"Kamu serius mau nikah sama orang itu?"
Entah sudah keberapa kalinya, Fajar kembali bertanya, membuat Almira kembali berdecak pelan.
"Iya, Kak. Aku mau menikah sama Mas Arkan."
"Kenapa mendadak? Kamu baru kenal dia kan?"
"Ya kami sama-sama cocok." Jawab Almira asal. Tangannya masih sibuk dokumen yang dibutuhkan untuk mendaftar pernikahan. Rencananya besok pagi ia akan mengurus pendaftaran pernikahannya. Arkan juga akan membantunya.
"Tapi kalian baru kenal."
"Ya bisa kenalan pas udah nikah."
"Almira!" Seru Fajar dengan nada kesal saat Almira kembali menjawab pertanyaannya dengan asal.
Almira menghentikan pergerakan tangannya, mendongkak dan menatap datar Fajar. "Memang kenapa? Kak Fajar masalah aku nikah sama Mas Arkan?"
"Ya, jelas."
"Hanya karena kami baru saling kenal?"
"Iya, Kakak juga nggak nggak percaya dia bisa jagain kamu."
Tanpa sadar, Almira tersenyum sinis. Ia menatap datar Fajar yang saat ini sedang menampilkan wajah khawatir yang sangat kentara.
"Berhenti, Fajar." Kata Almira pelan. "Mau sama siapapun aku nikah, kamu nggak akan pernah setuju."
"Mira.. kamu-" belum selesai Fajar berkata, Almira sudah berdiri dari duduknya dan pergi masuk kamar. Rasanya, Almira sudah sangat jengah untuk terus bertemu dengan lelaki itu.
Di kamar, ia langsung berbaring dan mengambil ponselnya. Ia mencari nama kontak Arkan sebelum akhirnya ia menelpon lelaki itu. Lelaki yang selama dua belas hari lagi akan menjadi suaminya.
"Halo, assalamualaikum.." sapanya.
"Waalaikumsalam." Jawab Almira. "Mas Arkan?"
"Ya?" Jawab lelaki itu.
"Mas Arkan lagi apa?"
"Kamu lagi basa-basi?"
Almira berdecak, "Memang nggak boleh aku nelpon calon suamiku sendiri?"
"Saya lagi kerja." Balas Arkan singkat.
"Aku cuman mau ngingetin berkas-berkas buat pendaftaran nikah udah siap?"
"Hm, sepupu saya nanti sore ke Bandung, dia bawain berkas-berkasnya. Yang kamu udah siap?"
"Udah. Ohya, kata Ibu, buat urusan makanan nanti pas hari H, ibu aja yang ngurus. Ibu punya kenalan katering yang enak dan murah." Ujar Almira mengatakan hal yang ingin ia sampaikan.
"Oke. Kita sepakat kan syukurannya di rumah kamu? Kalau butuh tukang dekor atau apa, kamu bisa hubungi saya, biar saya yang bantu cari."
"Iya." Balas Almira singkat. Mereka memang sudah sepakat akan mengadakan acara pernikahan yang sangat amat sederhana. Lebih tepatnya, akad yang akan diselenggarakan di masjid dekat rumah Almira, sesudah itu syukuran yang diadakan di rumahnya. Hal ini sesuai kesepakatan antara keluarganya dan Arkan. Tapi, Almira sempat mendengar dari lelaki itu bahwa bisa saja nanti mereka mengadakan resepsi lagi di Bogor, kota lelaki itu tinggal. Almira pun hanya mengangguk saja, toh ia sudah janji akan mengikuti keinginan lelaki itu.
"Sama untuk seserahannya nanti kamu boleh kirim list barang yang kamu mau. Biar saya yang beli."
"Nggak merepotkan memang? Bukannya Mas Arkan lagi sibuk?"
"Sebenarnya merepotkan." Balas Arkan jujur.
"Ya udah nggak usah pake seserahan segala."
"Saya mampu, Almira."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rekonsiliasi | Seri Self Healing✅
General FictionKatanya, Almira itu "sakit" Almira tak punya banyak keinginan, ia tak pernah menuntut apa-apa akan kehidupannya. Hanya satu inginnya saat ini; bisa terlepas dari label "sakit" dan menjalani hidup sebagai manusia kebanyakan. Dan hanya Arkan, satu-sat...