"Ruvha gue ke toilet bentar." Foral buru-buru bangkit dari duduknya tanpa menunggu jawaban.
Ruvha tetap duduk disana namun tanpa minat menyemangati tim basket sekolah mereka yang sedang latihan itu, ia malah sibuk memainkan ponselnya.
"Ruvha!" Seseorang memanggilnya sedikit kencang karena bising yang masih terdengar. Namun seketika hening setelahnya karena mereka menyadari siapa yang bersuara.
Zeris melemparkan kotak kecil yang refleks Ruvha tanggap. Gadis itu menatapnya bingung tapi tak menanggapi itu Zeris malah pergi meninggalkan tanda tanya walaupun terlihat jelas itu kotak apa.
Seketika semua mata tertuju padanya, banyak yang berbisik-bisik menebak isi kotak itu ada yang hanya diam namun penasaran apakah perkiraan mereka benar. Tak dipungkiri Ruvha juga penasaran meski ia sebenarnya tahu isi kotaknya tapi ia mencoba menepisnya mengingat sangat tidak mungkin Zeris mengembalikan barang itu. Tanpa disadari ia memancing ribuan piranha yang kelaparan.
Tatapan iri dan bisik-bisik semakin terdengar jelas setelah kotaknya dibuka, terdapat satu cincin yang sangat indah. Buru-buru Ruvha menutupnya baru menyadari kesalahan dengan membuka kotak itu didepan umum. Ia merutuki Zeris dan dirinya sendiri.
Ruvha langsung bangkit meninggalkan tribun dan melewati begitu saja Foral yang baru kembali. Melihat Ruvha buru-buru pergi membuat Foral bertanya-tanya apa yang terjadi, ditambah murid lain yang masih ditribun dalam kondisi kacau melihat kepergian Ruvha.
"Ruv... Ruvha!!" Foral mengejar temannya itu yang sudah berjalan cukup jauh. Ruvha tidak berlari, ia hanya buru-buru pergi karena paham kondisi di tribun. Kemungkinan ia akan diserbu apalagi oleh para penggemar Zeris, tak dipungkiri laki-laki itu bisa dibilang sangat terkenal disekolahnya. Selain pintar dalam bidang akademik dia juga berprestasi di bidang non akademik, dan jangan lupa karena wajahnya yang disenangi para gadis.
Ruvha sendiri cukup terkejut saat akan ditunangkan dengan Zeris, karena walaupun Ruvha tidak terlalu peduli dengan siapa yang terkenal disekolahnya tapi tidak mungkin ia tidak tahu hal itu mengingat teman dekatnya hanya membicarakan hal mengenai lelaki, itupun karena ia terlihat tidak tertarik untuk memiliki kekasih.
Pernah satu kali Ruvha berjalan dengan ketua osis, Foral langsung bersemangat dan terus bertanya apakah mereka pacaran. Padahal ia hanya tidak sengaja bertemu Reiro dan kebetulan tujuan mereka sama.
"Lo dilamar Zeris!!?" Lihat kan, barusan Foral berlari untuk mengejarnya dan setelah sampai bagaimana otak kecil Foral yang sangat sulit menerima pelajaran itu malah repot-repot memikirkan hal ini.
"Gak." Jawab Ruvha santai seolah kejadian tadi bukan apa-apa.
"Gak apaan! Jelas-jelas lo dikasih cincin!" Foral menunjuk kotak yang masih ditangan Ruvha membuat gadis itu berpikir dari mana temannya ini tahu sedangkan tadi dia belum kembali dari toilet. Hmm... Ia lupa kalau Foral tahu segalanya.
"Ini emang cincin gue." Ruvha tetap berjalan tak mempedulikan temannya yang sangat butuh penjelasan.
"Kenapa barusan Zeris kasih ke lo?!" Ruvha berhenti dan menghadap Foral sepenuhnya.
"Kami tunangan." Jawaban itu membuat Foral diam seribu bahasa. Ia terkejut, sangat-sangat terkejut.
"TUNANGAN!!" Teriakkan yang membuat mata semua orang dikoridor menatap mereka aneh.
"Shttt... jangan keras-keras." Tangan Ruvha sudah bergerak cepat menutup mulut Foral yang juga menyadari sekelilingnya menatap mereka.
Segera Ruvha menariknya pergi dari sana, mereka mencari tempat yang kira-kira tidak ada orangnya.
Sekarang mereka dibelakang gudang sekolah tempat yang sangat jarang dilalui.
"Sekarang jelasin!" Ruvha menatap bimbang, haruskah ia menjelaskan yang sebenarnya. Foral dengan tatapan menuntut tak mau dibantah sedangkan Ruvha menarik napas dan mulai menceritakannya perlahan.
Foral memperhatikan penjelasan dari Ruvha, sesaat gadis itu berpikir ada yang aneh dari hal ini.
"Jadi dikantin tadi juga ngomongin ini, dan kenapa semuanya tergantung sama lo? secara ini kan pertunangan kalian berdua bukan cuma lo doang. Satu lagi, jadi karena ini lo gak ketemuan sama Letan?!" Foral tak habis pikir dengan temannya ini, ia cukup bersyukur ternyata walaupun tidak berpacaran Ruvha akhirnya berhubungan dengan seseorang meskipun terpaksa. Tapi ia kesal kenapa harus dihari yang sudah ia susun dan itu hanya untuk membatalkan hubungannya sekarang. Tidak masuk akal.
"Untuk yang itu gue minta maaf. Tapi lo bener, ini bukan cuma masalah gue tapi juga Zeris, dan sekarang seolah semuanya dilimpahkan ke gue." Ruvha kembali berpikir, ia sudah berusaha untuk membicarakan ini dengan orang tuanya tapi rasa takut terus menghantuinya.
"Udahlah lo terima aja tunangan sama Zeris, lagi pula dia populer dan dikejar banyak cewek. Pasti banyak yang iri dan bilang lo beruntung." Padahal sikapnya tak menunjukkan hal baik bagi Ruvha yang membuat gadis itu enggan melanjutkan hal ini.
"Emang apa untungnya buat gue?" Foral tersenyum mendengarnya ia mengingat satu hal.
"Lo tau kan kalo Neliz sangat menyukai Zeris, gue rasa lo bisa manfaatin pertunangan kalian untuk nutup mulutnya yang selalu bilang lo gak laku." Tersenyum licik Foral memberikan sarannya. Perlu diketahui kalau ini merupakan salah satu alasan Foral memaksa Ruvha untuk memiliki pacar.
"Gak usah setegas itu ngomong gak lakunya." Foral tertawa mendengarnya padahal ia tidak sengaja.
"Sorry. Tapi gak salah kan." Ruvha hanya mangut-mangut dan berpikir sejenak, apa yang dikatakan Foral ada benarnya. Ia sedikit kesal sering diganggu oleh perkataan Neliz.
Setelahnya Foral menarik Ruvha untuk pergi dari sana karena ia merasa seram ditempat sesepi itu. Bagaimana bisa ada tempat sepi di sekolahan padahal penghuninya ratusan apalagi dalam persiapan festival tidak ada yang didalam kelas.
"Foral!" Dua gadis yang sedang berjalan menuju lapangan itu berhenti dan menoleh kebelakang. Seseorang sedikit berlari mendekati mereka dengan terengah namun masih diam.
"Kamu dari mana aja? Dari tadi aku cariin." Setelah mengatur napas Gema bicara pada kekasihnya itu.
"Sorry, tadi gue yang ngajak Foral." Ruvha sedikit merasa bersalah karena ia tahu Foral sudah berjanji dengan Gema untuk menemaninya latihan.
"Ohh hai Ruvha. Ohiya gue nyari Foral karena lo dicariin Zeris, seinget gue tadi Foral ngikutin lo soalnya." Jawab Gema yang ternyata ia malah mencari Ruvha, kenapa ia mau repot-repot mencarinya.
"Kenapa dia nyari gue?" Ruvha tidak mengerti jalan pikiran laki-laki itu. Untuk apa mencarinya padahal mereka baru bertemu.
"Entahlah. Tadi ada yang nelpon dia terus tiba-tiba wajahnya agak aneh gitu dan semua anak basket tadi disuruhnya nyari lo. Mending cepet deh lo kesana, gue takut ada apa-apa." Mendengar itu Ruvha merasa harus segera menemuinya, ia tidak bisa menebak apa yang terjadi sampai Zeris segitunya mencari dirinya.
Ruvha dengan setengah berlari menuju lapangan basket tempat yang mungkin Zeris ada disana.
Ketika ia sampai dapat dilihatnya Zeris berlari dari arah berlawanan dengan tatapan sulit diartikan dan tetap tidak berhenti walaupun sudah melihat Ruvha yang juga mendekat.
Ketika jarak mereka tinggal 1 meter, Zeris dengan dua langkah kedepan langsung memeluk gadis itu. Ruvha yang terkejut dengan gerakan tiba-tiba itu hanya terdiam dengan mata yang membulat.
Kenapa Zeris memeluknya?
.
.
.
.
.
.Next...
KAMU SEDANG MEMBACA
Halayacrep
Ficção AdolescenteJangan bertanya apa kesalahanmu. Karena aku yang salah... percaya bahwa kau akan memperbaiki segalanya ~Ruvha Wethaloria Gadis manis itu diam dengan tatapan terluka, mati-matian menahan air mata yang akan tumpah jika saja lelaki itu tak menatapnya...