11.bawa ke psikopat

3.1K 231 27
                                    

"Sedang malas berpikir! Maunya dipikirin aja." -𝐾𝑒𝑛𝑧𝑖𝑎𝑛
.
.
.
Happy Reading♡︎
Enjoy Our Imaginationシ︎
.
.
.



Malam ini diruang rawat Kenzi terlihat cukup ramai dengan adanya kedatangan keluarga Fernando, serta keluarga Bimantara yang memang tidak beranjak sama sekali dari rumah sakit tempat Kenzi dirawat.

Bersyukur saja Kenzi menempati ruang VVIP yang memang bisa dijenguk oleh banyak orang. Sepertinya Rendra tidak akan membuat Kenzi merasa tersiksa mendekam di rumah sakit, melihat ruang rawatnya saja sudah seperti sebuah apartemen.

"Anak bunda keadaannya gimana sekarang? Udah baikan, Dek?" tanya Ghina yang duduk disamping Kenzi.

Kenzi tersenyum tipis, "Baik, Bunda. Jian sehat kok, Papa aja tuh yang alay sampe buat Jian opname gini." gerutunya sebal.

"Dih, sehat dari mana? Itu aja masih ga bertenaga, udah ngalah ngalahin monster yang biasanya lo serang." pedas Ghibran yang tengah duduk di sofa.

Kenzi menundukkan kepalanya, "Jian sehat kok! iyakan, Bunda?" tanya nya menatap manik mata Ghina yang tersenyum lembut padanya.

Ghina mengelus surai Kenzi, "Iya, Adek sehat kok. Sekarang dirawat dulu biar tambah kuat, oke?" Kean melengkungkan bibirnya kebawah, menggeleng dengan mata yang mulai berkaca kaca.

"Tapi, Bunda, tangan Jian sakit ditusuk jarum ini bun." Kenzi memperlihatkan tangan nya yang tengah di infus.

"Liat bunda!, jadi bengkak kan, tangan Jian? mana cuma sebelah yang gemuk, Bun. Gagal keren, kan?" lanjutnya membuat semua yang ada diruangan itu menggigit bibir menahan gemas.

Kenzi memang seperti itu, sifat manja dan rewelnya akan menjadi berkali kali lipat saat dia sedang sakit.

Ghina menggenggam tangan Kenzi yang diinfus,ditiup tiupnya pelan tangan itu, "Bunda tiup ya? Biar sakitnya ilang," ujarnya menenangkan.

Nando mulai berjalan mendekati brangkar Kenzi, mendudukkan dirinya disebelah ranjangnya, "Makanya, lain kali kalo Adek udah ngerasa ada yang aneh sama badannya, udah ngerasa sakit, pusing, atau apa, langsung bilang, Nak. biar cepet ditangani, ga terlambat kayak gini, hm." Nasehatnya membuat Kenzi semakin merengut kesal.

"Udah gitu masih sempet sekolah, Yah. Mana petakilan lagi," kompor Ghibran.

"Pas ditanya juga bilangnya baik baik aja, padahal nggak. Bandel sih! kapok kan, kamu? sampe di infus gitu?" timpal Kayafas

"Kok pada ngamok?" sewotnya menatap garang ke arah Ghibran dan Kayafas.

"Dih, siapa yang ngamok? Orang kita lagi ghibah kok, iya, kan, Ghib?" ujar Kayafas diangguki Ghibran.

"Dosa Mas tambah numpuk!"

"Dih, kata siapa? Ga dosa kali, orang yang di ghibah denger juga, kok!"

"Sama aja Mas, ghibahin Jian. Dosa Jian diambil mas."

"Mana bisa gitu?!"

Sudah terlihat perang dunia kesekian kalinya kembali datang, membuat mereka menghela napas lelah. "Bisa!  Udah Mas, Jian capek," ujarnya memejamkan mata, membuang nafas berat, bahkan untuk berdebat saja Kenzi sangat membutuhkan tenaga ekstra saat ini.

"Udah lah, Mas. lu gabisa ngalah banget ama adeknya." omel Kalandra jengah.

Kayafas mendorong pelan bahu Kalandra, "Dih, kayak lu suka ngalah aja. Biasanya juga lu suka debat ama Jian," bantahnya

"Ya tapi tau sikon, Mas. Bocilnya lagi sakit juga," bela Kalandra tak terima disalahkan.

" Nyenyenye... bentar lagi kalo Jian sehat, juga lu bakalan perang lagi, ama tuh anak! Ya, kan? Ngaku lu?!" cecar Kayafas menunjuk nunjuk Kalandra.

KenZian [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang