4. Lea

53 9 0
                                    

Ben masih mengingat kejadian ketika dia marah saat Jino menghina gadis itu. Diam-diam ia memperhatikan Lea saat pelajaran Geografi berlangsung. Lea ada di seberang kiri tempat duduknya. "Dia sangat berani," gumam Ben sambil tersenyum.

Dilihatnya Lea tengah tertawa kecil terhadap guru yang menerangkan pelajaran itu. Setahu Ben, saat itu Lea masih terlihat pendek. Ben mengenal betul siapa Lea. Adik kelas yang ketika disuruh lari, dia malah berjalan santai. Diam-diam Ben sering memperhatikan Lea, saat gadis itu menoleh ke belakang, menoleh ke arahnya ketika upacara pelantikan Penegak.

"Apa dia mengingatku?" benak Ben bertanya.

Pandangan Ben kembali kepada guru yang tengah menerangkan mitigasi bencana alam. Sesekali dia tersenyum mendengar Pak Untung yang menerangkan mitigasi bencana alam dengan peragaan seolah dia adalah korban bencana gempa bumi.

"Argh ...!! Tolong ...!!" teriak Pak Untung.

Menimbulkan gelak tawa tak terhindarkan hingga memenuhi volume ruangan itu.

"Jika bersikap begitu. Apa kalian akan selamat? Ingat yah, ini bukan sinetron yang hanya teriak-teriak ketika si tokoh mengalami kecelakaan," ucap Pak Untung.

"Apa yang harus kalian lakukan ketika berada di ruangan?" tanya Pak Untung berlanjut.

"Berlindung di bawah meja dan menghindari kaca atau jendela!!" ucap seluruh siswa serempak.

Pak Untung kembali bertanya, "Lalu apa yang harus kalian lakukan ketika berada di ruang terbuka?"

"Menuju ke tempat terbuka, menghindari pepohonan dan tiang listrik ...!!" ucap mereka lagi serempak.

Pak Untung menampakkan seulas senyum. Senang dan bangga melihat antusias siswa-siswanya saat pelajaran Greografi berlangsung.

°~°~

Jam pelajaran berhenti begitu diakhiri dengan mata pelajaran Seni Budaya. Masing-masing dari mereka menutup buku dan diakhiri dengan salam oleh guru.

Lea beranjak dari tempatnya. Tidak, ada yang harus ia katakan dulu pada Ben, Lea menoleh dan berbalik ke Ben yang masih duduk di tempatnya.

"Kak Ben!" panggil Lea.

Ben mendongak lalu menjawab, "Iya. Kenapa?"

"Soal yang tadi pagi. Seharusnya Kakak tidak perlu melakukan itu. Aku takut jika Jino akan benar-benar membalas perbuatan Kakak. Lagipula ... kita bahkan baru saling mengenal," ucap Lea.

Kening Ben berkerut. "Baru saling mengenal?" benak Ben.

"Tapi aku sangat berterima kasih pada Kak Ben," ucap Lea lagi seraya mengangguk. Sebelum akhirnya ia berbalik dan keluar.

Ben segera menutup bukunya dan memasukkan buku-buku itu ke dalam kolong meja. Dia beranjak kemudian, mengejar Lea sebelum ia jauh dari pandangan.

Ben sudah ada di luar. Dan didapatinya Lea tengan berjalan di antara Paula dan Rere. Gadis dengan tinggi badan kurang dari 160 cm, bermata sendu, rambut lurus sebahu, dan warna kulit cenderung sawo matang. Ben sudah lama menyimpan ingatan tentang Lea sejak dulu. Yang berbeda hanya dia bertambah lebih tinggi dan ..., bertambah cantik.

Ben memanggil, "Lea!"

Ketiganya menoleh. Dilihatnya Ben tengah berdiri menatap Lea. Ben menghampiri mereka.

"Kalian mau ke mana?"

"Tentu saja mengisi perut, Kak Ben," cekat Rere.

Lea masih terdiam, masih memikirkan kejadian tadi pagi. Saat Ben meninju Jino karena menghina dia dengan sebutan 'pelacur'.

Terlalu Malas Jatuh Cinta ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang