Riana bisa melihatnya. Dengan mata kepalanya sendiri, dia bisa melihat sosok itu. Sosok itu melindunginya. Bahkan ketika Raja Bal memerintahkan para prajurit untuk menyerangnya, sosok transparan itu tetap berdiri di hadapannya. Dan dihadapan sosok itu, Riana bisa melihat selaput tipis yang melindungi dirinya dari semua serangan yang dilancarkan.
Teringat Riana akan perkataan Bibinya, akan ada orang-orang yang melindungimu. Karna itu jangan sekalipun kau merasa takut saat menghadapi orang-orang yang mengancammu. Perkataan bibinya kembali terbukti benar. Ada yang melindunginya sekarang.
Saat Riana masih kecil dan mendengarkan kata-kata itu, Riana berpikir kalau dia adalah tuan putri terhormat yang mendapat perlindungan dari para pengawal setianya. Rasanya cukup menyenangkan. Tapi kini Riana tahu bahwa perasaan itu hanyalah perasaan kekanak-kanakan yang masih Riana alami ketika kecil. Dan kini Riana sudah menjadi gadis yang besar, dia bisa mengerti perasaan menjadi putri yang dilindungi.
Rasanya tak menyenangkan.
Rasanya malah mengerikan.
Melihat orang yang melindunginya, dia tentu cemas. Tapi melihat banyaknya korban yang jatuh karna dirinya yang dilindungi, perasaan itu mampu mengaduk-aduk perut Riana.
Api telah padam, dan kulitnya yang sebelumnya terbakar kini juga kembali seperti semula akibat kekuatan penyembuhan sosok tersebut. Bahkan rambut-rambut kepalanya, semuanya tumbuh kembali dari semula yang seharusnya gosong dan terbakar.
"Dia adalah monster, bunuh dia!" Raja memerintahkan dari atas podium pada para pasukannya untuk membunuh Riana-kembali.- Dan menanggapi perintah sang Raja, satu bah pasukan berlari dengan mata penuh niatan membunuh dan menetapkan Riana sebagai targetnya.
Sebagian menggunakan pistol, tapi ada juga yang menggenggam pedang, tombak dan berbagai senjata lain. Dan senjata itu kini mengarah ke Riana dengan kecepatan tinggi.
Ada sebuah tembok transparan yang berdiri tepat di hadapan sosok itu, seolah menjadi penghadang, seolah menjadi tameng. Setiap anak panah yang dikerahkan para pengawal Raja, tak ada satupun yang dapat mengenai Riana. Dan sosok itulah yang menciptakan tembok itu.
"Dasar manusia-manusia rendahan. Apakah kalian tidak bisa belajar dari kesalahan yang sudah kalian perbuat?" geram sosok itu sembari mengibaskan tangannya.
Para tentara itu sudah dekat, wajar saja sosok itu menjadi kesal. Dan ketika tangannya menghempaskan udara, udara itu bergerak cepat dan memadat membentuk pisau angin yang panjang. Bentuknya melengkung seperti sabit bulan, dan bentuk itu membesar, mengikuti jangkauan seragan.
Tak ada yang sempat menghindar. Sabit bulan angin dengan telak menghantam para tentara barisan depan, menghantam tubuh bagai pisau tajam dan membuat luka yang teramat sangat dalam hingga tak ada bisa bernafas setelah menerima serangan itu.
Ya, semuanya mati.
Tapi seolah belum cukup dengan kematian barisan depan para prajurit, sosok itu kini mengangkat tangannya ke langit dan berseru. "Hei kalian manusia-manusia bodoh. Betapa lancangnya kalian menyentuh pemilik Buku Masa Depan. Dan sekarang, terimalah hukumannya!"
Seketika itu langit bercahaya. Dan ketika Riana menengadahkan kepalanya, dilihatnya ada sebuah lingkaran besar. Lingkaran itu berwarna keemasan dengan diameter satu meter. Lingkaran itu berpendar, juga beriak bagai kolam yang ditiup sepoi-sepoinya angin. Dan bukan hanya satu, lingkaran itu muncul banyak sekali, memenuhi langit di atas stadion.
Para penonton yang tadinya bingung dan tak tahu apa yang terjadi sudah bergerak cemas ketika para prajurit mati tepat di lapangan stadion.
Tapi pergerakan itu lebih lambat tenimbang cahaya-cahaya yang keluar dari lingkaran itu. Cahaya itu panas, bersinar dan melesat cepat bagaikan sinar laser. Dan bukan hanya satu, cahaya panas yang pastinya mematikan itu keluar dari setiap lingkaran. Yang artinya, sinar itu sebanyak lingkaran yang tak terhitung jumlahnya di langit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karmalia : Ramalan Takdir
FantasySemuanya menjadi kacau ketika hari ulang tahun Riana yang ke empat belas. Sakit yang hampir saja merenggut jiwa dan kesadarannya menbuatnya berhalusinasi bahwa dirinya benar benar tak waras saat itu juga. Memangnya siapa yang akan menyangka kalau Ri...