Tak terasa, sudah hampir sebulan Almira tinggal di rumah keluarga Arkan. Sampai sejauh ini, ia hanya bisa benar-benar merasa aman dan nyaman ketika bersama suaminya, dan itu hanya dari jam empat sore ketika Arkan pulang sampai jam tujuh pagi saat Arkan berangkat kerja. Dan hanya di waktu itu, Almira bisa benar-benar merasa hidup.
Sebetulnya, sikap Linda baik. Tidak pernah memarahinya ataupun mengomelinya. Linda cenderung acuh dan bersikap dingin padanya. Membuat Almira selalu merasa canggung dan tak tahu harus bersikap bagaimana. Almira pernah beberapa kali mencoba mendekatkan diri pada Linda dengan mengajak ngobrol juga menemani wanita itu ketika akan ke pasar ataupun sedang bersantai di ruang keluarga. Tapi, tanggapan Linda masih tetap acuh dan hanya mengajaknya berbicara mengenai hal-hal yang penting saja. Hal ini cukup menganggu untuk Almira. Namun, ia sama sekali tak pernah mengeluh dan protes pada Arkan. Rasanya sungkan jika ia bercerita mengenai ini pada suaminya, sekalipun ia tahu Arkan tak akan menanggapinya dengan negatif. Arkan pun tahu bagaimana hubungannya dengan Linda yang kurang baik, tapi suaminya itu tak pernah memaksanya untuk terus mendekati Linda. Arkan hanya berkata bahwa semua butuh waktu dan biarkan waktu yang menjawab. Karena bagaimanapun juga, Arkan tahu tabiat Ibunya seperti apa, maka ia pun sudah menduga ibunya akan bersikap seperti ini pada Almira.
Hal baiknya, Sri, asisten Linda yang selalu menemani Linda dan juga membantu mengurus rumah, selalu bersikap baik padanya. Sri selalu mengajaknya keluar rumah untuk berbelanja ataupun jalan-jalan. Jika ia ada keperluan untuk membeli sesuatu dan Arkan tak bisa menemani pun, suaminya selalu meminta bantuan Sri untuk menemaninya. Well, sebetulnya, Almira memang tak mengenal kota Bogor, jika ia keluar sendiri pun bisa dipastikan ia akan tersesat atau kebingungan. Namun, sebetulnya ia bukan orang yang penakut, ia bisa mencoba sendiri kemana pun yang ia mau. Sayangnya, suaminya tak pernah mengijinkannya keluar rumah sendiri.
Sri tipe wanita yang senang bercerita. Dan itu menguntungkan bagi Almira karena ia tak harus banyak berbicara untuk memperpanjang obrolan dan menjalin hubungan yang baik. Tanpa diminta, Sri menceritakan Arkan sejak kecil, juga menceritakan bagaimana sifat Linda sesungguhnya. Dari cerita Sri jugalah Almira baru tahu bahwa Linda, mertuanya itu merupakan orang yang cukup penting di masa mudanya. Linda dulu mempunyai dan mengelolah rumah makan di dua kota. Selain itu, sebelum terjun di dunia bisnis, Linda juga pernah kerja di bidang pendidikan sebagai dosen di beberapa tempat. Karir wanita itu sangat baik. Bisa dibilang Linda pun tipe orang yang sangat memperhatikan pendidikan. Maka tak heran, wanita itu sedikit sensi padanya, mengingat Almira hanyalah gadis lulusan SMA yang tidak memiliki skill apapun.
"Almira, ada paket buat kamu." Seru Sri yang berada di luar rumah, membuat Almira yang sedang di dapur membuat teh langsung berjalan menuju luar rumah. Dengan riang, ia pun menerima paket itu.
"Pesan apa, Mir?" Tanya Sri penasaran.
Almira menggeleng, "Bukan apa-apa kok, Bu."
"Barang buat Mas Arkan lagi?" Tanya Sri dengan bibir yang tersenyum. Ia teringat dengan kaos warna pink mencolok yang beberapa hari lalu dipakai Arkan. Dan lelaki itu bilang bahwa yang membeli kaos itu istrinya.
"Nggak kok, Bu. Tapi.. bisa buat Mas Arkan juga sih." Jawab Almira agak sedikit bingung.
Sri pun tertawa kecil. Satu bulan ini mengenal Almira, wanita itu tahu bahwa istri majikannya itu selalu bersikap apa adanya, polos, dan pendiam. Namun, meski begitu, ia pernah beberapa kali melihat Almira yang tersenyum ceria dan tertawa ketika bersama Arkan.
"Mira, kamu udah makan siang belum?" Tanya Sri setelah mengingat bahwa sejak siang tadi, ia tak melihat Almira makan.
Almira pun menggeleng, "Belum, Bu. Tapi jangan bilang Mas Arkan, ya."
"Kamu tuh.. ya." Decak Sri. "Mas Arkan sebenernya suka bawel loh kalau kamu belum makan."
"Lagi nggak nafsu, Bu. Nanti aja aku makannya bareng Mas Arkan." Sebetulnya, Almira bisa memaksakan diri untuk makan meskipun ia tak lapar, karena bagaimana pun juga ia sudah berjanji pada Arkan udah bisa menjaga pola makannya. Namun, tadi saat ia akan makan, ia mendapati Linda juga yang sedang makan, membuatnya menjadi enggan untuk bergabung. Dan sekarang, nafsu makannya pun entah menghilang kemana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rekonsiliasi | Seri Self Healing✅
General FictionKatanya, Almira itu "sakit" Almira tak punya banyak keinginan, ia tak pernah menuntut apa-apa akan kehidupannya. Hanya satu inginnya saat ini; bisa terlepas dari label "sakit" dan menjalani hidup sebagai manusia kebanyakan. Dan hanya Arkan, satu-sat...