Lea masih belum tertidur hingga pukul 00.00, ia melirik ke arah ponsel hingga melewati satu menit kemudian dan hari sudah berganti. Malam ini terasa berbeda. Setelah hujan reda dan jalanan masih basah, hingga titik-titik air yang masih menggantung pada teritisan atap rumah jatuh berbenturan dengan tanah.
Perlahan, rasa kantuk di matanya mulai berada pada puncaknya. Rambut Lea yang tergerai menutupi seluruh wajah gadis itu yang tertunduk pada meja belajar. Pandangannya menjadi gelap dan hampir kehilangan kesadaran. Dari tadi gadis itu hanya menatap layar ponsel, melihat wallpaper ponsel, foto dirinya sendiri dengan Ben yang sedang memakan es krim vanilla di pusat perbelanjaan dengan masih mengenakan seragam sekolah.
Drttt
Lea yang hampir saja terlelap, terbangun akibat getaran ponselnya. Tante Yessie menelpon di jam 00.47, Lea segera mengangkat telpon. Dari seberang sana, Lea mendengar Isak tangis dari Tante Yessie. Kemudian disusul dengan suara Om Liam, "Lea. Ben baik-baik saja. Jangan ke sini, kami hanya memberitahumu saja. Ini sudah malam."
"Tapi, Om. Saya harus melihat kondisi Kak Ben," rintih Lea. Ia juga tak kuasa menahan air mata yang jatuh menimpa pipinya.
***
"Ada cedera pada otaknya. Sepertinya, Nak Ben akan mengalami koma yang cukup lama. Kita berdo'a saja pada Tuhan agar kondisinya membaik."
Dokter baru saja keluar, hanya Tuhan yang bisa menyelamatkan Ben. Kondisi Ben memang tidak baik-baik saja. Setelah pengeroyokan yang terjadi tadi malam, Ben hanya bisa terbaring tak sadarkan diri. Ia terbaring lemah dengan beberapa alat terpasang di tubuhnya.
***
"Cepat! Cepat!" hardik seorang anggota polisi yang baru saja memborgol dan membawa keluar Jino, Tiko dan para gangster keluar dari mobil polisi. Beruntunglah, kejadian tersebut berhasil direkam oleh seorang pejalan kaki yang kebetulan melintas di jalanan tersebut hingga akhirnya ia bisa menelpon polisi untuk menyelamatkan Ben.
Jino menaikkan alisnya, dengan tatapan menghina ia mendongakkan kepalanya. Ia bahkan tampak percaya diri menghadapi para wartawan.
"Apa sebenarnya motif yang membuat anda mengeroyok korban?"
"Bukankah Anda putra dari Pak Hamam Suseno anggota Dewan?"
_______Jino Hamam Suseno (17) putra anggota dewan menganiaya BNS (18) pada malam Jumat sekitar pukul 23.00 waktu setempat. Korban mengalami cedera serius hingga mengalami koma. Diduga, penganiayaan tersebut karena rasa cemburu Jino terhadap korban lantaran korban memacari gadis yang Jino sukai sejak lama. Jino menjebak korban bersama temannya yaitu Tiko Edi Hidayat (17) yang juga anak seorang pegawai pemerintahan di Departemen Pendidikan. Mereka dibantu oleh sekelompok preman yang merupakan paman Tiko, paman Tiko tersebut adalah Adi Hidayat.
Beberapa timeline berita mulai bermunculan. Wartawan mulai berdatangan ke rumah Jino yang berimbas pada pemeriksaan Hamam Suseno selaku anggota dewan yang diduga menyelewengkan kekuasaan. Hamam saat ini hanya menggigit jari melihat berita-berita yang bermunculan di televisi mengenai dirinya. Apalagi, ada bukti yang ditemukan ketika Jino bermasalah baik di luar dan di dalam sekolah, Hamam seringkali menggunakan kekuasaannya untuk menyelamatkan Jino.
"Hamam Suseno Diduga Menyelewengkan Kekuasaan untuk Memperluas Industrinya di Kawasan Lingkungan yang Dilindungi."
"Dasar anak sialan!"
"Hei, Marti!" teriak Hamam. Ia beranjak dengan amarah yang menggebu-gebu. Menatap tajam sang istri yang tengah duduk bersantai. Seorang wanita berhiaskan kalung mutiara, cincin berlian dan permata. Dengan perasaan takut ia menghadap sang suami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terlalu Malas Jatuh Cinta ✓
Teen FictionAgaknya, jatuh cinta itu menyenangkan. Tapi bagaimana dengan Lea? Rasanya jatuh cinta adalah hal yang mustahil. "Aku lebih banyak membenci daripada mencintai," - Lea Bukan kisah badgirl, goodgirl, badboy, ataupun goodboy. Bukan juga kisah pangeran b...