02. Menukar Uang Dengan Jasa

229 59 47
                                    

Lanjut nih bacanya

Kalau gitu, jangan lupa vote dan commentnya

Happy Reading Manteman

Bonus Pict: Galatheo tercinta

Bonus Pict: Galatheo tercinta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*

Terlalu awal dan terlalu singkat bagi Ryu bangun pada pukul tiga dini hari ketika di atas pukul dua belas malam dia baru bisa tidur. Alasannya sederhana, tak cukup hanya diserang makian dari Mama, dia juga diserang kebiasaan tak bisa tidurnya. Sisa-sisa pengar sehabis mabuk tadi malam ikut menggerayangi kepala.

Ryu berdiri, mengucek-ngucek mata seraya meraba dinding untuk menemukan saklar.

"Aaa.. goblok!" Ryu sontak beringsut mundur sembari mengelus dada saat lampu menyala. "Gila! Ngagetin aja lo!"

Theo—tersangka kasus pengagetan pada Ryu—berdiri sambil memberi cengiran.

"Datang dari mana lo? Bisa-bisanya udah ada di kamar." Mengesampingkan keterkejutannya, Ryu melangkah gontai menuju pantry. Tak lupa, Theo menyertai dari belakang.

"Gue kan punya akses buat ke sini. Sama kayak Bi Mai." Tanpa permisi, Theo membuka kulkas, merengkuh sekotak susu full cream, menuangkannya pada lowball glass yang tersaji di meja bar sebelum meneguknya lama. Hal itu sudah jadi rutinitas Theo tiap kali mengunjungi rumah Ryu. Hal pertama yang dia tanya atau sentuh setelah menemui tuan rumah, pasti susu full cream atau kalau tidak ada, sedikit alkohol cukup untuk menghilangkan dahaganya. Demikian sebaliknya, Ryu juga selalu menyediakan minuman itu khusus untuk Theo.

"Mm! Mm! Mmm!"

Ryu yang baru mau menegak alkohol mengernyit—sekaligus menghentikan aktivitasnya—ketika mendengar Theo bicara disaat mulutnya penuh. "Apa sih?"

Permukaan gelas terantuk meja cukup keras sebelum Theo membuka suara. "Jangan minum!"

Mata Ryu menyipit. Alisnya naik. Tumben.

"Lo nggak ingat—"

"Lo mau gue pukul?" Ryu berujar dingin.

"Silahkan."

"Lo mau gue musuhin?"

Hening sejenak. Theo mendadak tergagap. "E-nggak. Hehe." Telunjuk dan jari tengah Theo terangkat, menunjukkan tanda peace. Sebab Theo tidak akan mau mengorbankan hubungan persahabatan mereka.

"Lo ngapain bisa di rumah gue jam segini?"

"Diusir nyokap."

Ryu terkekeh tanpa menatap Theo.

"Jiakhh! Bau-baunya, lo juga bangun jam segini karena hal yang sama." Namun Theo adalah Theo. Orang yang peka dengan segala pergerakan Ryu.

Ryu berdecih. "Kalau ngomong bener aja." Ingatannya dibawa kembali pada saat Mama memakinya sebelum kembali memandang Theo. "Lo beneran diusir jam tiga sama Ibu?!"

RYUDA : Bad Angel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang