Berubah

72 4 0
                                    

Ruvha kembali kekelasnya yang langsung disambut tatapan mengerikan. Ia bersikap biasa seolah tatapan itu bukan untuknya. Tapi manusia tetap manusia, mereka melakukan apapun untuk kesenangannya.

"Lo gak tau malu banget ya!" Salah satu teman kelasnya berdiri didepan Ruvha yang belum sampai kekursinya.

Ruvha mendongak melihat laki-laki yang dia rasa mereka pernah berbicara pun tidak. Ruvha malas menanggapinya karena ia tahu laki-laki itu akan mengatakan apa.

Ia berniat pergi menghindar namun kembali dihadang.

"Minta maaf sama Aery." Kalimat yang keluar dari mulutnya membuat Ruvha mengerutkan dahi.

"Kenapa?" Tanya Ruvha spontan merasa hal itu tidak beralasan.

"Masih nanya kenapa? Gak habis pikir gue." Laki-laki dengan nama Aidan yang terdengar indah namun dengan sifat yang berbanding terbalik.

"Kalo Lusita mungkin gue paham dia ngomong apa ke kalian. Tapi kalo Aery gue rasa ada yang salah disini." Ruvha menatap Aery yang diam menunduk menghindari tatapannya.

"Bisa lo jelasin Aery?" Sambung Ruvha masih menatap lurus terhadapnya.

"Gak ada yang perlu dijelasin." Satu kalimat itu mampu memperburuk atmosfir di kelasnya. Kembali bisik-bisik terdengar di telinga membuat muak.

Apa gadis itu lupa dengan apa yang terjadi kemarin. Bukankah dengan kesadaran penuh gadis itu disiksa terang-terangan oleh 4 cewek gila yang Ruvha pun tidak kenal. Lantas kenapa seolah mereka menjebaknya dan mengatakan hal yang tidak Ruvha lakukan.

Setelahnya mereka tidak membiarkan Ruvha untuk bicara, sehingga gadis itu memilih diam dan tutup telinga sampai bel pulang berbunyi. Foral yang sedari awal mencoba membelanya malah ikut dimaki dan sedikit membuat gadis itu tertekan.

Setelah bel pulang berbunyi orang-orang di kelasnya masih lumayan ramai, belum sepenuhnya meninggalkan kelas.

Sebelum Ruvha beranjak Foral mengatakan sesuatu, "Vha. Lo hati-hati sama Aery. Ada yang gak beres." Ujarnya khawatir. Ruvha hanya mengangguk karena ia tahu kekhawatiran temannya itu.

Foral keluar terlebih dahulu karena Gema sudah menunggunya untuk pulang bersama.

Dan ketika Ruvha berada diambang pintu berniat untuk pergi, ada satu benda pendarat di punggungnya dari suaranya Ruvha tahu itu apa.

Seketika tawa yang sangat kencang terdengar dari dalam kelasnya oleh beberapa orang. Tanpa berbalik gadis itu melanjutkan langkahnya.

Ia mengurungkan niat untuk langsung pulang melainkan pergi ke toilet terlebih dahulu.

Gadis itu melepaskan almamaternya setelah masuk ke salah satu bilik yang kosong. Terlihat jelas telur yang sudah pecah dan terdapat serpihan cangkang serta bau amis yang tercium. Ia hanya menghela napas berat, sedikit membersihkannya dan memasukkan almamaternya kedalam tas.

Ruvha tidak langsung keluar, ia hanya duduk diatas kloset yang tertutup. Ia tidak mungkin keluar toilet dalam keadaan tangan dengan beberapa lebam dan lecet yang tidak tertutup apapun dengan siswa yang masih ramai disekolah.

Setelah setengah jam menunggu barulah Ruvha keluar. Ia melihat sekitar dan tidak ada orang lagi disana. Ia berjalan santai dengan memainkan ponselnya sampai seseorang memanggilnya dari atas.

Ruvha menoleh bersamaan dengan air dingin yang mengguyurnya. Ia terkejut dan melotot. Memang tidak sakit tapi air yang menyiramnya itu mengeluarkan bau busuk, seperti sampah basah.

Terlihat beberapa orang tertawa dari jendela yang terbuka di lantai dua lorong yang menghubungkan antar gedung. Ruvha mendongak dan melihat jelas siapa yang menyiramnya, itu adalah Lirra dan teman-temannya. Kemudian mereka berlari seolah tak bersalah.

HalayacrepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang