73. Berjuang

50.8K 4K 2.5K
                                    

Seperti biasa 1k vote + 1k komen lagi
Sebelum baca janji dulu, janji nggak nangis dan menerima semuanya ya?
Semoga chapter ini bisa kalian terima🥺

•••

Di pukul 23

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di pukul 23.00 malam, Arsen berencana untuk mengunjungi tempat tinggal Samuel bersama Rizky. Sesuai alamat yang Dokter Rafdy berikan, Arsen segera berangkat menuju lokasi tersebut. Terlihat lampu dalam rumah Samuel menyala dan itu membuat mereka semakin yakin bahwa Samuel pasti ada di rumah.

Mereka berdua segera turun dari mobil. Pagar rumah Samuel terbuka lebar, Arsen melangkah masuk lebih dulu kemudian di susul oleh Rizky di belakangnya. Arsen menekan bel rumah sebanyak 3 kali.

Cukup lama mereka menunggu, akhirnya pintu rumah itu terbuka. Arsen yang tadinya menunduk, ia menaikkan pandangan dan terkejut hebat saat mendapati wajah lelaki berpenampilan sederhana dengan syal yang melilit di leher, wajah danbibirnya yang pucat yang ia rindukan selama hampir 3 tahun ini.

Ya. Lelaki itu adalah Samuel. Sahabat sekaligus anggota inti Ascencio. Dia masih hidup.

Melihat siapa yang datang di malam yang larut ini, Samuel membelalakkan mata terkejut. "S-sen?"

Tanpa aba-aba, Arsen memeluk sang sahabat erat. Pelukan persahabatan yang sudah lama hilang hampir 3 tahun lamanya. Samuel membalas pelukan Arsen tak kalah erat. Arsen mengurai pelukan. Ia sangat tidak percaya bisa bertemu dengan sahabatnya lagi.

Samuel tersenyum. Ia pun sama bahagianya seperti Arsen. "Masuk dulu,"

Rumah Samuel sangat sederhana. Samuel mempersilahkan Arsen dan Rizky duduk di ruang tamu. Sebelum memulai, Arsen memulai dengan basa-basi sedikit mengilas balik masa di mana Samuel masih menjadi anggota inti pada masa itu. Sekaligus memperkenalkan Rizky pada lelaki itu. Meskipun sebenarnya Samuel tahu siapa itu Rizky.

"Jadi Dokter Rafdy Om lo?" tanya Samuel pada Arsen.

Arsen mengangguk samar. "Sorry, gue lancang."

Samuel menghela napas berat. "Cepat atau lambat semuanya akan terungkap, Sen."

Arsen mengamati kondisi Samuel yang rapuh. Tubuh lelaki itu sangat terlihat kurus. "Kenapa lo sembunyi, Sam?" tanyanya khawatir.

Samuel mengubah posisi duduknya menjadi bersandar di sofa. "Ini cara gue untuk bertahan hidup, karena gue tau Junior ajan selalu ngincar gue sampai kapanpun meskipun kondisi gue saat ini kayak gini."

"Lo ada masalah apa sama dia?" tanya Arsen lagi. Ia bertanya tentang hal itu karena ia memang benar-benar tidak tahu.

Samuel memegangi dadanya. "Keluarga gue terlibat kasus hutang. Sebagai ganti pelunasan hutang, mereka ingin menjodohkan Samira dengan Junior. Kalau Samira menerimanya, hutang itu akan lunas,"

Samuel mengambil napas perlahan. "Samira menolak perjodohan itu. Keluarga Yudhi Prasaja nggak terima, terlebih lagi Junior karena dia terobsesi ke Samira. Saat itu bokap nyokap di Bandung karena Samira sekolah di sana, dan gue di Jakarta tinggal sama Kakek Nenek. Ini alasan kenapa kami sekolah di kota yang berbeda,"

ARSENIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang