[10]

1K 150 7
                                    

Arkan sudah tahu bahwa Almira selalu membuatnya terkejut dengan segala pola pikir dan tingkah lakunya. Seharusnya, ia tidak kaget dan heran lagi saat Almira mengatakan seperti itu. Toh, Almira memang hobi membuat orang lain terkejut. Tapi tetap saja, Arkan tak bisa berpikir jernih saat dengan tanpa bebannya Almira berkata ingin membatalkan rencana pernikahan mereka. Maka, yang Arkan lakukan hanya menatap Almira dalam diam, setelah itu ia memutuskan keluar dari dalam mobil tanpa mengucapkan apa pun. Almira juga hanya menatapnya heran tanpa bertanya.

Setelah lima menit lebih, Arkan kembali masuk ke dalam mobil dengan satu kresek putih di tangannya. Ia mengeluarkan botol air mineral, membukanya, dan menyerahkannya pada Almira tanpa berucap apa-apa.

"Aku nggak haus." Kata Almira yang diabaikan Arkan karena lelaki itu malah menyodorkan kembali botol itu ke hadapan Almira. Dengan terpaksa, Almira pun mengambilnya.

"Kamu butuh minum, Almira. Saya juga." Arkan membuka botol air mineral yang baru dan langsung meminumnya. Setelah itu ia membuka chiki jagung yang berukuran besar dan mulai menikmatinya.

Almira yang melihat itu menatap Arkan heran. Diantara banyaknya respon yang bisa Arkan keluarkan, ia tak menyangka Arkan malah bersikap santai seperti itu, seolah apa yang Almira katakan tak cukup berarti. Padahal ia meminta pernikahan mereka dibatalkan. Almira bahkan rela jika Arkan akan membentaknya tadi.

"Mas Arkan.." panggil Almira.

"Jangan dulu ngomong." Seru Arkan langsung masih dengan mengunyah cemilannya. Lelaki itu malah membawa bungkus chiki lain, membukanya, dan menyerahkannya pada Almira yang diterima Almira dengan ragu.

Hampir lima menit lebih Almira diam dengan botol minum dan cemilan di pangkuannya sedangkan Arkan sibuk menatap ke luar jendela dengan mulut yang terus mengunyah. Almira berdehem, canggung, karena suasana tampak hening sedangkan ia sudah diminta Arkan untuk jangan berbicara.

"Aku udah boleh ngomong?" Tanya Almira dengan pelan.

"Ngomong apa?" Jawab Arkan setelah ia minum dan melipat bungkus cemilan yang sudah kosong dan membuangnya ke tempat sampah di dalam mobil.

"Soal yang tadi-"

"Kamu bercanda, kan?" Sela Arkan sambil menatapnya.

"Aku.." Almira menggeleng pelan. Ia tak bercanda. Ia serius untuk membatalkan acara pernikahan mereka.

"Kita udah sejauh ini, Almira."

"Aku tahu. Makannya aku minta maaf." Almira menunduk. "Mas Arkan boleh kok marah ke aku."

"Saya dari tadi sedang menahan marah dan terus berharap kalau kamu cuman bercanda."

"Maaf." Sesal Almira. Ini pilihan berat untuknya. Ia pun tak ingin jika mereka tak jadi menikah. Ia juga sudah merencanakan banyak hal yang akan ia lakukan setelah ia menikah dengan Arkan nanti. Tapi rasanya, Almira sangat jahat jika menyeret lelaki sebaik Arkan ke kehidupannya.

"Apa alasannya?"

"Setelah menikah nanti, Mas Arkan pasti banyak kerepotan karena aku."

"Hanya itu alasannya?"

Almira menggeleng, "Dengan menikahi aku, Mas Arkan nggak dapat banyak hal yang menguntungkan."

"Aku tahu itu." Balas Arkan dengan wajah datar. "Setelah kamu meminta saya menikahi kamu, saya terus berpikir, hal apa yang bakal saya dapat dengan menikahi kamu? Saya juga yakin bahwa memiliki istri nggak akan buat hidup saya sebebas dulu, saya pasti akan kerepotan, mau bagaimana pun juga. Tapi menikah nggak hanya sebatas itu, Almira."

"Tapi-" belum selesai Almira berkata, Arkan sudah menyelanya.

"Awalnya saya memang terpaksa menjalankan ini, tapi sekarang saya sudah sepenuhnya siap. Terlepas dari apapun latar belakang kita memutuskan menikah, saya benar serius dengan ini, Almira. Meskipun ke depannya saya nggak tahu bakal gimana keadaan kita nanti, tapi setidaknya kita sudah mencoba. Dan kalau alasan kamu mundur karena takut merepotkan saya, saya nggak apa-apa. Saya sudah siap dan mau menerima itu semua. Itu bakal jadi tanggung jawab saya."

Rekonsiliasi | Seri Self Healing✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang