72. The truth

29.2K 3.2K 1.3K
                                    

Seperti biasa 1k vote + 1k komen lagi
jangan pada bosen ya😭👍🏻
Semoga chapter ini kalian ga kecewa aku bener-bener pasrah🥺

•••

Pukul 21

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pukul 21.30 malam, sepulang dari bertemu Kakek dan Nenek Arsen, Alanna melangkah berat masuk ke dalam rumah. Namun, sorot matanya tidak sengaja menangkap mobil mewah yang sudah terparkir di garasi. Jika di amati lagi, itu bukan mobil miliknya apalagi milik Armando. Dengan rasa penasarannya, Alanna berlari kecil dan langsung masuk ke dalam rumah.

Di dalam terlihat sepi tak ada satu orang pun. Tapi, pintu ruang kerja Armando sedikit terbuka, bahkan lampu ruang kerja itu pun masih menyala. Alanna mendekat dan bersembunyi di balik pintu. Ia mencoba mengintip dan mendengarkan sesuatu yang di bicarakan antara Ayahnya dan juga satu orang lelaki.

Suara perbincangan mereka hanya terdengar samar-samar, karena rasa penasaran Alanna itu tinggi, ia membuka lebar pintu kerja Armando.

"Papa?" beonya.

Mendengar suara panggilan dari sang putri, Armando menoleh. Lalu di susul juga oleh lelaki di sampingnya. Mereka sama-sama terkejut. Saat melihat dengan siapa Armando berbicara, Alanna membelalakkan mata tidak percaya. Sangat tidak percaya.

"Lo?"

Armando melangkah berat menghampiri putrinya. "Nak, Papa..."

Alanna menggelengkan kepalanya tidak percaya. Juga kecewa. Alanna menatap 2 lelaki di depannya itu secara bergantian. Lelaki itu menghampiri Alanna. Namun, Alanna menolak. Ia berjalan mundur menjauh dari lelaki itu. Alanna menatap lelaki itu penuh dengan kebencian. Sangat benci.

Jari telunjuk Alanna menunjuk lelaki itu. "Jangan coba-coba deketin gue!"

Lelaki itu masih mencoba menarik tangan Alanna, namun di tepis kasar oleh gadis itu. "Na, aku bisa jelasin,"

"Enggak!" tolak Alanna cepat. Ia menggelengkan kepala. "Ini nggak mungkin. Nggak mungkin!"

Armando ikut mendekat. "Nak, Papa bisa jelaskan,"

Alanna menyangkal. Kini ia sedang membendung air mata. "Jelasin apa, Pa?! Jelasin apa? Papa nggak tau dia yang sebenarnya itu siapa!"

Armando bergeming.

"Dia Farhan, Pa. Tangan kanan Junior. Musuh Alanna!"

Ya, lelaki itu adalah Farhan. Farhan mununduk memejamkan kedua matanya dalam-dalam. Ia memilih untuk diam. Ia tahu hal ini akan sulit di terima oleh Alanna, karena di mata Alanna ia adalah lelaki sial yang menyebabkan perdendaman ini berkepanjangan.

Armando diam. Ia kesulitan melawan sifat keras kepala dari putrinya. Tetapi ia masih tetap berusaha menangkan sang putri agar mau mendengarkan penjelasan darinya.

"Nak, ini semua tidak seperti yang kamu kira. Papa akan jelaskan semuanya ke kamu, tapi Papa mohon kamu tenang, ya?" pinta Armando.

Alanna menyeka kasar air matanya. Tatapannya masih tidak bisa teralih dari Farhan yang masih berdiri di sana.

ARSENIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang