Mungkin

62 6 1
                                    

"Lo kemaren kemana?! Telpon lo gak aktif! Gue telpon Zeris juga gak diangkat! Gue kira lo kenapa-napa!!" Foral langsung menyerbu gadis yang baru akan duduk itu. Ruvha menjauhkan telinga mencegah pendengarannya rusak akibat suara menggelegar milik Foral.

"Gue gapapa." Hanya jawaban singkat karena Ruvha tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya.

"Terus kenapa telpon lo gak aktif." Foral terlihat sangat curiga. Ia takut terjadi sesuatu sebab Ruvha seolah menghilang setelah pergi bersama Zeris kemarin.

"Abis batre." Kata itu yang terlintas di pikirannya meski ia tahu Foral pasti akan lebih memastikannya.

"Sampe pagi?" Foral memang orang yang punya ras penasaran tinggi melebihi gedung tertinggi didunia. Apa salahnya mempercayai teman yang sudah sangat lama bersamanya, apakah Ruvha setidak bisa dipercaya itu baginya.

"Iya. Semalem ma..ti lampu." Kali ini Ruvha gugup, dan tidak mungkin ia mengatakan ponselnya hilang saat ia pingsan. Yah... ponselnya hilang ketika itu, karena Zeris tidak menyadari apalagi dirinya kalau ponselnya jatuh.

"Bohong banget." Foral marah bisa dibilang ia sedikit kecewa karena Ruvha seolah tidak mempercayainya akhir-akhir ini. Hal itu membuat Foral diam sampai jam istirahat, bahkan bel pulang berbunyi Foral tak juga bergeming.

Kali ini Ruvha pulang dengan angkutan umum. Yah.. dia sudah pernah bilang kalau semua pekerja di rumahnya hanya milik kedua orang tuanya, jadi jika mereka tidak dirumah semua pekerja juga tidak akan datang dan ingat hanya ada satpam.

Pagi tadi pun sama, ia naik transportasi online. Bagaimana dengan Zeris? Tentu saja dia sudah pergi lebih dulu dan meninggalkannya. Ruvha juga tak berharap apapun, ia sekedar membiarkan laki-laki itu tinggal di rumahnya beberapa hari, mengingat di rumah besar itu ia hanya tinggal sendiri jadi apa salahnya menampung satu orang yang sialnya seorang Zeris.

Sesampainya dirumah keadaan sunyi menyambutnya, semua lampu yang belum sempat ia matikan masih menyala dan hal ini membuktikan kalau Zeris kemungkinan besar tidak ada disana. Ruvha menghela napas lega, berharap Zeris sudah kembali kerumahnya.

Namun itu hanya sesaat karena ketika dirinya berjalan menaiki tangga, pintu rumahnya terbuka dan menampakkan Zeris yang masih lengkap dengan seragam sekolahnya yang berantakan seperti baju yang sengaja tidak dimasukkan, kencing paling atas yang terbuka juga dasi yang sangat longgar serta tas yang hanya tersampir disalah satu bahu seperti para kaum adam yang mencoba terlihat keren, tapi menurut Ruvha seperti berandalan yang tidak punya rumah dengan kata lain gelandangan.

Laki-laki itu mendongak dan berlalu begitu saja menuju dapur, mengabaikan Ruvha yang menatapnya dari atas sampai bawah.

"Ini rumah gue tapi kok rasanya kaya gue yang numpang." Gumam Ruvha pelan sambil melanjutkan jalannya menuju kamar.

Setelah membersihkan diri gadis itu berbaring diatas kasurnya sambil memainkan ponsel, namun tiba-tiba satu pesan masuk membuat dahinya berkerut. Ia melihat nomor tak dikenal yang mengiriminya pesan. Tanpa curiga ia membuka pesan tersebut dan ia terkejut ketika membacanya, kemudian satu foto dikirim kepadanya. Buru-buru ia keluar dari kamar dan turun kelantai bawah.

"Zeris! Zeris! ZERIS!!" Ruvha berteriak sambil mondar mandir mencari keberadaan laki-laki yang entah berada dimana saat ini.

"Apaan sih! Gak usah teriak gue gak budek!" Kesal Zeris sembari menuruni tangga berniat menghampiri Ruvha yang menatapnya turun, hanya diam menunggu sampai dirinya sampai dilantai bawah.

"Kenapa?" Tanya Zeris terlihat enggan dan menatap Ruvha malas menunjukkan kalau dirinya merasa terganggu.

"Lo temen deketnya Gema kan?" Tanya Ruvha seolah memastikan.

"Iya. Kenapa emang?" Zeris penasaran kenapa Ruvha menanyakan itu, padahal ia yakin gadis itu sudah tahu hal ini.

"Dia selingkuh sama Mona?" Tanya Ruvha tenang menanti jawaban apa yang akan Zeris katakan. Sementara Zeris hanya diam dengan mata yang sedikit melebar, ia terkejut mendengarnya.

"Lo tau dari mana?" Kalimat yang jauh dari ekspetasi Ruvha, ia langsung kesal mendengarnya.

"Jadi lo udah tau?! Terus kenapa lo diem aja!?" Dengan nadanya yang sedikit meninggi karena kesal, Zeris mengalihkan pandangannya dan menarik napas pelan.

"Gue udah pernah larang dia, tapi kayanya... gak didengerin." Kalimat yang Zeris katakan dengan pelan itu tidak menjawab kekesalan Ruvha yang saat ini hampir menangis. Ia bingung bagaimana menyikapinya, mengingat Foral yang sangat percaya kepada Gema sepertinya gadis itu tidak tahu perihal ini.

"Sejak kapan?" Masih berusaha menahan air matanya yang siap tumpah, meski ia yakin Zeris menyadari dirinya akan menangis. Namun Zeris hanya diam tak menjawabnya, ia menatap dalam mata Ruvha dengan air yang berlinang dipelupuknya.

"Sejak kapan mereka gitu?" Nadanya yang terlalu tenang membuat Zeris takut, Ruvha tidak pernah memperlihatkan dirinya yang seperti ini. Ia tidak pernah terlihat sekesal ini namun dengan ketenangan yang terasa asing dengan air matanya yang tidak pernah terlihat.

"Gue gak tau." Jawabannya singkat.

Ruvha seketika mengalihkan pandangannya dan bergegas meninggalkan Zeris yang hanya diam. Sebelum Ruvha semakin jauh ia menahan tangannya dan membuat gadis itu berbalik kembali menghadapnya namun dengan pandangan yang menunduk serta air mata yang mengalir deras.

"Kenapa nangis!? Bukan lo yang diselingkuhi!" Bisakah laki-laki itu hanya diam saja, kenapa semua yang dikatakannya terdengar menyebalkan.

"Karena bukan gue." Berbeda dengan Zeris yang merasa fakta barusan bukanlah urusannya, Ruvha justru terlihat seolah menjadi korban.

"Ya terus kenapa nangis!? Bukan urusan lo. Biarin aja, itu masalah mereka!" Tetap seperti semula, hanya bentakan yang keluar dari mulut Zeris ketika berbicara pada Ruvha.

"Bisa gak sih lo sekali aja gak bentak gue? Gue salah apa sama lo?" Diluar pembicaraan saat ini Ruvha malah membahas hal lain dan Zeris langsung tersenyum sinis mendengarnya.

"Gue kira lo khawatir sama temen lo. Ternyata cuma gara-gara gue bentak, dan lo masih nanya salah lo apa? Banyak! Pertunangan salah satunya. Kalo lo gak setuju semua ini gak bakal terjadi. Lo itu emang nyusahin orang ya, jangan-jangan Gema selingkuh gara-gara Foral temenan sama lo." Ruvha kaget mendengarnya sampai-sampai air matanyapun berhenti mengalir, ia tidak menyangka Zeris berpikir sampai seperti itu. Sejahat itukah dirinya dimata Zeris.

Melihat Ruvha yang hanya diam ia lantas merasa perkataannya memang benar.

"Gue bahkan males ngehirup udara yang sama dengan lo. Lebih baik dipukuli daripada satu rumah bareng lo. Setelah gue pikir pertunangannya tetep harus batal. Gimana pun caranya lo harus batalin. Gue kasih waktu satu bulan. Ngerti!" Kalimat terakhir yang Ruvha dengar dari laki-laki itu karena setelahnya Zeris langsung pergi meninggalkan rumahnya dan dia yang membeku berusaha mencerna kejadian barusan.

Gadis itu bingung dengan semua yang terjadi, ia menyesal sempat berpikir Zeris mulai baik kepadanya. Mungkin laki-laki itu hanya sedikit melunak karena ia sedang sakit dan sekarang sudah tidak lagi. Ia yang bodoh karena pernah berpikir seperti itu.

Belum lagi masalah Foral kali ini bukanlah hal sepele. Foral dan Gema sudah sangat lama bersama dan ia tidak mengerti kenapa Gema melakukan ini. Setahunya Foral tidak pernah melakukan hal yang membuat Gema marah atau kecewa, dan hubungan mereka selalu terlihat baik-baik saja. Terlebih gadis yang berada ditengah mereka adalah Mona yang ia kira baik, tidak ada alasan atau pembelaan apapun untuk seorang yang merusak hubungan orang lain. Semuak apapun ia terhadap Reiro yang jelas-jelas mendekati wanita lain, namun itu tidak dapat membenarkan tindakannya.

Ruvha merasa bersalah, ia berpikir kalau dirinya salah satu alasan mengapa mereka melakukan ini, mungkin karena Reiro mendekatinya dan Mona mencoba untuk berhubungan dengan laki-laki lain tapi Foral yang menjadi korban kali ini.

Ia masih di tempatnya, berdiri mematung dengan ribuan pikiran yang berkecamuk dalam otaknya. Semua ini terlalu berat untuk dipikirkan dalam satu waktu.

Dan satu hal yang membuat Ruvha sangat kebingungan.

Bagaimana cara memberitahu Foral?

.
.
.
.
.
.

Next-

HalayacrepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang