Bab 27: Jawaban Riana

24 4 0
                                    

"Kau bukanlah dia. Kau hanya mengambil wujudnya," simpul Riana setelah berpikir sekian lama. "Kau mengambil wujudnya dan dendam dalam hatinya."

Spirit di depannya tersenyum tipis. Dia baru saja mentransfer ingatan dan menempatkan Riana dalam sudut pandang Mal, istri Dougglas yang tewas hanyut di sungai di bawah jurang.

"Seperti yang dibicarakan mahkluk lain, pemilik Buku Masa Depan memang peka."

Mendengar suara itu melintas di kepalanya, Riana hanya bisa tersenyum kecut. Pada akhirnya wanita transparan ini menyelamatkannya demi suatu hal. Dan demi bisa kembali ke dunianya, Riana diharuskan membunuh Douglass? Itu adalah hal mustahil.

"Aku benar-benar bisa mengembalikanmu kembali ke dunia asalmu, asal kau mau bekerjasama denganku."

Tawaran itu cukup menarik sebenarnya dan tak bisa ditolak. Tapi Riana kembali menepis pikirannya. Ia takkan terlibat dengan konflik di dunia ini. Dia terlalu trauma saat berhadapan dengan masalah besar.

Lantas kalau dia menolak tawaran ini, bagaimana caranya dia akan kembali?

Tak ada jawaban. Spirit itu sebenarnya memanfaatkan kelemahan ini.

"Aku tak bisa membunuh seseorang," ungkap Riana setelah sekian lama. "Apalagi orangnya adalah Douglass, dia punya pertahanan diri yang tinggi."

Memang konyol memikirkan Riana bisa membunuh pria tangguh itu dengan tangan kecilnya. "Tapi aku juga ingin kembali, karna itu-"

"Riana!" tiba-tiba terdengar seruan dari luar kamar, memotong pembicaraan mereka berdua. Spirit dan Riana sama-sama menoleh sebentar, sebelum akhirnya kembali saling tatap-tatapan.

Dan tanpa perlu berkata lebih lanjut, tubuh Spirit itu menipis sebelum akhirnya buyar di udara.

Hanya tersisa kamar tidur biasa dengan Riana yang termenung di dalamnya.

"Riana!" Tapi tiba-tiba pintu kamar menjeplak terbuka lebar. Riana bahkan sampai tersentak kaget mendengarnya.

Seorang wanita datang dengan wajah peluh penuh dan napas yang memburu. Dia mendobrak pintu kamar Riana yang memang tak terkunci. Dalam sekali pengelihatan, Riana langsung mengenalinya sebagai Nai, salah seorang dari saudari kembar di rumah ini.

"Riana," katanya lagi dengan napas memburu sambil menekuk lututnya lelah. Dia mencoba menstabilkan napasnya. Melihat dia yang bekerja sebagai pelayan di kediaman Douglass yang teramat besar sampai kehabisan napas, Riana tak tahu lagi berita apa yang dibawanya. Entah kenapa Riana merasakan firasat buruk. "Kami harus pergi."

Serasa ada sengatan listrik menjalar di punggung Riana. Dia terdiam dan kehabisan kata-kata. Nia dan Mia harus pergi? Kenapa dan kemana?

Riana tak tahu alasannya. Dan tepat saat termenung itulah, Nia membalikkan badannya.

"Tunggu, Nia!" Riana masih sempat mencekal lengannya. "Kenapa-kenapa kalian harus pergi?"

Nia terdiam sesaat. Dia berpikir mungkinkah lebih baik dia memberi tahu temannya itu? Entahlah, dia tak berpikir itu akan berakhir menjadi ide bagus.

Tapi tepat saat itu, tiba-tiba berlari ke arah mereka seorang wanita muda. Saudari Nia, hanya beda satu huruf dari namanya.

"Nia, kita harus bergegas." Mia berkata panik. Dia melihat Nia dan Riana terdiam, seketika pahamlah dia.

"Apa yang terjadi?" Riana bertanya panik. "Kalian kenapa harus pergi?"

"Ada urusan mendesak."

Bahkan Mia menolak menjelaskan. "Kami harus pergi."

Karmalia : Ramalan TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang