Bab 16 : Perpisahan dan pertemuan

22 6 0
                                    

Pada akhirnya Valya membiarkan perahu itu mengikuti arus. Dia tak lagi mendayung setelah selesai bercerita. Keheningan menemani perjalanan mereka. Hanya aruslah yang berbicara sendirian.

Riana mengambil bungkusan makanan. Hari sudah mulai siang, mereka butuh makan siang. Mengambil satu roti dan memberikannya pada Valya, Riana lantas memakan roti baru yang diambilnya. Mereka makan sambil ditemani suara arus air.

"Setelah ini kita akan melewati Perbatasan." Valya berkata memberi tahu. Riana mendongak, menghentikan sejenak kegiatan makannya.

"Apakah aman?"

Riana kembali teringat apa yang Perbatasan telah ukirkan di kenangan Riana. Kenangan yang teramat sangat buruk. Bahkan setelah dua tahun lebih berlalu, Riana masih sering memimpikannya. Itu adalah mimpi buruk terburuk Riana.

"Tentu tidak aman, mana ada yang namanya aman ketika menyusup." Valya menghela napas. Dia memakan rotinya dengan beringas. Tak ada sopan santun bagi wanita yang namanya Valya.

Riana yang mendengar itu hanya bisa merinding sendiri. Dia mendadak kehilangan nafsu makan.

"Dan begitu kau sampai," kata Valya pelan. "Kau harus melakukan tugasmu dengan benar. Dan kembalilah."

Setelah itu semua, keheningan kembali berkuasa. Mereka sama sekali tak berkata. Mungkin ini bisa jadi pertemuan terakhir bagi mereka. Dan mereka sekarang memilih tak bersuara, menghabiskan masa masa yang tersisa dalam diam. Pikiran mereka tersampaikan lewat tatapan mata.

Teringat kembali percakapan yang Riana lakukan dengan Lia sebelumnya. Lia pernah bercanda kalau itu adalah momen akhir hidupnya, dan dirinya mengisinya dengan kegiatan bercerita-indah-sebelum-akhir-hayat. Dan kali ini Riana tak mau melakukannya lagi.

Jarak semakin lama semakin terkikis. Mereka sudah menyeberangi Perbatasan dan kini tiba di Blok Utara dengan jalur air. Tak ada penjaga, mengingat sungai itu melintasi Perbatasan tepat ketika sampai di jantung hutan. Demi resiko menghindari penjaga Perbatasan, keduanya harus mau melewati hutan yang penuh makhluk buas. Untung saja mereka belum bertemu sejenis kadal raksasa atau biasa disebut buaya.

Mereka masih mengikuti arus, hingga matahari hampir tenggelam, mereka akhirnya menepi. Masih sama sama di dalam hutan.

"Aku akan kembali," kata Valya mengawali perpisahan. "Masih banyak yang harus ku urus di Blok Selatan. Kau jaga dirilah baik baik."

Hampir saja Valya menertawakan kata katanya sendiri. Bagaimana bisa dia meminta mata-mata yang masuk ke sarang musuh untuk berhati-hati dan jaga diri? Untuk tak tertangkap saja dia pasti sudah sangat beruntung. Disadari bahwa Valya berharap kalau Riana sama sekali tak tertangkap. Atau kalau akhirnya tertangkap pun, dia berharap Zaganos akan mengampuninya. Mengingat hubungan seperti apa yang Riana jalin di masa lalu. Dia tahu betapa konyol dirinya sekarang yang berharap pada sang musuh.

Tapi pada kenyataannya, sekarang hanya Zaganos lah satu satunya orang yang mungkin bisa melindungi Riana.

Riana yang mendengar itu tersenyum lemah, lantas mengangguk. Tak lama kemudian, Valya turun dari perahu setelah tadi menepi terlebih dulu. Kini mereka sama sama berada di tepi sungai.

"Kau tak kembali lewat sungai?" tanya Riana.

"Tidak, aku tak bisa melawan arusnya. Aku akan jalan kaki saja, kembali, sepanjang sungai ini."

Setelah itu dirinya berbalik dan pergi ke arah mereka tadi berasal. Cukup mengikuti sungai, itu seharusnya menjadi perjalanan yang mudah. Tapi Riana tahu perjalanan pulang Valya takkan semudah itu. Mengesampingkan para hewan buas yang mungkin ditemuinya, kalau Valya sedang tidak beruntung, dia bisa bertemu dengan para penjaga. Untuk itu, Riana berdoa agar Valya tak bertemu sesuatu yang berbahaya.

Karmalia : Ramalan TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang