26. Tak beres

2.8K 268 23
                                        

"Semua orang punya titik lelahnya. Biarkan, Biarkan dia tertidur damai walau sejenak, tanpa rasa sakit yang terus menghujam."
.
.
.
Happy Reading♡︎
Enjoy Our Imaginationシ︎
.
.
.





"Hoekk, uhuk uhuk, shh...." Kenzi terbatuk dengan nafas terengah-engah.

Sejak selesai melaksanakan sholat subuh tadi, Kenzi merasa ada yang tak beres dengan tubuhnya. Dimulai dari rasa pening, sampai munculnya rasa mual yang berakhir muntah muntah seperti saat ini.

"Uhuk, Hoekk hoekk, eunghh," ringis Kenzi saat gejolak mual itu kembali hadir, padahal tak ada lagi yang bisa dikeluarkan.

"Shh... eungghh," rintihnya meremas area perutnya yang kini terasa sangat sakit.

Kenzi mengatur nafasnya pelan, menetralkan rasa sakit yang dirasa. Dirinya mendongak menatap cermin yang tepat berada di depannya. "Kok pucet, ya? Ini Jian kenapa lagi, sih?" Heran Kenzi meringis melihat wajahnya sendiri yang saat ini terlihat seperti mayat hidup.

Ini bukan pertama kalinya bagi Kenzi. Entah sudah terhitung 2 atau 3 kali tubuhnya terus memberontak dalam seminggu ini. Bahkan dirinya saja baru tiga hari yang lalu sembuh dari demamnya.

Sekembalinya dari rumah sakit setengah bulan yang lalu, Kenzi masih baik baik saja. Kakinya pun sudah sembuh total. Sudah bisa turut andil dalam kegiatan rutin petakilannya.

Tapi entah mengapa, dalam minggu terakhir ini tubuhnya seperti terus memberi peringatan agar tidak terlalu menjalankan aktifitas yang berlebihan.

Cukup lama berdiam diposisi itu, Kenzi mulai menyalakan kran air. Sedikit membasuh wajah pucat nya serta tak lupa mengoleskan sedikit pelembab bibir guna memperlihatkan, bahwa dirinya baik baik saja meski nyatanya berbanding terbalik dengan kebenarannya.

Tak ingin mengulur waktu lebih lama lagi, Kenzi segera beranjak keluar kamar menyusul anggota keluarganya yang lain.

"Morning Dady, Morning Brothers," sapa Kenzi ceria setibanya di meja makan, tempat dimana keluarganya tengah berkumpul menunggunya.

"Morning too."
"Ayo, sini cepet duduk Ji, ntar telat lo." ajak Kayafas langsung dituruti Kenzi.

Setelahnya hanya ada keheningan, semua sedang terfokus pada acara sarapan paginya.

Hingga tak lama setelah itu, Kenzi bangkit sesudah memakan sedikit sarapannya, "Pa, Jian keluar dulu, ya. Jian tunggu di mobil ya Abang, jangan lama lama. Assalamualaikum," pamitnya ingin segera pergi dari sana.

"Loh, ga dihabisin dulu ini?" Heran Rendra melihat bungsu nya yang tampak terburu buru.

"Jian sudah kenyang, Papa," balas Kenzi sedikit berteriak sambil berlari menjauh.

"Kenapa si adek?" tanya Kevino yang entah pada siapa.

Kalandra menggeleng tanda tak tau. "Gue juga ga tau. ya udah, Pa, Alan pamit berangkat juga, Assalamualaikum." Pamit nya memilih segera menghampiri sang adik yang sudah menunggunya.

"Waalaikumsalam."

Kenzi berjongkok di semak semak samping rumahnya, dirinya sengaja untuk keluar mendahului yang lain saat perutnya terasa kembali di aduk.

"Hoekk, uhuk, hoekk...."
"Uhuk Hoekk, arrghhh," Erang Kenzi merasa kesal.

Bagaimana tidak? Baru saja dirinya memasukkan makanan sedikit ke dalam perutnya, dan sekarang, semua makanan itu harus kembali terbuang akibat gejolak mual yang dirasa.

"Ji, astaga lo ngapain di si--" Kalimat Kalandra terhenti, tatkala netranya tak sengaja menangkap sang adik yang tengah berusaha memuntahkan sarapan pagi yang baru dimakannya tadi.

KenZian [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang