"Jika lelah tinggal mengaku. Tuhan tak pernah menertawakan, apalagi aku."
.
.
.
Happy Reading♡︎
.
.
.
Enjoy Our Imaginationシ︎"Kenapa diam saja?" Kenzi menunduk dalam dihadapan sang papa dan para abangnya.
Dirinya terduduk kaku di sofa ruang keluarga. Tak cukup memiliki keberanian untuk melihat wajah memerah sang papa, lengkap dengan rahang mengeras dan otot menonjolnya yang benar benar menunjukkan, bahwa seorang Narendra sedang benar benar diliputi oleh emosinya.
Beberapa saat lalu, saat dirinya tiba dan memasuki rumah, Kenzi dibuat terkejut dengan kehadiran papanya yang ternyata sudah berada di rumah setelah beberapa hari melakukan perjalanan bisnis di kota orang.
Jika biasanya Kenzi akan menyambut dengan senang hati kepulangan Rendra, berbeda dengan kali ini. Justru dirinya lah yang disambut dengan berbagai pertanyaan intimidasi dari sang papa, hingga berakhir seperti sekarang ini. Diadakannya acara sidang dadakan yang terasa mencekam, membuat Kenzi rasanya ingin menghilang saja dari bumi ini.
"Jawab Papa, Kenzian." Suara tegas Rendra kembali terdengar.
Kenzi menarik napas dalam, "Bukan Jian papa...." Entah sudah keberapa kalinya kalimat itu terlontar dari bibir kecilnya.
Rendra menaikkan sebelah alisnya, "Papa tidak butuh jawaban itu, Kenzian! Papa tanya, kenapa kamu ambil punya dia? kenapa kamu mukul dia?!"
"Angkat kepala kamu, Kenzian! jawab pertanyaan Papa!"
Kenzian memberanikan diri mengangkat kepalanya, beradu tatap dengan manik elang sang papa, "Erland nakal, Papa. Jian ga suka," ujarnya mengadu.
"Papa tidak pernah mengajarkan kamu jadi seperti ini, Kenzian! Papa kurang apa sama kamu, hah?! Kurang, ya?! Kurang, yang Papa kasih, sampai kamu mempermalukan Papa dengan perbuatan nakal kamu yang kayak gini?!" tekan Rendra meluapkan emosi yang sedari tadi bersarang dihatinya.
Kenzi bangkit dari duduknya. Menatap tajam manik elang sang papa, "JIAN GA SALAH! UDAH BERAPA KALI JIAN BILANG?! BUKAN JIAN YANG AMBIL! JIAN MUKUL ERLAND, KARENA DIA NAKAL SAMA MAMANYA JIAN!" pekiknya mulai muak dengan segala tuduhan Rendra.
"BERANI KAMU MELAWAN PAPA, HAH?!"
"IYA! KARENA JIAN GA SAL--,"
Plakk
Satu tamparan berhasil mendarat dengan mulus di pipi sebelah kanan Kenzian. Meninggalkan bekas kemerahan berbentuk telapak tangan besar milik Rendra.
Kedua matanya tertutup, menikmati sensasi nyeri yang menjalar di pipinya.
Tapi, rasa nyeri itu tak sebanding dengan nyeri yang menusuk ulu hatinya saat mengetahui, tangan yang mendarat apik di pipinya itu adalah tangan pahlawannya. Tangan sang papa yang telah merawat dan membesarkannya selama ini.
"PAPA APA APAAN, SIH?!" pekik Kalandra. Tak menyangka Rendra akan menggunakan kekerasan seperti ini.
Terkejut? Tentu saja. Mereka semua terkejut dengan tindakan Rendra. Karena sejauh ini, yang mereka tau, papanya itu sama sekali tak pernah main tangan terhadap anak anaknya.
Dan sekarang, untuk pertama kalinya, tangan kekar yang biasanya melindungi itu terangkat untuk menampar pipi gembul milik si bungsu.
Semuanya terdiam kaku di tempatnya. Terlalu terkejut dengan keadaan di depan mata.
Kenzi tersenyum tipis, mengejek dirinya sendiri. "Haha, Papa nampar Jian... Jian nakal banget ya, Papa? Papa malu banget ya? Punya anak pencuri kayak Jian?" ujarnya bergetar dengan kekehan miris dan sorot mata yang nampak jelas menyiratkan kekecewaan.

KAMU SEDANG MEMBACA
KenZian [END]
Cerita PendekBukan cerita romansa yang berisi kisah perjuangan cinta, Bukan pula cerita BXB atau sejenisnya. Ini hanya cerita bertema Brothership, Kekeluarga an!. ❁---------------------------------------------❁ Menceritakan hangatnya sebuah keluarga yang penuh d...