24. Back Home

2.7K 230 15
                                    

"Banyak Hal baik yang lahir dari luka, banyak kebahagiaan yang hadir setelah kecewa. Hidup nggak selamanya harus baik dan bahagia. Kadang kita harus ditumbuk untuk terus tumbuh."
.
.
.
Happy Reading♡︎
Enjoy Our Imaginationシ︎
.
.
.





Hari ini ada kabar gembira bagi kita semua. Karena hari ini, si kecil dinasti Bimantara itu telah diperbolehkan untuk pulang.

Tentu saja setelah melalui jerih payah yang cukup untuk membujuk kakak tertuanya agar mengizinkannya pulang. Dan dengan segala keterpaksaannya, Kenan memperbolehkan meski dengan bermacam macam syarat yang ia berikan untuk si bungsu keras kepala itu.

Rendra dan Kalandra sedang sibuk mengemasi barang barang Kenzi, sementara sang pangeran kecil hanya duduk memperhatikan dari sisi ranjang dengan mengayun ayunkan kakinya.

Sebenarnya Kenzi sudah berniat membantu, tapi papa serta abangnya itu dengan tegas melarangnya.

Kata Kalandra, Jika Kenzi turut membantu. Maka bukannya beres, justru akan bertambah berantakan akibat di porak porandakan oleh bayi itu.

Fitnah seorang Kalandra memang aneh, tapi tidak sepenuhnya salah, sih.

Sebenarnya Kayafas, Kevino serta keluarga Fernando juga ingin turut menjemput Kenzi. Namun, Rendra menyuruh mereka menunggu Kenzi di rumah saja.

Alhasil, hanya ada Rendra, Kalandra juga Kenan yang akan mengantar Kenzi pulang sampai tujuan.

"Nah, alhamdulillah selesai," ucap Rendra tersenyum menatap putra bungsunya. "siap pulang, jagoan?" Lanjutnya mengusap surai lembut si kecil.

Kenzi mengangguk antusias sembari menunjukkan senyuman secerah matahari miliknya. Membuat siapa saja akan ikut tersenyum gemas melihatnya, "Lets go pulang, Papa!" ujar Kenzi dengan semangat membara.

"Bentar Dek, tunggu a' Ken dulu," sahut Kalandra mendekati keduanya. "semangat bener mau pulang."

"Ya jelas dong, Abang. Adek baru bebas dari sangkar, tau!" jawabnya menggebu.

Kalandra hanya menggeleng heran, "Lebay lo. Sangkar sangkar,lo kira apaan, Dek." ujar Kalandra berdecak pelan namun tak dihiraukan oleh si kecil.

"Udah siap?" tanya Kenan yang baru saja masuk setelah beberapa waktu lalu pamit keluar untuk mengurus administrasi.

"Udah Aa'. ayok pulang!" jawab Kenzi dengan semangatnya.

Kenan tersenyum gemas  melihatnya, "Haha, iya Dek,iya. Ayo pulang," ujarnya lalu mengambil kursi roda dan mendekati si kecil.

Meski sudah dinyatakan baik baik saja, namun Kenzi masih sedikit tertatih saat berjalan. Terkadang dia juga masih meringis ketika merasakan ngilu diarea luka kakinya.

Dan Kenan tak mau ambil resiko dengan membiarkan Kenzi berjalan jalan. Apalagi mengingat tingkah adiknya itu yang kelewat petakilan layaknya bekantan lepas seperti kata Kayafas.

Bila tak dipaksa naik kursi roda, bisa bisa Kenzi akan berlari ke arah mobil karena terlampau senang diperbolehkan pulang.

"Buat apa, A'?" tanya Kenzi mengernyit saat kursi roda itu telah berada tepat di depannya.

"Ya buat kamu Dek. Aa' ga izinin kamu jalan," jawab Kenan santai mengabaikan tatapan melotot si kecil.

"Aa' kok gitu?! Jian bukan kakek kakek, Aa'!" bantahnya sewot.

Kenan mengangguk, "Iya, emang kamu bukan kakek kakek. Aa' tau."

"Terus?!"

Kenan mengangkat sebelah alisnya, "Ya terus? 'Kan ga semuanya yang naik kursi roda itu kakek kakek, Jian." Kenzi semakin menatap si sulung itu sinis "Ya, tau. Tapi Jian ga lumpuh! Jian bisa jalan, kok. Jian ga mau naik itu, ish." ujarnya sengit.

KenZian [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang