32. Boneka Simon

46 26 1
                                    

Dua pekan telah berlalu. Dua pekan itu pula Naka merasakan kehangatan Ryu. Semenjak Zean mengatakan kalau Ryu menolongnya, sejenak Naka lupa akan kekasaran cowok itu. Meski iya, perbuatannya memang tidak dapat dimaafkan. Menyita semua barang pribadi Naka, kelewat posesif, hingga berani mengancam.

Syukurnya, semua itu mereda saat Naka mencoba menurut. Beruntung pula, saat Ryu tak dapat mengendalikan emosinya, Theo berada di dekatnya, menahan cowok itu untuk tidak melakukan kesalahan lagi.

Semalam, syuting selesai. Untuk satu film. Iya, dengan cerita ringan, maka syuting berjalan lebih cepat. Hari ini para pemain dibebaskan. Ada yang mengistirahatkan diri dan ada pula yang memilih hangout seperti Theo dan Naka yang disertai Ryu.

"Penonton antusias dan welcome banget sama Naka. Banyak yang nantiin proyek kalian." Ryu tiba-tiba menceletuk di sela jarinya bergulir di layar ponsel.

Naka melirik sebentar. Penasaran. Ternyata isinya penuh dengan dukungan pada Naka di artikel dan sosial media.

"Selamat ya. Sukses terus," cetus cowok itu lagi. Namun kedengaran tidak tulus hingga menimbulkan rasa tak enak dari Naka.

Meski tatapannya terarah pada Theo yang sedang bermain walking dead sambil sesekali mengumpat, gadis itu melamun. Pandangannya mengabur. Begitu Theo menyelesaikan permainannya, Naka tersadar.

"Kayaknya dia juga bakal bisa menggantikan bahkan lebih dari Sora." Theo melayangkan senyum sebelum mereka melangkah ke tempat lain.

Naka tersipu. Bisa-bisanya dia disandingkan dengan aktris besar seperti Sora.

"Karena kasus kemarin-kemarin, kayaknya Sora bakal stop karirnya."

"Itu pun kalau dia masih punya urat malu. Kalau nggak kayak kebanyakan artis lainnya, tuh anak berani kok muncul di dunia pertelevisian." Ryu membalas. "Kayak sebelumnya. Lo nggak ingat? Kasusnya nggak sekali dua kali."

Naka menoleh pada keduanya secara bergantian. Mengikuti alur pembicaraan yang tampak seperti acara gosip. Sampai Naka berpikir 'oh ternyata cowok begini.'

"Terus lo?" Theo menatap nanar pada Ryu yang membalas dengan kedua alis terangkat.

"Apa?"

"Lo mau stuck gini aja? Udah dapat tawaran baru?" Theo bertanya dengan nada teramat pelan. Melihat wajah Ryu yang tertekuk disusul ekspresinya yang sendu, Theo merangkul Ryu. "G-gue nggak ada maksud buat bikin lo sedih begini, Ryuda. Ah lo mah."

Gelak tawa Ryu terdengar. "Gue nggak sedih, Tot. Cuma, ya..."

"Lo udah minta maaf. Hanindita udah konfirmasi kalau dia yang salah. Ada video-video lain yang bermunculan kalau Hanindita pancing emosi lo."

"Tapi gue juga sadar. Banyak orang yang udah kecewa sama gue sampai menutup mata untuk melihat dari sudut pandang lain. Media udah ngasih cap buruk ke gue. Nggak bakal ada yang ngasih gue tawaran lagi. Gue tahu diri, Gate." Ryu menyela cepat saat Theo baru membuka mulutnya. "Belum lagi, gue banyak salah sama aktor dan aktris lainnya."

"Tapi Sora-"

"Iya itu Sora!" Ryu agak berseru. Tak sadar kalau yang bicara bukan lagi Theo melainkan Naka. "Maaf. Itu.. Sora. Dan aku ya.. aku. Aku merasa, kurang ajar banget. Kesannya juga mengganti popularitas Sora."

"Oke. Untuk sementara ini, kamu rehat. Sekalian isi ulang energi kamu. Untuk sementara ini, anggap keputusan kamu memang yang paling tepat. Tapi kalau suatu saat kamu mau, kamu bisa kok. Orang-orang yang marah sama kamu itu nggak tahu gimana asal-usulnya." Bagai penenang, Naka mampu membuat Ryu luluh dan kehilangan kata-kata.

Ryu tersenyum di sepanjang jalan. Hingga pandangannya mendapati claw machine bertema Alvin and The Chipmunks. Matanya berbinar. Sama dengan dua pasang mata orang di sampingnya.

RYUDA : Bad Angel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang