50. Bawa Dia Kembali

62 22 0
                                    

"Ibu."

Sepatah kata dipenuhi getar yang lolos dari bibir Theo teramat cukup bagi Ibu untuk tahu bagaimana kondisi putranya sekarang. Dia kesepian, ketakutan, sekaligus kebingungan.

Ibu melangkah cepat di lorong antara dinding rumah sakit, menghampiri Theo sebelum memeluknya erat untuk lalu menumpahkan semua tangisannya yang tak sanggup beliau tahan.

"Ibu di sini, Gate. Ryuda... Ryuda pasti baik-baik aja, nak." Setidaknya itu harapan Ibu untuk putranya yang beliau harap bisa jadi kenyataan. Iya, Ryu pasti baik-baik saja. Dia kuat. Sejauh ini dia bisa bertahan.

Ibu datang tepat setelah tiga hari berlalu semenjak Ryu dinyatakan koma. Itu pun karena Ibu menelepon lebih dahulu pada Theo. Kalau tidak, beliau tidak akan mendapat kabar pasal Ryu dan tidak akan berada di sana sekarang. Sepertinya Theo sengaja tidak mau membuat Ibu khawatir dengan tak memberinya kabar. Tapi sekuat apapun Theo berusaha, ada satu titik di mana dia benar-benar tak mampu lagi menahan beban perasaannya.

Dan ini kali pertama Theo menyerah dalam waktu singkat.

"Ini sebenarnya kenapa, hm? Kok bisa Ryu begini?" tanya Ibu setelah mereka berdua duduk.

Ibu menatap ke sekeliling. Naka masih melamun. Elnandra tak menghiraukan apa yang ada di sekitarnya. Sementara Kamal bergeming tak tahu apa-apa.

"Galatheo, sayang?"

"Aku salah." Theo merunduk. Bahunya berguncang. Dan tak lama dia terisak. "Aku nggak bisa jaga Ryuda, Bu. Dia.. dia di belakang kita masih jadi peminum."

Ibu menghela napas gusar. Tangannya naik memegang kedua sisi kepalanya.

"Karena itu, Ryuda komplikasi lagi," sambung Theo.

"Nggak. Ini bukan salah lo, Bang."

Suara lain menyahut. Membuat semuanya mendongak sekaligus terperangah mendapati deretan pemuda yang berlarian di sepanjang koridor.

Theo sontak berdiri. Sahutan tadi berasal dari Doni.

"Kita juga salah. Kita semua justru takut sama ancaman Bang Ryu yang bikin kita nggak bisa cegah dia." Mika menunduk dalam. "Apalagi gue yang jelas-jelas ada di dekat Bang Ryu."

"Sori kita baru bisa datang sekarang, Bang. Keadaan berantakan. Apalagi ada hal gila lainnya yang datang." Milan menerangkan sembari sesekali melirik Kamal prihatin. Yang mana hanya dibalas pandangan kosong dari cowok itu.

"Ngomong-ngomong, kapan kita bisa ketemu Ryu?" tanya Joe.

"Sebentar lagi jadwalnya." Theo menggigit bibir. "Tapi jangan—"

"Gue ngerti. Cuma gue yang masuk kok."

Serempak, anggota Rydenix mengangguk setuju.

"Tapi Bang Joe abis Tante aja."

Ibu menengadah ketika Jonah menyebutnya. Anak itu memang selalu istimewa di mata Ibu.

"Bang Ryu pasti lebih butuh Tante."

Ibu tersenyum getir sebelum sedetik kemudian perhatian mereka semua tersita oleh derap langkah cepat dari arah yang sama dengan yang barusan dilewati Ibu dan anggota Rydenix. Bahkan Theo dapat memastikan bahwa derap langkah mereka sama. Yakni sama-sama membawa sesuatu yang dinamakan kekhawatiran.

RYUDA : Bad Angel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang