[31]

996 135 15
                                    

Haii haii! Aku update lagii, yuhuu!

Sebelumnya aku mau menegaskan, seseorang yg datang ke psikolog itu belum tentu mereka gila ya. Itu memang stigma aja. Dan Almira punya pemikiran kayak gitu pun krn dulu banyak yang nganggap dia gila. Makanya dia tertekan banget dengan label itu dan berusaha menjalin hidup baru. Kalau dipikir-pikir, kasian banget ya hidup Mira:( dan aku ikut sedih pas nulis part ini. Semoga feelnya juga bisa kerasa sama kalian ya. Selamat membaca:)

***

Rasanya sangat sesak.

Sejak Almira menikah dan merasakan hidup bersama orang yang ia percayai dan ia andalkan, ia mulai bisa merasakan hidup dengan normal. Sejak bersama Arkan, ia mulai meninggalkan kebiasaan buruknya yang sering berdiam diri dan menyalahkan semua hal yang ada pada dirinya. Bersama Arkan, Almira mulai menikmati hidupnya.

Dan sekarang, perasaan kacau, hampa, dan menyakitkan yang dulu sering ia rasakan kembali ia rasakan.

Tanpa bisa dicegah, tangan Almira mulai menampar pipinya sendiri, menarik rambutnya, dan juga mencakar tangan dan pahanya sendiri. Perasaan tidak berharga terus menyelimutinya. Ia tidak berharga, tidak pantas, dan tidak layak untuk seseorang seperti Arkan. Arkan berhak mendapat seseorang yang jauh lebih baik darinya, yang normal dan bukan seseorang yang "sakit" sepertinya. Almira terlalu percaya diri dengan menganggap bahwa Arkan dapat menerima ia apa adanya. Ini salahnya karena terlalu menaruh harapan pada Arkan.

***

Halo!

Untuk baca kelanjutan kisah ini, silahkan kunjungi akun KaryaKarsa ku, ya!

boleh search @akhryra / Yara Akhir

Terima kasih semua! Semoga ceritaku bisa jadi teman untuk kamu terus tumbuh, ya!

Rekonsiliasi | Seri Self Healing✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang