°°°°°
Lelaki itu menutup kaca helm kemudian melajukan motornya meninggalkan kediaman keluarga Wilson. "Fucking jerk!" Maki Leona yang menatap kesal punggung Sagar.
Ia lantas masuk dan berjalan membelah halaman. Tangan Leona meraih handle pintu, lalu membukanya. Kening gadis itu mengerut kala melihat ada banyak orang tengah mendekorasi rumahnya. Uh, entah mengapa matanya terasa sakit setelah melihat semua ini.
"Leo, kamu sudah pulang?" Dari kejauhan Sonya menghampiri anak tirinya.
Sekarang wanita bermuka dua ini telah berdiri dihadapan Leona. "Kamu mau makan atau mandi dulu?" Mendengar nada bicara lembut dari Sonya, pasti selalu membuat dirinya bergidik.
Betapa menjijikkannya wanita ini.
Bukannya menjawab, Leona malah memperhatikan dekor ruangan yang nyaris berubah dari sebelumnya. Sonya yang mengerti hal itu segera memberi penjelasan. "Ah, itu besok ibu ulangtahun dan ingin merayakan bersama teman-teman. Makanya akan ada birthday party kecil-kecilan." Ujar Sonya masih dengan nada yang sama.
Jadi, Sonya yang meminta dekorasi ini. "Pantas saja." Leona bermonolog.
"Bagaimana? Bukankah ini terlihat bagus?" Senyum sumringah terpancar dari raut senang wajah Sonya.
"Ya, itu memang tampak seperti gayamu. Apalagi dengan perpaduan yang merusak mata," cibir Leona yang setelah itu melempar senyum mengejek.
Jika dilihat, warna-warna yang Sonya gunakan dalam mendekorasi terlalu banyak. Wanita itu menggunakan banyak sekali warna di satu ruangan sekaligus. Selain terlihat norak dan menyakiti mata, hal ini juga membuat rumah terasa seperti tempat sirkus.
Seleranya sungguh buruk.
"Barusan kamu bilang apa!?" Sonya nampak terkejut dengan pernyataan yang Leona keluarkan.
"Ternyata benar, ya. Money can buy everything, but not class." Leona memasang tatapan mata merendahkan yang dihunuskan langsung pada Sonya.
Wanita itu mengepalkan tangannya, berusaha agar tak terpancing emosi. "Sebaiknya kau ubah perilaku tidak sopan itu. Karena sekarang, aku istri dari William." Lihat tatapan matanya, Sonya terlihat percaya diri sewaktu mengatakan hal tersebut.
"Pftt, coba jelaskan. Perlakuan sopan apa yang kau maksud? Haruskah aku bersikap hormat pada wanita sepertimu?!" Leona tertawa, namun sedetik kemudian ia kembali memandangi Sonya dengan tatapan seperti tadi.
Tidak seperti reaksi Zora yang akan marah ketika ia melemparkan tatapan mata merendahkan. Justru Sonya malah maju selangkah sehingga jarak mereka semakin dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Is This
أدب المراهقينKedatangannya kembali ke indonesia bukan tanpa alasan. Pertemuan antara dirinya dengan Sagar juga bukan tanpa alasan. Semuanya telah di takdirkan. "Sorry," Ujar Leona dan berniat untuk pergi. Namun, saat hendak beranjak dari sana. Sebuah tangan bes...