32. Hilang

26 4 0
                                    

Berita yang muncul akhir-akhir ini terdengar menakutkan di telinga Hamam Suseno. Setelah One News mengungkap ke publik dan menggiring opini masyarakat mengenai dirinya. Seperti tak tahu malu, ia masih menuju gedung anggota dewan dan melaksanakan rapat seperti biasa.

Ia berangsur pulang dan rutinitas yang ia jalankan setelah Jino mendekam di penjara sedikit berbeda. Ia berada dalam keadaan was-was.

"Bedebah tua itu tidak memberikanku ruang untuk bernapas sedikit pun."

Hamam menenggelamkan tubuhya di atas sofa. Menaikkan satu kaki, memejamkan mata seraya menelentangkan kedua tangannya. Terbayang beberapa laki-laki berwajah menakutkan serta urat yang tampak tergaris di leher mereka. Hamam membuka mata.

Senyap, tak terdengar suara apapun di antara mereka. Hanya disekat oleh keheningan. Hamam terperanjat mendapati mereka. Seorang lelaki menyergap Hamam tiba-tiba, ia mengeratkan tali di leher lelaki itu. Hamam memberontak, mencoba berteriak, tapi suaranya telanjur lenyap. Ia tak diberikan kesempatan berbicara sedikit pun. Matanya melotot, mencoba tetap bertahan hidup.

"Pergi dari sini!"

"Ayo!"

Kedua lelaki itu pergi, setelah mendengar suara sepatu heels melangkah semakin dekat.

"Jangan bergerak!"

Sergap beberapa anggota lembaga antikorupsi. Seorang wanita dan beberapa lelaki yang menemani. Ia terkejut melihat Hamam tak sadarkan diri. Dengan posisi tubuh menggantung dengan leher terikat pada tali. Kedua lelaki yang mengikuti wanita tadi mencoba memegang tubuh Hamam. Namun, lelaki itu tak sempat mengambil sedikit napas untuk bertahan hidup. Sudah tak ada denyut nadi di pergelangan tangannya.

•••••

"Anggota dewan Hamam Suseno ditemukan meninggal dunia di kediamannya pada sore, Senin 9 Oktober 2023. Petugas lembaga antikorupsi yang hendak menangkap Hamam Suseno atas kasus penyelewengan kekuasaan dikejutkan dengan mayatnya yang tergantung dengan leher yang terikat. Diduga, Hamam Suseno mengakhiri hidupnya sendiri."

Darsa mematikan televisi begitu selesai melihat berita. Ia meletakkan remote televisi dan beranjak keluar dari ruangan. Mengambil jas yang tersemat dan segera turun menggunakan lift. Ia mengenakan jas-nya dan tak lupa menyematkan kacamata. Beberapa orang sudah menunggu di parkiran basement. Ia disambut dan keluar dari sana. Masuk ke dalam mobil, beberapa orang mengikuti dari belakang dengan mobil lain.

"Rumah sakit," ucapnya.

"Baik, Tuan."

Ia melihat ke sekeliling. Ada perasaan mengganjal setelah mendengar berita bunuh diri Hamam Suseno. Kematian Hamam Suseno tidak bisa diterima begitu saja. "Bunuh diri? Lelaki serakah seperti dia tidak mungkin mengakhiri hidupnya begitu saja."

Beberapa distrik terlewati, ia memakan sekitar lima belas menit dari kantor menuju rumah sakit, tempat Ben dirawat. Bergegas ia turun dari mobil, diikuti para ajudan dan sekretarisnya. Seorang wanita dengan rambut diikat terjatuh.

"Baik, Tuan. Saya sudah memesan kamar perawatan untuk Ben di Singapura."

Liam dan Yessie terperanjat melihat Darsa. Liam melangkah menuju Darsa sedikit lebih dekat menyambut dirinya.

"Mau apa Ayah ke sini?"

"Kau bertanya lagi mau apa? Of course I gotta bring my grandson to Singapore," tegas Darsa.

"Tidak, Ayah. Dia putraku,", tolak Liam.

"Dia pewaris tunggal semua bisnisku. Aku akan menindahkan hak asuhnya padaku," ancam Darsa.

"Ajudan! Bawa Ben keluar dari rumah sakit ini. Siapkan pesawat pribadiku untuk membawanya ke sana!"

Liam tak bisa mencegah Darsa. Ben yang masih tidak sadarkan diri dibawa oleh ajudan, serta bantuan perawat dan dokter di sana. Darsa berpikir bahwa Ben akan segera pulih jika mendapat perawatan yang lebih baik.

Terlalu Malas Jatuh Cinta ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang