4. Planning

89.3K 7.3K 392
                                    

yuk ajak temen-temennya mampir

sebelum baca jangan lupa kali pencet tombol bintangnya😌

•••

Suara deru mesin motor berhenti dan terparkir rapi di dalam garasi bangunan menjulang tinggi yang mewah bertingkat tiga ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara deru mesin motor berhenti dan terparkir rapi di dalam garasi bangunan menjulang tinggi yang mewah bertingkat tiga ini. Setelah memarkirkan motornya dengan aman, cowok itu masuk ke dalam rumah. Tak lupa ia sapa semua orang yang ada di setiap sudut rumahnya, mulai dari penjaga gerbang, tukang kebun sampai para pekerja rumah yang lain.

"Assalamu'alaikum, Arsen pulang." salam Arsen saat sudah masuk ke dalam rumah.

"Waalaikumsalam, Sayang!" suara lembut dari wanita paruh baya itu menyambut Arsen dengan hangat.

Arsen menghampiri dan mencium punggung tangan Selena—Bundanya. "Masak apa, Bunda? Wangi banget,"

Selena tersenyum. "Masak ayam songkem, kesukaan kamu sama Arkan. Suka nggak?"

Arsen mengecup pipi Bundanya itu singkat. "Suka. Yaudah Arsen ke kamar ya, Bunda?"

Selena mengangguk. "Oh ya titipan Bunda, udah kamu kasih ke Rio belum?"

"Udah Bunda, katanya Rio mau kesini nanti."

Selena mengangguk lagi. "Yaudah nanti kalo kamu udah bersih-bersih, turun ya, jagain Arkan. Dia rewel minta main terus sama kamu,"

"Iya, Bunda."

Arkan Gibranuel Bhalendra, adik Arsen yang masih berusia 3 jalan 4 tahun. Sangat jauh beda usianya dengan Arsen.Walaupun begitu, Arsen sangat sayang kepada adik kecilnya ini. Arsen tidak akan pernah mengecewakan Arkan, karena usianya yang kecil itu rentan rewel. Sepenting apapun urusan yang harus Arsen selesaikan, jika Arkan mengajaknya bermain lebih dulu, Arsen akan menurutinya sampai Arkan puas.

Arsen melangkah menghampiri Arkan yang duduk di atas sofa sambil memainkan mainan mobil-mobilannya. "Ganteng, lagi apa?" sapa Arsen yang kemudian mengecup pipi Arkan dan mencubitnya gemas.

"Alkan ain ini nih." jawab Arkan sambil menunjukkan mainannya pada Arsen. Arsen tersenyum dan menggigit pipi Arkan semakin gemas. "Huaa akit Abang!"

"Arsen jangan gitu dong, Nak!" peringat Selena sambil merapikan meja makan.

Kebiasaan Arsen memang tidak bisa hilang. Mau bagaimana lagi, meskipun Arsen terkenal dengan sifat cuek dan juga galak, ia memiliki sifat yang sangat hangat dan penyayang. Arkan di mata Arsen itu sangat menggemaskan dan lucu.

"Iya, iya maaf ya? Dimaafin nggak?" Arkan mengangguk ditambah lagi pipinya ikut bergoyang. "Tos dulu,"

Arkan ber-tos tangan dengan Arsen. "Abang Asen ayo ain ini. Vlumm vlummm!"

Arsen tersenyum. "Iya, Sayang, tapi Abang mandi dulu ya? Nggak boleh bandel!"

Arkan mengacungkan jempolnya. "Oce Abang Asen."

ARSENIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang