Sepasang kaki yang memakai sepatu olahraga berwarna putih itu mulai memasuki gerbang utama sebuah rumah. Dia adalah seorang gadis berambut lurus, menutupi kepalanya dengan topi dan disambut oleh dua orang lelaki berjas serba hitam. Bahkan mulai dari kemeja mereka juga berwarna hitam, mereka adalah para pengawal di rumah itu.
Dia diam seribu bahasa, berjalan lurus tanpa senyum yang biasa ia lontarkan untuk kedua pengawal itu. Entah apa yang terjadi pada nona muda mereka, biasanya Azmi selalu ramah dan bahkan seringkali membawakan makanan untuk mereka sepulang sekolah.
"Apa yang sebenarnya terjadi dengannya?" bisik lelaki yang diketahui bernama Tom itu pada lelaki lain di sampingnya.
"Mungkin hari ini Nona Beehouwer tidak menemukan makanan yang menurutnya menarik," balas lelaki satunya yang terlihat lebih muda, nama dia adalah Garry.
"Padahal, dia selalu bersemangat ketika mengenalkan makanan-makanan yang baru dia lihat," sambung Garry, pemuda itu lantas tersenyum ketika melihat ke arah punggung Azmi yang tengah berjalan menuju pintu. Tapi senyumnya memudar kemudian, Azmi tak bersemangat sama sekali hari ini.
°~°~
"Kotak hadiah mana, yah?" gumam Hanum, ia keluar dari kamar dan membawa kotak hadiah di masing-masing tangan.
Ia sampai tak menyadari ketika Azmi baru saja masuk. "Kau sudah pulang?"
"Iya." Azmi terdengar ketus, ia berjalan seperti tak memiliki nyawa, raganya seolah memberitahu orang-orang bahwa ia tengah tak ingin diganggu.
Langkah gadis itu terhenti ketika baru saja menaiki satu anak tangga yang terhubung dengan kamarnya. Lantas berbalik dan menatap Hanum. "Kotak hadiah itu, lebih baik kaupilih yang berwarna cokelat. Aku melihat putrimu lebih senang dengan warna cokelat. Bahkan mulai dari tas hingga case ponsel, dia menggunakan warna cokelat," ucap Azmi.
Hanum membulatkan matanya. Bagaimana bisa Azmi lebih mengenal Lea ketimbang dirinya sendiri?
"Ck. Seorang Ibu malah tidak mengenal putrinya sendiri. Bahkan putri kandungmu sendiri pun, kau tak tahu apa yang dia sukai___"
"Bagaimana bisa kau mengambil hatiku, jika kau sendiri tak bisa mengenal putri kandungmu?" lanjut Azmi.
Ia kembali berbalik dan mulai menaiki anak tangga satu per satu dengan langkah gontai sambil meracau, "Padahal hadiah yang dia beri setiap Lea berulang tahun selalu dikembalikan."
Dia menggerutu lagi, seperti biasanya. Entah kapan Azmi akan menerima Hanum sebagai seorang ibu. Tapi bagaimana pun, setidakanya gadis itu selalu menutupi rasa bencinya pada Hanum di depan ayahnya, Tuan Jason Beehouwer.
°~°~
"Mamah ..., aku bahkan tidak punya kenangan apapun tentangmu." Jemari lentiknya mengelus sebuah foto yang tersemat di bingkai.
Kala itu, Azmi benar-benar kalut ketika mendapat omongan dari teman-teman di sekolahnya. Entah menurut siapa, anak tiri itu punya kasta yang lebih rendah dari seorang anak kandung.
Ingatannya tentang beberapa hari yang lalu benar-benar seperti jarum-jarum kecil yang menusuk secara bersamaan, ia tak mau mengampuni hatinya yang penuh dengan kesengsaraan. Yah, jarum-jarum kecil itu, adalah ucapan betapa menyedihkannya menjadi anak tiri.
"Hei, Azmi. Itu berarti, kau hanya anak tiri dari Jaksa Hanum, kan?" ucap seorang gadis yang tiba-tiba menghampiri Azmi.
Azmi yang semula tengah bersantai menyandarkan tubuhnya di dinding lorong sekolah sambil melipat tangan di depan dada, lantas menurunkan kedua tangannya dan berdiri tegap.
"Yah. Apakah berdosa hanya menjadi anak tiri?" sahut Azmi.
"Kupikir kau terlalu keterlaluan jika menjadi anak tiri yang punya kelakuan seperti ini. Aku yakin, Jaksa Hanum pun sebenarnya muak memiliki anak tiri sepertimu," hina gadis itu.
Mendengar ucapan itu, Azmi membulatkan mata, tangannya mengepal hendak memukul gadis itu. Tapi ia langsung tersadar jika hukumannya belum usai. Sementara itu, Azmi masih tetap terdiam dan gadis itu pergi bersama seorang temannya.
Mata Azmi mengendur setelah kedua gadis yang sudah mengeksekusi kosa katanya pergi. Ia menyandarkan punggungnya lagi dengan kasar ke dinding, lalu memasang earphone sambil mendengarkan sebuah lagu,
'Ya mengapa Tuhan terus membuat kita kesepian oh tidak tidak tidak tidak tidak tidak'
'Ya, meski penuh luka, kita bisa tersenyum jika kita bersama (jika kita bersama)'
'Berjalan sendiri (berjalan sendiri) di ujung jalan ini (di ujung jalan ini)' - A Supplementary Story : You Never Walk Alone by BTS.
Matanya mulai terpejam, meskipun Azmi selalu memiliki keraguan terhadap ibu sambungnya, tapi wanita itu sungguh sabar menghadapi tingkah lakunya. Hanya satu orang yang benar-benar ditakuti Azmi di dunia ini, yaitu sang ayah, Tuan Jason Beehouwer.
"Entah kenapa, aku selalu bertanya pada diriku siapa sebenarnya aku. Tiga karakter di dalam namaku. Ada nama Beehouwer di sana, yang menunjukkan bahwa aku adalah putrinya. Tapi entah kenapa, aku rasa, aku seperti tidak punya Ayah. Aku seperti tidak punya keluarga. Siapa sebenarnya aku?"
"Tuhan, aku hanya hamba yang suka mengeluh. Aku sudah dilahirkan di sebuah keluarga. Haruskah aku bersyukur, ataukah marah?"
"Aku cemburu, Tuhan. Meskipun earphone yang kupasang di telingaku ini menyamarkan suara-suara tawa itu. Meskipun aku punya ratusan ribu pengikut di sosial media, aku merasa kesepian. Aku cemburu dengan kebahagiaan orang lain. Aku cemburu dengan tawa mereka. Aku cemburu pada gadis bernama Lea, karena ibunya selalu mengingat hari ulang tahunnya. Aku benar-benar cemburu."
"Boleh kutambah lagi, Tuhan? Aku cemburu ketika melihat seorang anak yang mencurahkan isi hatinya sendiri pada Ayah mereka. Aku sungguh sulit dengan kehidupanku. Aku tidak tahu bagaimana caranya mendekat pada Ayahku sendiri. Ketika aku mulai bertingkah tidak sesuai norma, maka tamparan di depan orang-orang adalah jawabannya."
"Huft!"
"Aku kesepian, tapi lagu ini ...., selalu menghancurkan kesepian itu. Meskipun aku masih tetap sakit, setidaknya aku akan mengambil langkah untuk menjadi lebih bahagia," batin Azmi.
°~°~
Sekali lagi, keadaan yang menegaskan Azmi bahwa, ia benar-benar kesepian. Dari ujung koridor ia berjalan melewati anak-anak. Mereka tampak bercengkerama satu sama lain, saling bersahutan tawa. Tapi ia bersama dunianya sendiri. Dan ketiga gadis yang tampak berjalan bersama, yang satu bertubuh tinggi dan besar. Yang satu bertubuh mungil dan Azmi masih mengingat aroma dari tangannya, aroma terasi yang begitu kuat. Lalu gadis bermata sendu yang tampak mirip dengan wanita di rumahnya. Wanita yang selalu Azmi panggil dengan sebutan formal seperti 'Anda' dan 'Kau' ketika tidak ada sang ayah.
"Inikah yang disebut cemburu?"
Pikirannya kembali lagi pada foto yang tersemat pada bingkai. "Mah .... Aku bahkan tidak punya ingatan sama sekali tentangmu. Bagaimana bisa aku memiliki ingatan tentang Mamah ..., sementara mamah pergi ketika aku bahkan belum mengenal apapun di dunia ini?"
"Ayah ...., lelaki itu tak pernah menyukaiku," gumam Azmi dengan suara serak dan air mata yang menetes tanpa suara, isaknya hampir tak terdengar. Azmi menyetel musik begitu keras dari ponselnya.
Published on December 22, 2021
Happy Mother's Day
KAMU SEDANG MEMBACA
Terlalu Malas Jatuh Cinta ✓
Teen FictionAgaknya, jatuh cinta itu menyenangkan. Tapi bagaimana dengan Lea? Rasanya jatuh cinta adalah hal yang mustahil. "Aku lebih banyak membenci daripada mencintai," - Lea Bukan kisah badgirl, goodgirl, badboy, ataupun goodboy. Bukan juga kisah pangeran b...