Ada banyak alasan mengapa Almira enggan bertemu dengan orang-orang di masa lalunya. Dan diantaranya adalah ketika ada orang yang bertanya mengenai kabarnya, ia tak tahu harus menjawab apa karena ia tak pernah merasa baik-baik saja.
Sejak pertemuannya dengan Putri tadi, mood Almira langsung memburuk. Entah mengapa, pertemuan tadi mampu mempengaruhi dirinya hari ini. Sudah dua jam sejak ia akan beranjak tidur, tapi matanya sama sekali belum tertutup. Terlebih dengan kehadiran Arkan yang tidur di sebelahnya dengan nyenyak.
Sejak mereka menikah dan mereka tidur satu ranjang, Arkan memang tipe orang yang bisa cepat tertidur. Sedangkan Almira yang memang sulit tidur semakin sulit lagi karena ia tak terbiasa berbagi ranjang. Tapi setidaknya, ia bersyukur karena Arkan sama sekali tak pernah menyentuhnya. Bahkan lelaki itu menyelipkan guling diantara mereka berdua dan tidak menggunakan selimut yang sama dengannya. Arkan cukup peka bahwa ia belum siap.
"Kenapa belum tidur?" Arkan bertanya dengan matanya yang menyipit. Ia mengernyit melihat Almira yang terduduk dengan tangan yang melingkari lututnya.
"Nggak bisa tidur." Jawab Almira dengan pelan.
"Sini." Arkan menepuk bantalnya.
"Ngapain?"
"Tidur. Biar Mas peluk."
Almira sontak menggeleng, "Nggak usah."
Mendengar jawaban Almira, Arkan pun bangkit dari tidurnya. Ia menyandarkan tubuhnya ke tembok dan menatap Almira lekat.
"Almira."
"Hm." Jawab Almira tanpa menatap Arkan.
"Kita udah nikah."
"Iya, lima hari yang lalu kan."
"Apa saya boleh minta hak saya sekarang?"
Tubuh Almira menegang. Apalagi saat tangan Arkan memegang pundaknya. "Boleh?" Bisik Arkan.
"Mas Arkan." Gumam Almira sambil memejamkan matanya.
"Hm?" Arkan bangkit dan mendekatkan wajahnya ke arah Almira. Menatap lekat istrinya.
"Aku.." Almira tak bisa melanjutkan perkataannya, lantas, ia hanya menggeleng. Berharap Arkan mengerti maksudnya.
"Kamu.." Arkan diam sejenak, sebelum melanjutkan, "Kamu keringetan." Tangan Arkan menyeka keringat yang muncul di sekitar pelipis istrinya.
"Tangan kamu juga dingin." Arkan menyentuh tangan Almira dan menggenggamnya.
"Maaf." Ujar Almira pelan. "Aku belum bisa jadi istri yang baik buat Mas Arkan."
Arkan menggeleng, "Saya nggak akan minta hak saya sebelum kamu mengijinkan, Ra."
Almira memilih diam, tak mengatakan apapun.
"Almira." Panggil Arkan lalu menarik perempuan itu ke pelukannya. Dan tubuh Almira pun kembali menegang, bahkan tanpa sadar Almira berusaha melepas pelukannya.
"Aku gerah, Mas." Kilahnya.
"Almira." Panggil Arkan lagi. Matanya masih menatap lekat perempuan di depannya. Dan satu pemikiran terbesit di otaknya. "Kamu.. takut sama saya?"
***
"Kamu serius nginep di hotel, Mir?" Aida langsung bertanya ketika Almira baru saja menginjakkan kakinya di rumah. Siang ini, ia memutuskan untuk pulang sendiri ke rumah, meskipun Arkan sudah berpesan untuk tidak pulang ke rumah selain bersamanya. Tapi sungguh, Almira benar-benar tak tahu harus melakukan apa. Sedangkan jika di rumah, ia bisa membereskan barang-barangnya untuk dibawa ke Bogor nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rekonsiliasi | Seri Self Healing✅
General FictionKatanya, Almira itu "sakit" Almira tak punya banyak keinginan, ia tak pernah menuntut apa-apa akan kehidupannya. Hanya satu inginnya saat ini; bisa terlepas dari label "sakit" dan menjalani hidup sebagai manusia kebanyakan. Dan hanya Arkan, satu-sat...