Pagi ini Leona terlihat lebih bersemangat, bahkan gadis itu sudah bersiap dengan seragam yang membalut tubuhnya. Ia menatap cermin dan memperhatikan setiap detail dari make up yang menutupi luka nya. Ia mengulas senyum puas ketika luka-luka kemarin tertutup sempurna, terkecuali hidungnya karena harus terbalut plester.
Ia menoleh kala mendengar suara pintu yang terbuka, lalu muncul lah sosok gadis dengan wajah yang serupa. "Leona lo––"
"Kenapa?" Tatapan gadis itu kembali beralih ke cermin.
"Berita mengenai Blair––"
"Apa ada yang salah tentang itu?" Leona kembali memotong perkataan sang adik.
Liona terlihat menundukkan kepala. "Jadi ini semua rencana lo?" Ia bertanya dengan suara pelan.
"Iya."
Ternyata ini alasan mengapa Leona bersikap seperti itu pada dirinya saat di sekolah.
"Mengenai kasus pelecehan, apa ada orang lain lagi selain gue?"
Pagi ini berita mengenai putra tunggal keluarga Milton yang terkena kasus kekerasan dan pelecehan telah tersebar luas di internet. Dan di beritakan kalau sudah ada beberapa korban yang mengaku pernah di lecehkan.
Leona terdiam sejenak tapi tak lama setelah itu ia berbalik, kemudian menatap sang adik. "Korban itu sebenarnya palsu, gue yang merekayasa."
Deg!
Kepala yang awalnya tertunduk kini segera mendongak menatap sang kakak.
"Apa?!"
"Kita gak tau apa ada korban lain atau engga, namun. Jika sudah ada beberapa korban yang melaporkan tentang pelecehan yang dilakukan Blair, mungkin ini bisa memberanikan para korban yang lain untuk melapor."
Ia tersentak kaget mendengar perkataan yang baru saja kakaknya lontarkan. "Kenapa kaget?" tanya Leona seraya mendekat kearahnya.
"Seandainya memang ada korban lain, bukankah lebih gak adil kalau sebuah kejahatan dianggap gak ada," ujar Leona lalu mengambil tasnya dan pergi meninggalkan Liona yang masih berdiri mematung.
Entah mengapa jika melihat tatapan mata Leona yang tadi, ia merasa seperti tidak mengenal gadis itu. Terlebih tindakan yang dia lakukan ini, apakah benar kalau dia adalah Leona yang dulu ia kenal. Walaupun sedari kecil sifat Leona memang tak banyak bicara dan pendiam, tapi ia tidak pernah berpikir kalau Leona akan hal seperti ini.
"Sebenernya seberapa banyak lo berubah?" gumam Liona.
Ia turun kebawah melewati meja makan, Leona tak berniat untuk mampir ke sana dan mendudukkan bokongnya bersama orang-orang memuakkan itu.
"Apa kamu tidak akan sarapan dulu? Kemarilah, dan duduk di sini." Ia berdecak sambil membalikkan badan menghampiri William.
Namun ia tidak melihat Kris, apa dia berangkat duluan? Hm, sepertinya begitu.
Leona duduk di samping William, lalu yang duduk berhadapan dengannya adalah Sonya. "Berita pagi ini sangat mengejutkan," ujar William sembari menyodorkan sepotong roti beroleskan selai kacang.
Ia masih diam dan hanya menatap lurus kearah roti tersebut. "Berkat berita itu saham Milton Company mengalami penurunan drastis." Raut wajah pria itu nampak senang, dan baru kali ini ia melihatnya.
"Dad tidak takut?" tanya Leona lalu meraih segelas susu cokelat. Ia lebih memilih meminum susu, ketimbang memakan roti yang William berikan tadi.
Pria itu menatap Leona bingung, ia tak mengerti apa yang sedang putrinya ini bicarakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Is This
Teen FictionKedatangannya kembali ke indonesia bukan tanpa alasan. Pertemuan antara dirinya dengan Sagar juga bukan tanpa alasan. Semuanya telah di takdirkan. "Sorry," Ujar Leona dan berniat untuk pergi. Namun, saat hendak beranjak dari sana. Sebuah tangan bes...