[25]

1K 145 12
                                    

"Kayaknya ini nggak usah dibeli deh." Seru Almira sambil mengambil sabun mandi yang baru dimasukan oleh Arkan ke keranjang dan mengembalikannya ke tempat semula. Saat ini ia dan Arkan sedang belanja kebutuhan sehari-hari mereka. Namun, sejak tadi rasanya suaminya banyak membeli hal yang tidak begitu dibutuhkan.

"Eh nggak apa-apa beli aja." Arkan mengambil kembali botol sabun itu, dan memasukannya.

"Bukannya sabun di kamar mandi masih banyak, ya?" Heran Almira.

"Iya memang. Tapi itu kan sabun cowok. Mending kamu pake ini." Arkan membuka tutupnya dan mengarahkan botol itu ke dekat hidung istrinya. "Wangi, kan?"

"Wangi, sih. Tapi, kayaknya lebih wangi yang ini." Almira mengambil salah satu botol di rak, membukanya, dan mengarahkan ke dekat hidung suaminya. "Lebih wangi ini, kan?"

"Nggak. Lebih segar yang ini." Arkan mengacungkan botol yang dipegangnya. "Kita beli yang ini aja."

"Katanya sabun buat aku, kenapa jadi Mas yang milih?" Protes Almira.

"Tapi saya suka wangi ini. Lebih seger. Hampir sama kayak sampo yang sering kamu pake."

"Tapi yang pake kan aku." Sebetulnya, Almira tak masalah memakai apapun. Namun, rasanya ia ingin memprotes suaminya itu, meskipun masalah yang mereka debatkan sungguh sepele.

"Tapi yang nyium wanginya kan saya." Balas Arkan random, membuat Almira mengernyit.

"Nanti kamu yang pilih sabun sama sampo buat saya, terserah kamu mau yang mana juga." Lanjut Arkan sambil mendorong bahu istrinya agar kembali lanjut berjalan.

"Ya udah berarti beli sabun yang tadi aku mau." Sela Almira lalu kembali ke rak sabun dan mengambil sabun yang tadi ia pilih. Urusan memilih sabun pun selesai.

Almira kira perdebatan mengenai barang yang akan dibeli sudah selesai, namun ternyata Arkan mengajaknya ke tempat skincare dan alat make up. Lelaki itu lalu meminta pegawai di sana untuk memilih berbagai merk yang cocok dengan kulitnya.

"Buat apaan sih? Aku nggak butuh." Ucap Almira pelan, tak ingin didengar pegawai perempuan di depannya.

"Ya nggak apa-apa. Biar kamu nambah cantik. Lagian kulit sama tubuh itu harus dirawat."

"Tapi masa pelembab segede gini aja seratus ribuan sih." Ujar Almira tak habis pikir. Di depannya terdapat beberapa skincare seperti pelembab, pencuci muka, micellar water, toner, serum dan alat make up yang harganya tidak murah. Dan apa suaminya itu ingin membeli semuanya disaat ia bahkan tak tertarik sedikit pun?

"Ya memang segitu kali harganya." Ucap Arkan.

"Ya tapi masa semahal ini, sih?"

"Nggak apa-apa, kalau emang cocok sama kulit kamu. Mbak, yang ini betul cocok sama kulit istri saya kan?"

Pegawai perempuan yang sedari tadi memperhatikan perdebatan suami-istri itu tersenyum dan mengangguk. "InsyaAllah cocok, Pak. Kulit istri bapak cenderung kering, jadi semua ini cocok, karena ini untuk kulit yang kering."

"Tuh, cocok. Kami beli semua yang Mbak saranin, ya."

"Oke, baik, Pak. Kalau untuk alat make up-nya bagaimana?"

"Yang itu nggak usah, Mbak. Skincare aja." Sela Almira sebelum Arkan mengiyakan.

"Kenapa?" Tanya Arkan langsung.

"Nggak bisa make up."

"Kan banyak tutorialnya di youtube." Balas Arkan yang entah kenapa terdengar menyebalkan di telinga Almira.

Rekonsiliasi | Seri Self Healing✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang