WARNING‼️‼️‼️
sangat disarankan membaca dalam keadaan TIDAK SEDANG MAKAN.
Kamu tidak akan pernah tau rasa sakit tersebut, jika belum pernah mencoba nya secara langsung, bukan?
.
.
.
Happy Reading♡︎
Enjoy Our Imaginationシ︎
.
.
.Bagi seorang Narendra, kebahagiaan para putranya adalah paling utama. Kenan, Kevin, Kayafas, Kalandra dan juga Kenzian adalah semestanya.
Laki laki dengan penuh perjuangan itu akan rela melakukan apa saja demi kebahagiaan para putranya.
Narendra juga tak akan segan segan melindungi para buah hatinya sekalipun itu akan mengorbankan nyawa nya.
Begitu pula dengan kesedihan dan kesakitan. Kesedihan para buah hatinya juga akan turut menyakitinya. Sakit yang bisa kapan saja dirasakan para anaknya, juga pasti akan menusuk hatinya.
Karena sekali lagi, Mereka adalah semesta Narendra. Yang selalu diharapkan baik baik saja. Meski luka itu telah terpampang jelas didepan mata.
Empat bulan. Empat bulan luka itu menemani mereka. Luka yang hampir setiap detik menghantui mereka. Luka yang menimbulkan ketakutan mendalam di benak Bimantara sekeluarga. Luka yang sampai saat ini masih diperjuangkan kesembuhannya.
Selama empat bulan, monster jahat itu menyerang bungsu mereka. Dan selama itu pula Kenzian merasakan sakitnya. Entah sudah keberapa kalinya dalam empat bulan ini anak itu kambuh dan keluar masuk rumah sakit, karena penyakitnya tersebut.
Seperti halnya kali ini, pria paruh baya tersebut terlihat sangat telaten mengurut tengkuk bungsunya yang sedari tadi sibuk mengeluarkan isi perut.
Kenzian masih terus berusaha mengeluarkan gejolak gejolak tersebut meski sudah tidak ada lagi yang bisa dikeluarkan, semua makanan yang baru saja ditelannya, telah keluar tak tersisa. Menyisakan cairan cairan bening yang terlihat tak seberapa.
"Sudah? Ini sudah tidak ada yang dikeluarkan lagi loh, Nak," tanya Rendra mengelus leher belakang Kenzian.
"Uhukk, bentar, Pa. Masih mu--"
"Uhukk, hoekk, eunghh..."
Rendra terdiam seribu kata. Perasaannya semakin gelisah kala melihat banyaknya bercak darah yang turut mengotori wastafel tersebut.
"Ayo ke rumah sakit saja, Dek." khawatir nya.
Kenzian yang tengah mengatur napasnya tersebut sontak menggeleng ribut. Anak nakal itu kembali membantah meski diiringi ringisan kecil saat kembali merasakan sakit di area perutnya. "Enak aja Papa kalau ngomong. Gak mau, Jian harus sekolah besok,"
"Ck, ujian kan sudah selesai, Cil? Lo mau belajar apaan?" kesal Kayafas yang sedari tadi menunggu cemas diambang pintu.
"Class meeting itu penting buat Jian, Mas." jawabnya lirih.
Rendra berdecak pelan, saat mengerti betapa lemasnya tubuh sang anak. Pria paruh baya tersebut lantas mengangkat tubuh bungsunya untuk berbaring di ranjang.
"Abang panggilin dokter ya, Dek?" tanya Kalandra cemas.
Saat ini, seluruh saudaranya telah berkumpul di kamar Kenzian, untuk melihat kondisi si kecil tersebut. Terkecuali Kenan, yang memang masih berada di rumah sakit untuk mengurusi pasiennya.
"Gak mau. Jian gapapa, kok, Bang. Udah minum obat juga ini." bantah Kenzian, lagi.
Kayafas yang mendengarnya hanya memutar bola matanya malas. Tidak apa apa bagaimana? Padahal sudah jelas jelas adiknya itu tadi sempat mimisan, bahkan muntah hingga mengeluarkan bercak darah. Seperti itu masih dibilang tidak apa?

KAMU SEDANG MEMBACA
KenZian [END]
Short StoryBukan cerita romansa yang berisi kisah perjuangan cinta, Bukan pula cerita BXB atau sejenisnya. Ini hanya cerita bertema Brothership, Kekeluarga an!. ❁---------------------------------------------❁ Menceritakan hangatnya sebuah keluarga yang penuh d...