Pagi ini Zeris berusaha memperhatikan dengan serius apa yang dijelaskan gurunya didepan sana namun selalu gagal. Ia tidak bisa fokus dan terus merutuki dirinya yang melupakan suatu hal penting.
Aery pasti akan marah padanya, padahal ia sudah berjanji akan menjemput gadis itu untuk kesekolah bersama hari ini dan ia malah terlambat. Ini semua salah Ruvha. Jika saja gadis itu tak membuat masalah, Cafar tidak akan memukulinya yang membuat ia bangun kesiangan. Pasti gadis itu mengadu pada Cafar.
Disaat bel istirahat berbunyi, Gema yang baru akan mengajak Zeris kekantin malah bingung karena temannya itu tidak ada disana.
Zeris berlari kekelas Aery berniat mencegah kemarahan gadis itu. Bisa gila ia jika gadisnya sampai marah.
Namun, takdir berkata lain. Zeris yang tengah berlari malah menabrak seseorang dengan setumpuk buku ditangannya, membuat semuanya berantakan. Orang itu adalah Ruvha. "Déjà vu." Pikirnya.
Terlihat jelas meski sebentar Zeris menatap Ruvha dengan pandangan yang sulit diartikan. Tidak seperti marah, kesal, biasa saja, sedih, senang atau apapun, benar-benar tidak bisa dideskripsikan.
Sedetik kemudian laki-laki itu bangkit mengabaikan Ruvha yang sibuk dengan tumpukan buku yang berserakan. Kenapa Ruvha membawa banyak buku? Tentu saja ini bagian dari pembullyan dirinya. Seisi kelas menyebut namanya ketika guru sejarah meminta bantuan.
Ketika ia melanjutkan jalan sepasang tangan justru mengambil alih sebagian besar buku ditangannya. Bisa dilihat Reiro dengan senyuman manisnya.
"Hmm... ruang sejarah kan." Katakan Reiro tahu segalanya, tak salah ia menjadi ketua osis. Sementara Ruvha hanya mengekor saja, sejujurnya ia tidak begitu tahu seluk beluk sekolah.
Sampai disana Reiro yang menyusun buku itu didalam rak milik guru sejarahnya.
Masih dengan senyuman manis yang bertengger di wajah tampannya, Reiro menatap Ruvha yang hanya diam mengingat berbagai hal yang baru ia ketahui.
"Kantin?" Pertanyaan yang lebih terdengar seperti perintah setelah Reiro menarik tangannya lembut menuju tempat itu.
Ruvha terus diam bahkan ketika Reiro langsung memesan makanan tanpa bertanya pada gadis itu. Dalam sekejap dua mangkok mi ayam tersaji didepan mereka.
"Lo sama Mona punya hubungan baik?" Nada bertanya yang Ruvha gunakan untuk mencoba menjawab pertanyaannya setelah mendengar apa yang Mona katakan.
"Tentu. Dia wakil gue." Jawab Reiro enteng sambil memakan mi ayamnya. Sepertinya laki-laki itu tidak tahu kalau Ruvha mengetahui perihal pertunangannya.
Ruvha diam sambil mengangguk perlahan menanggapinya. Ia tak akan memberitahu kalau dia sudah mengetahui itu. Kenapa? Katakanlah ia egois. Mona mengatakan bersedia untuk tempatnya digantikan, dengan Ruvha yang mulai nyaman bersama Reiro, tidak ada salahnya mencoba.
Sikapnya kembali seperti biasa. Menanggapi semua perlakuan manis dari Reiro, yang terlihat tulus. Menghargai tindakannya dengan menyetujui hal yang menurut Ruvha semuanya baik. Mungkin untuk hal ini ia sependapat dengan kata munafik yang Zeris lontarkan untuknya, mengingat seorang gadis yang memiliki tunangan mendapat perlakuan istimewa dari laki-laki yang sudah bertunangan.
Tapi hal itu terasa impas, melihat Zeris yang tidak menginginkannya sama seperti Mona yang mau membuang tunangannya.
Halayacrep
Hari ini festival tahunan SMA AKSA dimulai. Festival ini mengadakan perlombaan untuk beberapa cabang seperti basket, futsal, voli, Tari, dan drama, sesuai jenjang sekolah.
![](https://img.wattpad.com/cover/295340434-288-k427959.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Halayacrep
Teen FictionJangan bertanya apa kesalahanmu. Karena aku yang salah... percaya bahwa kau akan memperbaiki segalanya ~Ruvha Wethaloria Gadis manis itu diam dengan tatapan terluka, mati-matian menahan air mata yang akan tumpah jika saja lelaki itu tak menatapnya...