[12]

962 144 5
                                    

"Om, Bang, kenalin ini Almira, calon istri Arkan." Arkan tersenyum sambil memperkenalkan Almira pada Om dan sepupunya yang saat ini bersilaturahmi ke rumah Almira. Sungguh, Almira sama sekali tak menyangka sore ini Arkan datang ke rumahnya, terlebih beberapa menit kedatangan Arkan diikuti juga oleh dua orang lelaki dewasa yang merupakan Om dan sepupu lelaki itu.

Almira yang saat ini sedang dalam keadaan belum siap, rasanya sungguh sangat malu. Ia baru bangun tidur, wajahnya masih lesu, kerudung dan pakaiannya pun benar-benar hanya pakaian rumahan. Arkan bahkan tak memberinya waktu untuk mengganti baju dan cuci muka.

"Oh ini Almira teh.. meuni geulis." Lelaki yang disapa Om oleh Arkan itu tersenyum lebar yang dibalas Almira dengan kikuk.

"Ini Om Bima, adiknya alm Ayah saya. Dan ini Bang Riko, anaknya Om Bima." Arkan memperkenalkan. Almira pun tersenyum dan menyalaminya, yang diikuti oleh Aida juga.

"Aduh maaf ya, Pak. Saya nggak tahu bakal pada datang ke sini, jadi saya nggak nyiapin apa-apa." Aida berkata tak enak.

"Nggak apa-apa, Bu. Kebetulan kami lagi kosong, terus Arkan ngajak untuk silaturahmi ke rumah calonnya."

"Iya, nggak apa-apa, Bu. Kami yang mendadak ke sini tanpa pemberitahuan dulu sebelumnya." Arkan menimpali. "Sebetulnya saya ingin ajak Mama dan adik saya ke sini, tapi mereka belum bisa ke Bandung. Kayaknya H-1 acara baru bisa ke sini."

"Iya, nggak apa-apa. Oh ya, tadinya Ibu ingin nanya ke Nak Arkan, tamu undangan dari pihak Nak Arkan ada berapa? Supaya kateringnya menyesuaikan nanti."

Setelah itu pun Arkan dan Aida yang sesekali ditimpali oleh Bima dan Riko saling berdiskusi mengenai persiapan pernikahan mereka. Mulai dari katering, seserahan, pakaian yang akan dipakai, dan sebagainya. Namun Almira hanya diam. Tak ikut menimpali. Tepatnya, ia juga tak tahu harus ikut berkata apa. Raganya memang ikut berkumpul di ruang tamu rumahnya, tapi jiwanya entah kemana. Ia termenung, apa yang sedang terjadi sekarang itu sungguhan? Bukan halusinasinya semata kan?

"Oh ya, jadinya memang Nak Arkan ingin ada resepsi di Bogor?" Aida bertanya.

"Iya, Bu, kalau Almira dan keluarga Ibu berkenan. Di Bandung jadi cukup akad dan syukuran aja. Gimana, Almira?"

Almira masih diam.

"Almira.." Aida menyenggolnya pelan, membuat kesadaran Almira pun kembali. Ia menatap seluruh orang yang sedang menatapnya bingung.

"Kamu nggak apa-apa kan nanti kalau ada resepsi di Bogor?" Tanya Aida.

Almira hanya menatap Aida, tak tahu harus berkata apa. Suasana tampak hening karena Almira menjadi pusat perhatian. Ia menatap Arkan, meminta penjelasan. Ia lalu berdiri sambil matanya masih terus menatap lelaki itu. "Ada yang mau aku obrolin sama Mas Arkan."

Arkan ikut berdiri, "Oke." Lelaki itu lalu melangkah mendekati Almira dan menggandeng tangan gadis itu, "Bu, saya ijin bawa Almira jalan-jalan sebentar ya."

Meskipun bingung, Aida pun mengangguk mengijinkan. Lalu Arkan menggandeng tangan Almira dan membawa gadis itu ke mobilnya yang terparkir di luar. Ia membukakan pintu mobil dan meminta gadis itu masuk.

"Kamu mau kemana?" Tanya Arkan setelah siap di kemudi.

"Terserah."

"Oke." Arkan pun melajukan mobilnya dan berhenti di taman komplek yang tak jauh dari rumah Almira.

"Kamu mau ngomong apa?" Tanya Arkan memulai membicaraan.

"Kenapa Mas Arkan datang ke rumah?"

"Karena kita butuh diskusi persiapan. Keluarga saya mau silaturahmi juga. Dan saya juga mau ngajak kamu video call sama Ibu dan Adik saya sebelum akad nanti. Setidaknya kamu kenalan dulu sama Ibu dan adik saya sebelum nikah."

Rekonsiliasi | Seri Self Healing✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang