[5]

1.1K 145 1
                                    

Entah bagaimana ceritanya, Arkan tak tahu, yang jelas ia sama sekali tak menduga bahwa siang ini, Andin, salah satu wanita yang ingin Ibunya kenalkan padanya datang menghampirinya. Arkan sebenarnya tak masalah jika ada orang lain yang ingin berkenalan dengannya, tapi masalahnya ini Andin, wanita yang sudah ia hindari bertahun-tahun lamanya.

Andin ini anak teman Ibunya. Mereka sudah berkenalan sejak dulu, ketika Arkan dan keluarganya tinggal di Bandung. Andin, wanita yang baik. Saking baiknya, rasanya Arkan terlalu canggung ada di dekat wanita itu. Dan entah kenapa, hal itu yang malah membuatnya ingin menghindari Andin.

"Ini, aku bawaan Mas Arkan makan siang." Andin membuka kotak makan yang di bawa wanita itu. Entah darimana Andin tahu tempat tinggal sementaranya di Bandung, yang jelas, siang ini wanita itu datang dengan senyum manisnya.

"Padahal nggak usah repot-repot." Balas Arkan tak enak. "Aku bisa pesan makan nanti."

"Nggak apa-apa. Mas Arkan pasti kangen kan sama soto buatan ibuku?" Andin tersenyum lagi, lalu menyodorkan kotak makan itu ke hadapan Arkan.

"Makasih." Arkan pun mulai memakannya.

"Ngomong-ngomong, Mas Arkan sampai kapan di Bandung?"

"Akhir bulan kayaknya pulang ke Bogor."

"Ada kerjaan apa, Mas di Bandung?"

"Buka cabang Rumah Kata di sini." Balas Arkan sambil mengunyah makanannya. Rasanya sangat canggung, ia makan sendiri sedangkan Andin memperhatikannya dari tadi. "Kamu nggak makan?"

"Nggak usah, aku tadi udah makan kok di rumah." Andin masih tersenyum. "Rasanya udah lama banget ya, Mas, nggak ketemu kamu."

Arkan balas tersenyum. "Iya." Jawabnya pendek.

"Eung.. ngomong-ngomong, apa Mama Ika ngomong sesuatu ke kamu mengenai aku?"

"Hah? Maksudnya?"

"Ibuku sama Mama Mas ada rencana buat jodohin kita." Jelas Andin. Wajahnya terlihat percaya diri, tak tampak keraguan sedikit pun. "Mas udah denger berita itu?"

Dengan pelan, Arkan pun mengangguk. "Iya."

"Terus menurut Mas Arkan gimana?"

"Kalau menurut kamu?" Tanya Arkan balik.

Andin tersenyum, "Mas Arkan pasti udah tahu jawabannya. Mas pasti sadar kan akan perasaan aku ke Mas."

Arkan terdiam. Ini yang sangat ia hindari dari Andin. Wanita itu tak pernah ragu menunjukkan perasaannya. Dengan sikap baik dan lembutnya, Arkan terlalu kesulitan untuk menolak Andin. Apalagi ia tahu, bagaimana Andin dan keluarganya dulu pernah membantu Arkan di masa sulit.

"Aku.. kayaknya belum bisa." Ujar Arkan pelan. Sungguh, ia benar-benar tak tahu cara menolak seseorang. Dan sekarang ia bahkan dihadapkan oleh dua perempuan. Almira. Perempuan itu juga belum ia beri kepastian.

"Aku.. masih belum cukup layak ya, buat Mas?"

Pertanyaan Andin langsung membuat Arkan menggelengkan kepalanya. "Nggak. Bukan masalah itu, Andin."

"Mas nggak mau coba deket sama aku karena aku pernah gagal menikah?"

"Bukan itu." Arkan menggeleng lagi. "Aku belum siap untuk menikah. Masalahnya ada di diriku sendiri, bukan kamu."

"Tapi, Mas-" belum sempat Andin melanjutkan perkataannya, dering ponsel Arkan langsung mengintrupsi.

Arkan mengernyit, karena melihat nama 'Bu Aida' sebagai penelepon. Sejak pertemuan pertama mereka, Arkan memang sempat bertukar nomer ponsel dengan Ibu Almira.

Rekonsiliasi | Seri Self Healing✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang