Gadis itu sekeras mungkin berusaha berenang. Dia tak ingin mati. Tidak sekarang. Dendam ini harus dibalaskan. Dia diberi kesempatan kedua karna itu.
Tapi sekeras apapun dirinya mencoba berenang, semakin lama tubuhnya semakin berat dan lemas. Dia kehabisan tenaga. Nyatanya berenang membutuhkan banyak energi dan dia tak punya stok energi sebanyak itu. Sedari awal dia memang sudah memprediksi dia takkan bertahan lama. Paling hanya satu jam. Dan satu jam itu dia tak bisa gunakan dengan maksimal.
Hingga beginilah akhirnya. Matanya berkunang-kunang dan pikirannya juga menolak bekerja. Sampai sampai dia melihat fatamorgana daratan. Ah.. Betapa indahnya daratan bagi orang yang putus asa berenang sepertinya.
Dia tak tahan lagi. Kakinya kram dan tak mau bergerak. Perlahan tapi pasti dia tenggelam. Tak sempat merasa panik, sambil berharap kemudian dia akan mengapung. Tapi nyatanya tidak, dia tetap tenggelam.
Dan sebelum dia kehilangan kesadarannya, dia bisa melihatnya. Di kedalaman air, dia bisa melihat anak laki-laki itu. Mengulurkan tangan padanya, berharap anak laki-laki itu akan membantunya.
o0o
Benar saja, anak laki-laki itu membantunya. Dan sekarang duduklah gadis itu di sebuah ruangan kecil nan hangat. Di depannya ada sepasang suami-istri dan anak laki-laki itu. Mungkin merekalah orang tua anak itu.
"Dia tidak ingat apa-apa, apa yang harus kita lakukan padanya?" sang istri berkata prihatin sambil menghujani gadis itu dengan tatapan kasihan. "Kita tak tahu dimana orang tuanya."
"Mungkin dia terjatuh ke sungai dan hanyut," pikir sang suami. "Kita mungkin bisa menemukan keluarganya jika kita menyusuri sungai itu."
"Bagaimana bisa kita menyusurinya. Sepanjang sungai hanya ada hutan dan tebing yang menjulang?!" kata sang anak laki-laki bersungut-sungut. "Tidak bisakah kita merawatnya saja? Dia bisa menjadi adikku."
Mendengar keinginan putranya, kedua orang dewasa itu hanya bisa saling tatap. Mempertimbangkan sesuatu dalam diam dan membuat sang laki-laki itu menjadi kesal. "Hei, aku akan menjaganya dengan baik. Sungguh?!"
Dipikiran anak laki-laki itu orang-tuanya tidak setuju karna dirinya tak bisa menjaga adik dengan baik sehingga dia berkata seperti itu.
Dan mendengar ucapan anaknya yang tetap ingin menjadikan gadis kecil ini sebagai adiknya, akhirnya sang ayah luluh. "Baiklah, dia akan menjadi adikmu tapi dengan syarat kau harus menjaganya sebaik mungkin. Kita juga harus mencari keluarganya, akan menjadi masalah besar jikalau ternyata keluarganya mencarinya."
Mendengar itu sang anak laki-laki mengangguk antusias. Dia menemukan adik barunya.
o0o
"Aku Zaganos. Tapi karna kau adalah adikku, kau harus memanggilku kakak." Anak laki-laki itu memperkenalkan diri dengan penuh penekanan. Dia tak mau dipanggil Zaganos oleh adik barunya. "Lalu siapa namamu?"
Mendengar pertanyaan itu, gadis kecil yang lebih kecil lagi dari Zaganos hanya bisa menelengkan kepala. "Zaganos, ingat kita sudah menanyakannya berkali-kali. Berhentilah bertanya tentang namanya," Peringat ibu Zaganos lembut. Zaganos nampak seperti lupa fakta itu.
"Lalu ibu, kita harus memanggilnya apa?" Zaganos bertanya polos. Ibunya nampak berpikir, mungkin sedang merangkai nama baru sebagai nama sementara.
"Karmalia," gadis itu berkata pelan. Agak malu-malu, dia melirik kedua orang itu.
"Ah, jadi namamu Karmalia?" Zaganos berkata memastikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karmalia : Ramalan Takdir
FantasySemuanya menjadi kacau ketika hari ulang tahun Riana yang ke empat belas. Sakit yang hampir saja merenggut jiwa dan kesadarannya menbuatnya berhalusinasi bahwa dirinya benar benar tak waras saat itu juga. Memangnya siapa yang akan menyangka kalau Ri...