18. Bukan Jian!

2.8K 273 37
                                        

"Jika salah, Perbaiki.
Jika gagal, coba lagi.
Tapi, jika kamu menyerah,
Semua akan usai."
.
.
.
Happy Reading♡︎
Enjoy Our Imaginationシ︎
.
.
.

Malam harinya, Kenzi masih tetap betah berdiam diri di kamarnya, sejak setelah makan siang sepulang sekolah.

Enggan menemui para kakaknya yang sudah berada di rumah sejak sore hari tadi.

Mungkin, kecuali Kalandra? Karena abangnya yang satu itu sudah bolak balik keluar masuk ke dalam kamarnya hanya untuk mengecek kondisinya yang jelas jelas baik baik saja, ah... tapi mungkin tidak dengan hatinya?

Kalandra heran dengan sikap Kenzi yang lebih pendiam seperti saat ini. Tak seperti biasanya yang akan petakilan ke sana kemari.

Jangankan Kalandra, Kenzi saja juga bingung pada dirinya sendiri. Benar benar bukan sifat dari si bungsu Bimantara.

"Ck, badmood banget sih. Ga like kalo gini," kesalnya entah pada siapa.

'Cklek'

Pintu kamar Kenzi terbuka. Menampilkan sang abang yang masuk dengan senyuman manisnya, "Yuk, turun. Abang sama mas udah masak makanan enak, loh." Ajak Kalandra menghampiri sang adik.

"Lo beneran gapapa, kan, Dek?" entah sudah ke-berapa kalinya pertanyaan itu terlontar dari sang abang.

"Jian gapapa Abangg. Ih, Abang kok ngeselin, sih. Nanya nya sama mulu dari tadi, ga ganti ganti," dumel Kenzi mulai beranjak keluar meninggalkan Kalandra.

"Ga biasanya lo kalem gini Dek. Gue lebih seneng ngeliat lo yang petakilan kek anak setan," gumam Kalandra pelan, yang ternyata masih bisa terdengar ke indra Kenzi.

Kenzian membalikkan tubuhnya menghadap Kalandra. Menatap sinis sang abang dan pergi meninggalkan Kalandra yang terperangah di tempat.

Tumben sekali? Kalandra kira adiknya itu akan melotot dan melontarkan kata kata, "Adek anak Papa. Berarti Abang ngatain Papa setan, dong? Aa', Kakak, Mas, Abang juga anak setan, dong?! Abang gak boleh gitu, tau! Itu namanya dosa, Abang. Durhaka!" Seperti biasa, yang akan Kenzi ucapkan ketika ada orang yang mengatainya.

Tapi ini? Kenziannya meninggalkannya tanpa sepatah kata omelan cerewet dari bibir kecilnya itu. Membuat Kalandra semakin yakin, ada yang tidak beres dengan si bungsu.

Tak ingin mengulur waktu terlalu lama, Kalandra segera menyusul ke bawah untuk melaksanakan makan malam bersama.

Makan malam kali ini berlangsung seperti biasanya, dengan beberapa perdebatan yang terlontar dari si rusuh Bimantara. Minus Kenzi, yang memang lebih memilih diam dari pada ikut merusuh bersama dua kakaknya.

"Besok masuk sekolah, Lan?" tanya si sulung diangguki Kalandra.

"Udah beneran sehat, lo?" sahut Kevin di kursi seberang.

"Ngapain masih ditanya, Kak? Udah jelas jelas dari tadi udah ngerusuh sama gue." Taukan? suara siapa?.

"Hm,"

"Berangkat pakai mobil aja, baru sembuh jangan keanginan dulu. Ekskulnya juga izin aja dulu," nasihat Kenan.

Kalandra mendengus, "Iya iya. Kalian bawel banget, sih. Gue cuma masuk angin kali, lebay kalian."

"Heh! Kita kayak gini karna perhatian sama lo, dongo." sewot Kayafas.

"Ya-,"

Ucapan Kalandra terpotong kala Kenzi berdiri dari duduknya. "Ekhem, Jian pamit ke atas dulu A', Kak, Mas, Bang. Ada tugas yang mau Jian kerjain. Makasih makan malamnya. Jian duluan," pamitnya meninggalkan meja makan tanpa menunggu jawaban para kakaknya.

KenZian [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang