinya, begitu pula saat Theo ingin mengajaknya bicara. Semua terasa sulit.
Untuk film selanjutnya yang juga garapan Renaldi, Theo belum disibukkan apa-apa. Paling, hanya Naka dan aktor baru lainnya yang banyak disibukkan dengan pelatihan.
"Bang Theo!"
Suara adek gue.
"Tamu undangan spesial kita yang tercinta datang." Theo merengkuh tubuh gadis mungil yang menghampirinya. Alham—Nama dia memang selalu sukses membuat salah paham, lantaran seperti nama cowok dan seperti mau mengucap syukur. Jadi, teman-teman dan penggemarnya memangil dia dengan nama Alsya, gabungan Alham Syatifah.
Alsya ialah penulis muda yang karyanya melejit di tanah air, mulai dari cerita pendek, e-book, dan novel. Bahkan hampir dua kali novelnya di adaptasi ke film. Yang kedua adalah yang akan diperankan Theo dan Naka.
Ingat sosok yang menemani Ryu di rumah sakit bersama Ibu? Dia orang yang sama. Faktanya, Alsya lebih dulu dekat dengan Theo dibanding Ryu.
"Sukses ya! Ditunggu sesi syuting sama aku."
"Siap, Al."
"Mana Bang Ryu?"
Mata Theo terpejam sesaat bersamaan dengan kepalanya menggeleng. "Lagi butuh waktu sendiri."
"Gate! siap-siap!"
"Tuh dipanggil Bang Ren. Aku pergi dulu deh kalau gitu."
Theo mengangguk sambil memberi dekapan. "Pulang nanti ketemu Abang dulu ya."
Jajaran wartawan memenuhi sekeliling lorong tempat premier berlangsung. Para pemain disambut flash dan todongan handphone dari penggemar. Melakukan sesi pemotretan dan tanya jawab. Pokoknya, hanya dengan itu, Theo bisa melihat Ryu tersenyum, meski Theo yakin semua itu palsu.
Di hadapan kamera, Theo dan Ryu juga saling merangkul untuk bincang-bincang sambil tak lupa mempromosikan film.
"Jiakhh! Penasaran kan? Pokoknya nonton deh. Seru abis!" Theo berujar antusias. "Yang bilang cinta gue, gue tunggu kalian."
KAMU SEDANG MEMBACA
RYUDA : Bad Angel [END]
Teen Fiction[RYDNIVERSE 1] Dari jutaan laki-laki di muka bumi ini, Ryuda jadi laki-laki pertama yang mau terjerat dalam kehidupan Naka. Dari sedikitnya perhatian yang Naka terima, hanya perhatian Ryuda yang mampu membuatnya menghangat. Hanya dalam sebuah pertem...