68. Worried

33K 3.5K 1.6K
                                    

Hai pacar Jaemin di sini dan kembali update untuk kalian yuhu😍💗🦋

Ramaikan lagi 1,5k vote + 1k komen untuk cepat-cepat perang mencari keadilan😎✊🏻

janga lupa follow instagram:
@bilasalmon.wp
dan instagram RP ya🥰

•••

Usai mengantarkan sang kekasih kembali ke rumah, Arsen di kejutkan dengan adanya Damaroz—sang Kakek yang tengah duduk bermain kucing bersama adik kecilnya itu di ruang tamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Usai mengantarkan sang kekasih kembali ke rumah, Arsen di kejutkan dengan adanya Damaroz—sang Kakek yang tengah duduk bermain kucing bersama adik kecilnya itu di ruang tamu. Wajah Arsen berubah tidak suka. Rahangnya pun seketika mengeras menahan rasa kesalnya saat melihat wajah dari sang Kakek.

"ABANG!" teriak Arkan histeris seraya berlari sempoyongan menghampiri abangnya. Ia selalu heboh jika Arsen datang entah itu pulang dari sekolah atau rapat.

Arsen berjongkok menyapa sang adik. "Seragam Abang basah, Abang mandi dulu ya, boleh?"

Arkan mengangguk semangat. "Olipop?"

"Ada, Sayang. Arkan mau berapa?"

Arkan membalasnya dengan menunjukkan jari telunjuk dan tengahnya. "Ua,"

Arsen mengusap kepala adiknya. "I'll take a bath first, okay?"

"Ocey." jawab Arkan, lalu ia berlari kecil menyapa kucingnya yang duduk anteng di karpet ruang tamu. "Hai, Mowwy!"

Arsen berlalu tanpa menghiraukan sang Kakek yang tengah menatapnya. Kepalanya terasa pusing karena terkena hujan. Suhu tubuh Arsen sangat panas. Ia ingin cepat-cepat mandi dan beristirahat.

"Mana attitude kamu terhadap yang lebih tua, Arsen?" Kakek membuka suara.

Arsen menghentikan langkahannya. Kini posisinya membelakangi sang Kakek. Ia menghela napas kasar lalu ia berbalik badan. Jika di diamkan sudah di pastikan masalah ini akan membuat kepala Arsen semakin pecah.

"Maaf, kalo Kakek mau membahas soal kemarin, saya tidak ada waktu. Saya tetap pada pilihan saya sendiri."

"Kalo begitu, bawa gadis itu di hadapan Kakek."

Ucapan sang Kakek sempat membuat Arsen diam sebentar. Arsen tidak bisa berpikir jernih untuk saat ini karena kepalanya itu sangat pusing karena terkena hujan. Yang Arsen inginkan hanya istirahat menenangkan pikiran, bukan menambah pikiran.

"Bawa gadis yang katanya pacarmu itu di hadapan Kakek. Kakek ingin bicara dengan gadis itu secara empat mata."

Nada bicara Damaroz terkesan menantang dan meremehkan. Keangkuhan dan egoisnya itu sangat amat tinggi. Rasa merasa benarnya selalu di besar-besarkan, karena Damaroz merasa bahwa segala pilihan untuk para cucunya itu sudah tepat.

"Jika tujuan Kakek untuk mempermalukan karena keegoisan pribadi, maaf lebih baik pikirkan saja kepentingan Kakek sendiri. Saya tidak akan pernah bisa. Saya tetap menolak."

ARSENIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang