Partner

40 4 3
                                    

Ruvha duduk dibangkunya sendirian, mengingat bel istirahat baru saja berbunyi yang menyebabkan kelas langsung kosong dalam hitungan detik. Foral akhir-akhir ini terlalu sibuk dengan berbagai urusan perlombaan yang akan ia ikuti dan Ruvha tidak memiliki teman selain gadis itu.

Merasa bosan dengan keheningan kelasnya, Ruvha memutuskan untuk keluar dan tentu saja bukan kantin tujuannya. Selain karena tempat yang pastinya terlalu ramai itu ia juga tidak bodoh untuk membiarkan orang-orang menjadikannya bahan gunjingan.

Menghindari keramaian justru membuat kakinya benar-benar mengarah ke tempat yang terlalu sepi, juga tempat yang sedikit membuka ingatan yang belum lama terjadi. Gedung olahraga. Satu-satunya rooftop yang terlihat rapi dari seluruh gedung sekolah ini. "Mungkin karena sang ketua osis yang sering duduk disini." Pikir Ruvha setelah melihat Reiro duduk diatas pagar beton yang entah mengapa temboknya setebal itu, siapapun akan merasa nyaman duduk disana meskipun dalam sekali dorong saja pasti akan jatuh.

Ruvha berniat kembali dan membiarkan Reiro bergelut dengan pikirannya, namun ia urungkan setelah mendengar helaan napasnya yang terasa berat. "Apa karena masalah kemarin?" Batin Ruvha mengingat hal apa yang berkemungkinan membuat laki-laki yang selalu terlihat baik-baik saja itu menghela napas dengan sangat berat.

Berjalan pelan mendekati Reiro yang masih tidak menyadari kedatangannya, "ekhem." Sedikit bersuara untuk memberitahu keberadaan. Reiro seketika menoleh dan mendapati seorang gadis yang menatapnya lembut.

"Kalo mau bunuh diri jangan disini. Gue gak mau sekolah ditempat angker." Ujar Ruvha menatap Reiro yang juga melakukan hal sama. Tak disangka Reiro tersenyum tipis dan kembali menatap kedepan setelahnya. Ruvha ikut naik dan duduk disebelahnya, menatap ruang bebas yang hanya berisi angin dihadapan mereka.

"Cewek bukan cuma Mona, selain dia masih banyak cewek yang cantik kan?" Tanya Ruvha bercanda diselingi tawa ringannya seolah ingin membuat Reiro sedikit merasa terhibur. Namun Reiro hanya diam mendengarnya, masih nyaman menatap kosong kedepan.

Merasa tidak direspon oleh orang disampingnya, Ruvha menoleh dan dahinya sedikit berkerut. "Gue misalnya." Sambung Ruvha menjawab sendiri pertanyaannya dan Reiro justru tertawa mendengarnya. Gadis itu tersenyum merasa berhasil menghibur laki-laki tampan disampingnya.

"Gue serius. Dia gak cocok jadi pasangan lo. Yah, mungkin kepribadiannya menarik, tapi selingkuh bukan hal yang bisa dianggap bener. Dan menurut gue itu penyakit juga kebiasaan, gak akan pernah sembuh, gak akan pernah berubah. Lo pasti pernah denger kan kalo kita gak akan pernah bisa ngerubah orang lain, dan gue gak yakin kalo lo punya cukup kekuatan untuk nyembuhin penyakit yang disebut selingkuh." Reiro hanya diam mendengarkan Ruvha yang berbicara panjang lebar seolah ingin membuatnya merasa baik-baik saja meskipun apa yang ada dipikirannya dan yang dimaksud gadis itu sangat berbeda.

Mungkin untuk masalah perselingkuhan yang Ruvha maksud memang sedikit mengganggunya, namun ia tidak punya waktu untuk terus memikirkan itu karena ia memiliki ribuan urusan yang jauh lebih penting dari itu.

"Entar malem sibuk gak?" Tanya Reiro tiba-tiba membuat Ruvha diam dan ternyata gadis itu ngelag, sepertinya jaringan otaknya menurun menyebabkan loading yang terlalu lama atau pertanyaan itu tidak terlintas sedikitpun diotaknya.

"Ha?" Wajah bingungnya kembali membuat Reiro tersenyum, dan dengan pelan mengulang pertanyaannya. "Ada janji gak nanti malem?".

"Ooh... nggak sih. Kenapa?" Jawab Ruvha setelah mengingat-ngingat adakah rencana untuk malam ini.

"Lo tau Yuko kan? Bendahara osis. Dia ngundang satu sekolah untuk dateng ke acara ulangtahunnya." Reiro memberitahu hal yang sudah gadis itu ketahui, lantas kenapa dengan itu.

HalayacrepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang