[7]

1K 140 2
                                    

"Arkan mau nikah, Bu." Ujar Arkan saat Ibunya baru saja menjawab salamnya.

"Ya bagus dong!" Jawab Ibunya antusias. "Kamu mau nerima perjodohan sama Andin?"

"Bukan sama Andin, Bu."

"Loh? Terus sama siapa?"

Arkan memejamkan matanya sejenak, sebelum akhirnya berkata, "Sama seseorang."

"Ya, Ibu juga tahu kali kamu bakal nikah sama seseorang. Maksudnya itu dia siapa?"

"Namanya Almira. Anaknya Pak Faizar."

"Hah? Memang kamu kenal sama anaknya guru kamu itu?"

"Iya."

"Kenapa mendadak pingin nikah sama dia?"

"Kami sama-sama pingin menikah." Hanya itu jawaban yang terlintas di otaknya. Arkan tidak mungkin menceritakan kronologi yang sebenarnya kepada Ibunya sendiri.

"Tapi-" Ibunya tak melanjutkan perkataannya. Dan dari nada suara Ibunya, Arkan yakin bahwa menikahi Almira tak akan membuat Ibunya merasa puas.

"Kamu udah nyoba deket sama Andin? Kemarin katanya Andin ke tempat nginap kamu, kan?"

"Arkan nggak cocok sama Andin, Bu."

"Kenapa? Apa yang kurang dari Andin? Kamu masalah karena Andin pernah gagal menikah?"

"Nggak, Bu." Tanpa sadar Arkan berdecak pelan. Sungguh, ia bukan tipe lelaki yang mempermasalahkan masa lalu wanita. Ia tak masalah sekalipun Andin pernah menikah atau bahkan punya anak. Ia hanya merasa tak nyaman dengan wanita itu. Jadi wajarkan jika ia menolak perjodohan.

"Terus?"

"Arkan cuman merasa nggak nyaman aja dengan Andin."

"Jadi kamu nyaman sama anaknya gurumu itu?"

Sejenak Arkan terdiam. Ia sama sekali tak merasakan apapun pada Almira. Arkan tipe orang yang bisa berhubungan dengan seseorang yang memang bisa membuat dirinya nyaman. Namun, bukan berarti ia merasa nyaman dengan Almira. Arkan hanya merasa.. mungkin perasaan itu akan tumbuh jika ia memberikan kesempatan pada gadis itu.

"Hm." Arkan pun hanya menjawab seperti itu.

"Udah berapa lama kamu kenal gadis itu?"

"Sepuluh tahun yang lalu." Benar kan? Arkan memang mengenal Almira dari sepuluh tahun yang lalu, hanya saja ia baru bertemu dengan Almira beberapa hari ini.

"Tapi, Mas.."

"Bu." Sela Arkan. "Bukannya Ibu ngebet ingin Arkan nikah? Sekarang Arkan mau nikah tapi kenapa Ibu seolah nggak merestui?"

"Bukan gitu. Ibu cuman belum kenal sama gadis itu. Ibu juga nggak bisa asal merestui kan?"

"Ibu nggak percaya sama pilihan Arkan?"

"Bukan gitu. Tapi-"

"Bukannya Ibu udah mau berubah?" Sela Arkan lagi. "Ibu udah janji kan untuk nggak memutuskan semua pilihan di hidup Arkan? Arkan udah dewasa, Bu. Arkan bisa menentukan hidup Arkan sendiri. Jadi, Arkan harap Ibu nggak ikut campur lagi masa urusan Arkan."

"Mas, Ibu emang udah janji nggak akan ikut campur urusan kamu lagi. Tapi apa nggak boleh Ibu tahu secara lebih calon mantu Ibu?"

"Nanti kalau kami udah nikah, Ibu bakal kenal lebih jauh sama calon istri Arkan."

Beberapa saat tampak hening. Arkan tahu, Ibunya sulit untuk menerima keputusannya. Bagaimana pun juga, Arkan tahu watak Ibunya yang selalu sulit menerima apa keinginananya, tapi untuk kali ini, bagaimana pun caranya ia akan tetap menikahi Almira.

Rekonsiliasi | Seri Self Healing✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang