Who Is This|04

49.3K 5K 321
                                    

Leona menatap malas kearah papan yang bertuliskan rumus matematika, ia bahkan menguap ketika guru itu sedang memberikan penjelasan."what is belajar"gumamnya dengan tangan yang menopang dagu.

"Ok, sampai sini paham ?"

"Paham bu"balas mereka bersamaan terkecuali Leona yang sudah mual berada disini, bagaimana tidak. Gadis itu sudah menyelesaikan sekolahnya karena mengikuti akselerasi dan sekarang ia harus kembali lagi kesini, rasanya Leona sudah hampir muntah.

"Kalau begitu kalian kerjakan soal yang ada di papan tulis, ibu mau pergi ke ruang kepala sekolah dulu"

Ia melipat kedua tangannya lalu menenggelamkan wajahnya di sana."Lio lo ngerti apa yang barusan guru itu jelasin ? Gue gak ngerti, terus kalo nanti gue dimarahin guru gimana ? Kalo nanti gue..."

Astaga kenapa gadis itu sangat berisik seperti burung, apa dia tidak lelah berceloteh. Langsung saja Leona menyerahkan bukunya kepada Seren supaya gadis itu berhenti mengoceh.

"What ? Lo udah selesai ngerjain ini, padahal..."pekik Seren heboh.

"Seren stop! Lo tinggal salin punya gue dan tutup mulut lo"potong Leona yang kemudian kembali ke posisinya semula.

"Aish! Kenapa sikapnya jadi begitu"gumam Seren sembari menyalin jawabannya.

Berkat pekikan Seren tadi, sekarang semua murid sudah berkumpul didepan meja mereka berdua untuk meminta jawaban."Lio gue liat dong!"kata seorang siswi.

"Gue juga"

"Iya nih, soalnya susah banget"sahut murid lainnya.

Oh God! Cobaan apa lagi ini ? Ia hanya ingin ketenangan, apakah sesulit itu."gak boleh"balas Leona sekenanya.

"Pelit banget sih!"

"Masa Seren boleh tapi kita gak boleh!"

"Cih, dasar sombong!"

Leona melayangkan tatapan tajam kearah mereka."do i look like fuckin google to you bitch!"ia dengan sangat lancar mengeluarkan kata-kata mutiara.

Mereka semua tersentak kaget dengan apa yang barusan Liona katakan, sungguh sulit dipercaya bahwa gadis itu mengumpat. Karena selama ini Liona dikenal dengan pribadi yang sopan, lemah lembut, dan murah senyum layaknya malaikat. Oh jangan lupakan tatapan tajam yang dia lemparkan tadi, mereka seperti melihat orang yang berbeda.

Mereka semua segera pergi dari sana sedangkan Seren menatap sahabatnya tak percaya, bahkan kedua bola mata gadis itu tampak berbinar-binar."oh my God! Liona gue udah besar"ucapnya dengan kedua tangan yang menutupi mulut.

Apa dengan memaki artinya seseorang sudah tumbuh dewasa ? Ia heran mengapa Liona mau berteman dengan spesies seperti Seren."gue gak ngerti jalan pikirannya"gumam Leona.

••••

Kring! Kring! Kring!

Raut wajah yang tadi terlihat lemas dan lesu seketika berubah saat bel istirahat berbunyi, bahkan tangan Seren bergerak cepat menarik lengannya."ayo kita ke kantin, gue udah laper!"ujarnya sambil mengelus perut.

"Lo duluan aja, gue mau ke toilet"Leona melepaskan tangan Seren yang sedari tadi terus menempel di lengannya.

"Jangan lama-lama!"peringat Seren yang kemudian pergi ke kantin, sementara Leona menghembuskan napas lega. Kupingnya bisa sakit jika terus bersama gadis itu, sepertinya jika ikut perlombaan burung Seren layak menjadi juara.

Leona mencuci tangan lalu melepaskan softlens yang kemudian ia taruh di wadah kecil berbentuk kotak, gadis itu membasuh wajahnya kemudian menatap pantulan dirinya di cermin. Ia tidak begitu suka memakai softlens karena rasanya seperti ada yang mengganjal, mungkin karena belum terbiasa.

Who Is ThisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang