Foral sedang berjalan mondar-mandir dengan khawatir sambil mengigiti kukunya. Ruvha hanya duduk diam memperhatikan kegugupan temannya yang akan memainkan peran utama dalam drama sebagai salah satu penampilan di acara penutupan festival.
Sudah puluhan kali Ruvha menenangkannya, namun kegugupan Foral tak berkurang sedikitpun. Tapi lihat saja nanti ketika dramanya dimulai, rasa gugup Foral akan berganti menjadi sebuah kepercayaan diri yang membuatnya memukau diatas panggung.
Ruvha menyemangati Foral untuk terakhir kali sebelum naik panggung. Ketika Foral mulai masuk, Ruvha keluar dari tempat itu dan pergi ke ramainya penonton. Gadis itu mencari posisi terbaik untuk melihat seluruh adegan.
"Aduh!" Ruvha memegang bahunya ketika tidak sengaja menyenggol seseorang yang lewat.
"Ruvha?" Seseorang memanggilnya membuat gadis itu menoleh.
"Oh... Sepupu Foral?" Ruvha tersenyum menyapanya. Sejujurnya ia lupa siapa nama laki-laki itu, ia baru melihatnya 2 kali. Ketika dilapangan basket dan kemarin pagi. Ruan tersenyum melihatnya "Kayanya dia gak tau." Batin Ruan. Ia mengajak Ruvha untuk duduk ditempat yang tidak terlalu ramai. Setelahnya mereka sama-sama fokus pada drama yang sedang berlangsung.
Waktu berlalu dan panggung diisi berbagai pertunjukan. Foral sudah duduk bersama mereka juga dengan Gema yang baru datang. Sebelum acara penutupan resmi, akan diumumkan pemenang berbagai lomba yang diadakan selama festival.
"Hebat juga sekolah lo." Ujar Gema menepuk lengan Ruan karena sekolahnya banyak memenangkan perlombaan termasuk basket. Yah, bahkan SMA AKSA kalah karena tim basket SMA LAVTA.
Tiba-tiba seseorang datang dan meraih tangan Ruvha membawanya pergi menjauh. Foral hendak mencegah namun Ruvha berkata tak apa membuatnya terpaksa membiarkan.
Disinilah Ruvha sekarang, tempat yang sama sekali tidak disangkanya. Mereka dikantin belakang yang sedang tutup, tempat dimana tragedi tak terlupakan terjadi. Kenapa Zeris membawanya kesana.
"Kenapa lo masuk?" Tanya Zeris tak melepaskan genggamannya di pergelangan tangan Ruvha. Gadis dihadapannya juga tak berontak, mungkin karena laki-laki itu tak kasar seperti biasanya.
"Emang kenapa?" Ruvha bertanya karena ia bingung dengan pertanyaan itu.
"Lo masih sakit. Kalo tiba-tiba lo pingsan gue yang susah!" Terdengar sedikit bentakan dalam suaranya yang cukup membuat Ruvha kaget.
"Gak kok. Bukan lo, tapi diri gue sendiri. Jadi gak usah repot mikirin kondisi gue, karena gue pun gak mau nyusahin diri gue. Udah cukup puluhan orang disekolah ini yang buat gue susah." Ruvha mengatakannya dengan tatapan datar meski sejujurnya ia kesal dengan laki-laki ini.
Zeris diam menatap lurus gadis dihadapannya yang berkata tanpa ekspresi.
"Kapan pertunangannya batal?" Ujung-ujungnya tetap itu yang akan dibahas laki-laki yang sialnya berstatus tunangannya ini, ia selalu mengharapkan pertunangan mereka batal namun tak sedikitpun berusaha untuk hal itu.
"Pasti batal... tapi bukan sekarang." Ada jeda dalam kalimatnya dan tak ada tanggapan dari Zeris.
"Orang tua gue lagi diluar negeri, pulangnya gak tau kapan. Sampe saat itu, anggap aja kita gak pernah tunangan bahkan gak saling kenal." Sambungnya yang kemudian berlalu pergi meninggalkan Zeris yang genggamannya terlepas begitu saja.
Namun belum jauh dari pandangan Ruvha berusaha mati-matian menahan pusing yang tiba-tiba melanda. Ia berusaha berjalan secepat mungkin, setidaknya tak terlihat lagi oleh Zeris. Tapi itu hanya keinginannya semata karena jalannya justru semakin melambat, dan laki-laki itu menyadarinya. Ia terus menatap langkah Ruvha yang mulai tidak seimbang. Dan sedetik kemudian tubuhnya limbung dan kesadarannya menghilang.
![](https://img.wattpad.com/cover/295340434-288-k427959.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Halayacrep
Teen FictionJangan bertanya apa kesalahanmu. Karena aku yang salah... percaya bahwa kau akan memperbaiki segalanya ~Ruvha Wethaloria Gadis manis itu diam dengan tatapan terluka, mati-matian menahan air mata yang akan tumpah jika saja lelaki itu tak menatapnya...