Who Is This|38

21K 1.6K 88
                                    

°°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°°

Leona melangkah masuk kedalam rumah dengan santai. Ia tak perduli dengan tatapan orang-orang rumah, terlebih Sonya. Kala ia menaiki tangga, Leona berpapasan dengan ibu tirinya. Ia hanya bersikap acuh seakan tak ada orang kecuali dirinya.

"Darimana kamu? Kenapa semalam tidak pulang?" tanya Sonya.

Leona berhenti tanpa menoleh. "Kenapa? Kau penasaran?"

"Tentu saja aku penasaran apa yang anakku lakukan diluar sana sehingga tidak pulang semalaman," balas Sonya sembari menarik kedua sudut bibir bermaksud mengejeknya.

Ia kemudian berbalik menatap wanita itu. "Kau tenang saja. Aku tidak akan bertindak murahan sepertimu," ejek Leona.

"Dimana attitude kamu Leona?!" Sonya menggeram marah.

"In here," sahut gadis itu sambil mengangkat tangan dan mengacungkan jari tengah.

Setelah puas melihat ekspresi marah Sonya. Leona segera berbalik dan pergi, menghiraukan Sonya yang mematung dibelakang menahan amarah. Wanita itu terlihat menatap benci kepergian Leona. Sikap kurang ajarnya sudah keterlaluan. Dan Sonya amat membenci hal yang dapat mengancam posisinya di sini.

Kala sampai di kamar, ia segera merebahkan tubuhnya. Tidak, bukan di kamarnya bersama Liona. Melainkan di kamar tamu. Leona sengaja tak kembali ke sana. Alasannya susah jelas, ia tak mau bertemu Liona dulu.

Ia menatap langit-langit kamar sambil menarik napas dalam-dalam. Rasanya lelah, sangat lelah. Ia ingin menghilang dari sini tanpa seorang pun tahu kemana dirinya pergi. Tetapi, Leona tak bisa pergi begitu saja. Ada hal penting yang harus ia urus di sini. Membereskan Sonya dan memberi balasan pada Ayah adalah misinya. Ia benci kedua manusia itu sampai tidak bisa mengungkapkannya.

Tok! Tok! Tok!

"Permisi nona, ini bibi. Tuan berpesan untuk segera ke bawah menemuinya."

Leona menoleh kearah sumber suara. "Iya nanti aku kebawah, bi."

Ia kemudian beranjak dari kasur sambil menghela napas panjang. Dengan rasa malas dan enggan ia berjalan menuju ruang kerja William. Ketika Leona hendak meraih gagang pintu tersebut, tangan gadis itu terhenti.

Prang!

Terdengar suara benda yang jatuh ke lantai disusul oleh teriakan marah sang Ayah dari dalam.

"Hah... dasar tidak berguna! Mengurus hal kecil seperti itu saja tidak bisa!!"

Kala dirasa sudah tenang sedikit, Leona segera membuka pintunya. Ia melangkah masuk kedalam ruangan yang terlihat kacau tersebut. Ada banyak benda yang berhamburan ke lantai. Leona melirik sekilas kearah seseorang yang terluka itu, Alex. Bawahan sekaligus orang kepercayaan William.

"Lebih baik kau keluar sekarang!" usirnya dan Alex langsung pergi begitu saja.

William kembali duduk di kursi menghadap Leona. Pria itu nampak menarik napas seraya membenarkan ekspresi wajahnya.

Who Is ThisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang