Siapa?

43 4 0
                                    

Dini hari tadi Foral memeriksa Ruvha dan gadis itu tetap terbaring diatas ranjang tanpa bergerak sedikitpun. Ia berencana akan membawa Ruvha kerumah sakit jika saja demamnya kembali datang, namun diurungkan karena ketika ia kembali mengeceknya sebelum berangkat sekolah ternyata gadis itu sudah bangun dan berusaha bangkit.

"Lo jangan sekolah dulu hari ini." Foral berucap khawatir yang dijawab anggukan pelan dari temannya. Ruvha tidak bisa bohong dengan mengatakan ia baik-baik saja, karena mau bagaimanapun ia memang sedang sakit bahkan untuk terduduk pun ia merasa sulit.

"Nih gue udah siapin bubur. Pembantu bentar lagi dateng, udah gue bilangin kalo ada lo. Jadi nanti kalo butuh apa-apa minta sama dia aja." Ujar Foral menunjuk meja disamping ranjang dengan semakok bubur dan segelas susu hangat diatasnya. Setelahnya ia pergi dan bersiap untuk kesekolah.

Ketika Foral akan berangkat seseorang datang dengan membunyikan bel rumahnya. Ia membuka pintu dan berpikir pembantunya sudah datang. Namun sosok didepannya sekarang justru membuat Foral bingung.

"Kenapa?" Tanya gadis itu datar.

"Almamater gue ketinggalan." Ruan menerobos masuk dengan Foral yang sedikit kesal melihatnya. Laki-laki itu diam sebentar dan berbalik menghadap Foral yang kembali menatapnya bingung.

"Dimana?" Tanya Ruan singkat. Foral mendengus namun tetap menunjukkan letaknya.

Ruan membuka pintu dan mendapati seseorang disana yang duduk bersandar dikepala ranjang sambil memainkan ponselnya.

"Udah baikan?" Tanya Ruan berjalan masuk menatap gadis itu yang bingung dengan kehadirannya. Ruvha mengangguk pelan menjawabnya. "Dia siapa?" Batin Ruvha keheranan. Ia tidak mengenalnya meski terasa familiar.

Ruan tersenyum kemudian meraih almamater beserta jaketnya yang tersampir di sofa dekat lemari. Ia memandang Ruvha sebentar yang memperhatikan gerak geriknya, ia berpikir mungkin gadis itu tidak mengingat kejadian kemarin.

Sampai Ruan keluarpun gadis itu sama sekali sekali tidak bersuara, hanya terus menatapnya.

"Dia baru sadar?" Tanya Ruan setelah keluar kepada Foral yang duduk di sofa sepertinya memang menunggu laki-laki itu.

"Hemm.. tadi pagi." Jawab Foral beranjak keluar dengan diikuti laki-laki itu. Saat Ruan sudah menaiki motornya ia tiba-tiba kembali mematikan mesinnya. Foral entah sudah berapa bingung dengan tingkahnya.

Gadis itu menatapnya seolah bertanya kenapa?

"Lo tau siapa Ravan?" Tanya Ruan tiba-tiba dan kali ini Foral terkejut mendengarnya.

"Lo tau dari mana?"

"Temen lo kemarin manggil nama itu terus." Foral bernapas lega mendengarnya. Melihat reaksi gadis itu membuat Ruan kembali bertanya.

"Emang kenapa?"

"Gapapa. Lo jangan pernah nyebut nama itu didepan Ruvha." Peringat Foral serius justru menciptakan banyak pertanyaan dikepala laki-laki itu.

"Kenapa?" Foral menghela napas menatap Ruan yang menunggu jawaban. Gadis itu sangat tahu sifat sepupunya yang satu ini, dia tidak akan menyerah sampai rasa penasarannya terjawab.

"Emm... Singkatnya, Ravan itu kembaran Ruvha tapi udah meninggal beberapa tahun yang lalu. Jadi Ruvha gak suka kalo ada yang nyinggung itu. Paham kan?" Ruan diam mendengarnya, ia mengingat sesuatu dan sedang mencoba memastikannya saat ini. Namun untuk sekarang mungkin dia hanya bisa mengangguk paham dan berhenti membahasnya.

Halayacrep

"Ruvha gak sekolah?" Foral terkejut dengan pertanyaan yang tiba-tiba terdengar dari belakangnya. Ia menoleh kesal sambil mengelus dada.

"Iya." Jawab Foral ketus merasa kesal dengan orang didekatnya ini. Gadis itu kembali melanjutkan langkahnya menuju kelas dan Zeris sudah pergi entah kemana.

Foral berjalan santai sampai ada yang menarik perhatian hingga berhasil menghentikan langkahnya. "Eh? Itu bukannya Mona?" Foral menajamkan penglihatannya, memperhatikan dengan seksama seseorang didepan sana yang ia kenal.

Ia melihat wakil ketos itu tertawa dengan seseorang yang wajahnya tertutup pintu loker yang terbuka. Foral berusaha melihat wajah itu karena ia yakin dihadapan Mona bukanlah Reiro walaupun ia tahu gadis itu memang tak menginginkan Reiro.

"Mereka terlihat mesra. Tapi siapa sih itu?! Kok sama sekali gak keliatan!?" Foral masih berusaha namun tidak mungkin untuk mendekat sampai telpon di saku berbunyi mengejutkannya. Ia mengangkatnya cepat setelah melihat siapa yang menelponnya dan buru-buru menuju tempat yang dikatakan orang diseberang sana.

Halayacrep

Ruvha duduk didepan televisi setelah membaca sebuah pesan dari Miltha.

M-
Kami akan di luar negeri dalam satu bulan ini. Jadi jangan lakukan hal bodoh! Kami tidak mau ada masalah saat kembali kesana!

Isi pesan yang sangat menyentuh bukan. Ruvha selalu bertanya-tanya dimana ibu kandungnya? Sepertinya ia memang hanya anak yang tidak diinginkan dan terpaksa dianggap keluarga.

Ia diam menonton tanpa minat siaran berita yang terpampang. Pembantu yang dikatakan Foral sudah pulang jam sejak tadi, ia pun sudah dibuatkan makan siang oleh ibu itu. Ruvha suka disini, ia bisa bicara sesuai keinginannya. Bisa memanggil orang yang lebih tua darinya dengan sebutan yang sopan. Andai saja di rumahnya juga bisa, namun itu hanya mimpi dalam hayalan, hal yang sangat tidak mungkin.

Berputar dalam pikirannya, Ruvha tidak menyadari kedatangan seseorang yang berjalan mendekat.

"Udah makan?" Tanya Foral ikut duduk disana dan bersandar disofa, terlihat lelah.

"Udah." Jawab Ruvha singkat.

"Hah... gue capek banget Vha." Foral mengeluh entah apa yang terjadi pada gadis itu, Ruvha menghadap sepenuhnya kepada Foral.

"Besok penutupan festival, dan tadi full latihan. Bahkan buat minum aja gak sempet." Jelas Foral sangat terlihat betapa lelahnya gadis itu. Ruvha tersenyum mendengarnya sambil mengelus pelan bahu gadis didepannya.

"Besok gue sekolah." Ruvha berkata masih dengan senyuman yang terpancar diwajahnya yang sangat pucat.

"Lo yakin?" Ternyata temannya itu masih menghawatirkannya. Ruvha hanya mengangguk mantap menjawabnya. Walaupun badannya masih lumayan lemas dan sakit ia rasa tidak ada salahnya sekolah. Mau tidak mau Foral terpaksa menurutinya, lagi pula tidak baik juga dirumah terus-menerus ketika sakit.

.
.
.
.
.
.

Next-

HalayacrepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang