Bab 11 : Arti ramalan Raja Natra yang sebenarnya

45 5 0
                                    

Riana tersentak pelan ketika dia sadar kembali dari ingatan masa lalunya. Dia menghela napas, seolah ada beban berat tak kasat mata yang menghimpit dadanya, membuatnya kesulitan bernapas.

Sudah berapa lama aku di sini? Sembari memikirkan itu, Riana mengusap kaca jendela yang kini berembun. Udara dingin. Hujan mengguyur lebat di luar. Langit di luar sana kini sudah menggelap, berganti malam. Dan mungkin malam ini, dia kembali tak bisa tidur nyenyak.

Mungkin dua bulan? Atau tiga bulan? Batinnya pada diri sendiri. Dirinya pun tak tahu pasti. Yang jelas, sudah berbulan bulan dia berada dalam pengawasan Douglass. Dan di sini, di ruangan ini, dirinya tinggal. Dengan akses keluar masuk yang sangat terbatas.

Douglass menyediakan ruangan ini di dalam rumahnya untuk Riana. Tentu saja dengan para pengawasnya sekaligus. Kalau begitu, tak ada bedanya dengan mengurung Riana. Tapi Riana tak peduli. Toh sudah tak ada lagi yang tersisa di dunia luar sana kecuali perang. Hanya Zaganos saja orang yang dikenalnya.

Sebenarnya dia ingin sekali bertemu dengan kakaknya Lia itu, tapi itu jelas mustahil. Apalagi jika membahas Lia. Riana yakin kalau Zaganos sudah tau segalanya. Dan mungkin pada akhirnya Zaganos akan berakhir membencinya.

Kembali dirinya melihat pantulan samar di kaca depan matanya. Masih sama. Yang terpantul di sana adalah sosok gadis usia empat belas tahun. Dan yang membedakan kini hanyalah gadis itu lebih tepatnya Riana tahu kalau dirinya takkan tumbuh. Dan sebagai tambahan, dia tahu kalau dirinya takkan mati dengan mudah.

Pernah beberapa kali dirinya berpikir untuk memotong nadinya dengan pisau makan. Dan pada akhirnya dia hanya mendapati dirinya terlalu pengecut untuk melakukannya. Dia terlalu takut untuk mati. Entah karena dia memang ingin tetap hidup atau sekedar dia tak berani melukai dirinya sendiri.

Dan sebab jalan keluar itu sudah dicoret dari opsi melarikan diri Riana, kini tak ada jalan yang mungkin terbuka. Bahkan Douglass sendiri pernah berkata kalau dia takkan membebaskan Riana sebelum keinginannya terwujud.

Lantas memangnya apa keinginan Douglass itu sendiri? Entahlah. Yang jelas ada yang dicarinya. Dan jawabannya berada di dalam buku itu. Itu sebabnya Douglass hampir setiap hari menyuruh Riana membuka buku itu.

Tapi nampaknya jawaban yang ia cari masih belum berhasil dia temukan. Dia masih mengurung Riana di sini.

Dan kenapa jawabannya belum juga ditemukan? Jangankan jawaban, bahkan buku itu sekarang tak memberikan tau apa apa pada pemiliknya, Riana. Riana masih terombang ambing dalam dunia ini. Dia tak tahu caranya kembali ke dunianya yang bernama bumi.

Riana menghela napas sebelum akhirnya berjalan meninggalkan jendela menuju nakas di samping tempat tidurnya. Di sanalah buku itu berada. Buku yang memiliki nama Buku Masa Depan.

Kali ini Riana membukanya kembali. Dan masih sama, hanya lembaran kosong berwarna hitam yang ia dapati. Sama seperti sebelumnya, memang ada bagian yang menceritakan sedikit kisahnya di masa lalu—pertemuan dengan Douglass tepatnya—tapi hanya sebatas itu. Setelah kejadian yang menggambarkan kematian Lia, tak ada lanjutannya. Hanya kosong. Dan ini membuat Riana bertanya tanya. Apakah seiring waktu, kejadiannya akan terungkap? Atau buku ini hanya akan mengisahkan kejadian pentingnya saja? Dan meninggalkan hari hari tak penting seperti sekarang? Riana tak tahu jawabannya.

Dan menurut Douglass, hal itu dikarnakan Riana belum terlalu dekat sebagai pemilik Buku Masa Depan. Statusnya saat ini hanya cukup untuk menggambarkan kejadian di masa lalu, belum sampai masa sekarang apalagi masa depan. Tapi memangnya apa yang bisa dia lakukan untuk mendekatkan diri pada buku ini?

Memikirkan hal itu membuat Riana menghela napas lelah. Betapa rumitnya buku ini.

Sampai kapan dia akan digantung tanpa harapan seperti ini?

Karmalia : Ramalan TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang