Bab 14 : Douglass tak lebih dari Iblis

33 6 0
                                    

Riana pernah mendengar rumor tentang jendral muda tersebut. Bukan dari kalangan warga awam, melainkan dari kalangan para tentara sendiri. Para tentara banyak yang membisikkan bahwa Douglass sebenarnya adalah iblis yang menyiksa bawahannya dengan dalih latihan. Dan kali ini, Riana mendapati ternyata rumor itu benar adanya.

Jikalau bawahannya saja sudah bersikap seperti iblis, maka kemungkinan besar atasannya juga iblis. Riana menanamkan hal itu dalam pikiran.

Brruuukk....

Tubuhnya kembali terhempas, mendarat keras dan berguling guling di lantai sebelum menabrak dinding. Kepalanya sakit, seolah mau pecah. Dan pandangannya kini berputar putar karna berguling di tanah.

"Hanya seperti ini saja kekuatanmu? Kalau kau turun di medan perang, kuyakin kau takkan bertahan sehari di sana." Suara seorang pria berdering di kepala Riana. Riana berusaha berdiri, menelan darah yang keluar dari gusinya dan menatap tajam pria yang tadi menghajarnya habis habisan.

Pria itu tersenyum meremehkan. Lihat saja Riana sekarang, baru bertanding beberapa menit saja sudah K.O. Dan ketika melihat Riana berdiri meski babak belur habis dihajar, merupakan sesuatu yang pantas ditertawakan. Mungkin pria itu akan kagum jika itu bukan Riana. Tapi nyatanya pria itu malah menganggap tindakan Riana sebagai kebodohan semata. Bukankah dia lebih baik menyerah? Pikir pria itu.

"Qolbu," Riana memanggil nama pria itu. Orang yang bernama Qolbu itu tersenyum mendapati Riana memanggilnya. Apakah ini akhirnya gadis itu akan menyerah?

Tapi nyatanya Riana bangkit demi menantang Qolbu sekali lagi. Qolbu mengecih sebal. Tapi dia akan terus meladeni Riana.

Dan pertarungan terus berlanjut. Pertarungan dengan tangan kosong. Tanpa senjata api, tanpa pedang bahkan tanpa hal sederhana seperti tongkat. Hanya berbekal kepalan tangan saja.

Qolbu adalah tangan kanan Douglass, selain Valya. Jika Valya terkenal menangani urusan kecil yang bersifat privat dan mendapat perintah langsung hanya dari Douglass, beda halnya dengan pemuda dengan seragam militer bernama Qolbu ini.

Jika melihat dari jabatan, posisi Qolbu satu tingkat lebih rendah dibandingkan jabatan jendral sendiri. Dia dipercaya oleh Douglass demi memimpin pasukannya. Sikapnya yang keras dan tegas memang mirip Douglass jika sedang memimpin tentara. Dan meski umurnya jauh lebih tua dibandingkan sang Jendral, Qolbu sendiri selalu menghormati Jendral. Di dunia ini, role model-nya adalah Jendral Douglass itu sendiri.

Dan kini Qolbu sedang dimintai Douglass untuk melatih Riana. Dengan dalih keamanan, Douglass ingin Qolbu membagikan sedikit kemampuannya dalam menumpas lawan. Bagaimanapun, Riana adalah orang penting bagi Douglass. Dia harus tetap aman. Douglass nyatanya tak bisa mempercayakan keamanan Riana hanya pada Mai dan Nai.

Riana sebenarnya tak apa. Dia juga merasa diuntungkan karna dapat menambah ilmunya dalam bela diri. Tapi pemikiran itu langsung tandas ketika tahu bahwa Qalbu sendiri yang akan melatihnya.

Dan entah dapat firasat dari mana, Riana dapat merasakan kalau Qolbu masih membencinya. Mungkinkah itu karna dialog Jendral-Lia sebelumnya? Tapi bukankah peristiwa itu sudah lebih dari dua bulan? Sekuat itukah dendam Qolbu pada orang yang menghina Jenderalnya?

"Kita lanjutkan lagi besok," Qolbu angkat tangan ketika Riana sudah tak lagi berdiri. Melatih Riana itu sangat sulit, menurutnya. Dan dia juga tak bisa menggunakan cara kasar mengingat Jendral kini dekat dengannya. Bisa bisa dia dapat masalah nantinya.

Riana yang baru saja selesai bangkit berdiri menghela napas lega. Akhirnya latihan keras hari ini selesai juga.

Dan keesokan harinya, hal yang sama kembali terjadi. Qolbu dengan kekuatan yang ia miliki berhasil membombardir Riana dengan tinjunya yang keras. Seperti kemarin, kali ini pun pertarungan dengan tangan kosong. Dan sedari awal Riana memang tak yakin kalau dirinya bisa mengalahkan Qolbu hanya dengan ukuran kekuatan. Karna bagaimanapun Qolbu sendiri adalah pria, dan bukan rahasia lagi kalau pria lebih unggul dalam kekuatan dibanding para wanita.

Karmalia : Ramalan TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang