3. Ben

63 11 2
                                    

Seluruh mata tertuju pada Ben. Kelas 11 IPS 3, dahulu anak-anak di kelas ini bukanlah mereka. Wajah-wajah yang berbeda. Atmosfir yang ia rasakan ketika berdiri di depan mereka pun berbeda. Biasanya, ia tak pernah sekaku ini ketika bersama teman-teman sekelasnya. Lingga, dulu dia ada di kelas ini. Meskipun Nomor Induk Siswa Lingga masih ada, tapi sosoknya sudah tinggal nama. Kejadian tahun lalu, membuat mereka bertiga harus berpisah. Dan Randu, ia menolak untuk berada di kelas itu lagi.

"Baiklah ... tanpa ibu perkenalkan pun, kalian sudah tahu siapa sosok ini, kan? Ben, Ibu harap ... kamu bisa menyesuaikan diri dengan mereka," ucap Bu Anggit seraya tersenyum menatap Ben, kemudian ia kembali ke mejanya.

Mata Lea masih menatap Ben penuh tanda tanya. Kakak kelas yang seringkali ia cari, sekarang berada di kelas yang sama dengannya.

"Jadi ... Kak Ben cuti selama setahun? Tapi kenapa?" gumam Lea.

°~°~

"Upacara Pindah Golongan Pramuka Penegak segera dimulai ..."

"Satu! Dua! Tiga ...!"

Para senior itu mulai menghitung, langkah peserta Persami mulai cepat. Tapi Lea menganggap itu adalah hal yang remeh, dia hanya pura-pura berlari ketika ada senior yang melihat. Tapi berjalan santai ketika tak ada mereka.

Pritt ... pritt ... pritt ...

Itu adalah suara peluit dari panitia Persami. Seluruh peserta menyadari bahwa itu adalah peluit yang berasal dari Sie. Keamanan, Sie. Acara dan Sie. Giat dan Operasi. Lea, saat itu dia masih terlihat polos dan masih mungil.

Dia juga masih menjadi junior yang terlihat malas-malasan dan tak patuh aturan. Ketika dikumpulkan di dalam lapangan, ia memilih barisan yang paling belakang. Sengaja untuk menghindari sengatan matahari, dan tentunya agar bisa berjongkok ketika lelah.

Upacara sudah memasuki sesi paling membosankan. Ketika tangan dilipat ke belakang, istirahat di tempat. Dan pembina upacara mulai berbicara.

"Selamat datang kepada para siswa-siswi baru SMA Lilac. Anak-anak yang kucintai ..."

"Huaa ..."

Ada yang terang-terangan menguap, padahal dia sendiri berdiri di barisan paling depan. Ada di shaf anak laki-laki.

"Mas yang di sana!" tegur Bu Hening, Kepala Sekolah cantik yang menjadi idaman para lelaki.

"Ngantuk, yah?" sambungnya sambil menampakkan senyum manisnya

"Hahahaha ..."

Menimbulkan gelak tawa di tengah-tengah upacara yang bagi mereka membosankan. Yang ditegur hanya tersenyum menyesali tingkah konyol itu. Dengan salah tingkah, anak lelaki dengan name tag 'Danang Prasetyo' itu menggaruk-garuk tengkuknya sendiri. Dia kemudian menanggapi Bu Hening dengan anggukan kecil.

Semua kembali terdiam setelah kejadian konyol itu menimbulkan gelak tawa. Bu Hening melanjutkan pidatonya. Lea hanya mendengar kecil suara di sana, hingga bosan pun menghampiri lagi.

Ia dengan kebosanan itu, memutar tubuhnya ke kanan, lalu ke kiri dengan tangan masih pada posisi istirahat di tempat. Sesekali menengok. Tak hanya Lea, siswi lain juga beberapa kali menoleh ke belakang.

Tentu saja karena rasa penasaran tentang kakak kelas yang tengah mengawasi mereka di belakang. Lea juga penasaran dengan nama itu, nama yang bagi Lea unik. Dia mencuri-curi waktu ketika kakak di belakang lengah.

"Ben ...," gumam Lea, sambil menatap ke depan setelah menoleh ke belakang.

Ia menoleh lagi. Dan mendapatkan nama kelanjutannya. Kemudian menghadap ke depan lagi, "Narendra S.," gumamnya lagi.

Terlalu Malas Jatuh Cinta ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang