Something I Don't Know

758 143 28
                                    

Rosie sedikit gundah, ponsel masih ditangan, sementara ia telah sampai di rumah. Sendirian. Iya, sendirian, yang katanya kalau dihubungi akan menjemput. Tapi wanita kurus itu tak mengangkat entah ke berapa kali ia membuat panggilan telepon seluler. Dari ia selesai sift kerja, keluar Club, naik taksi, masuk rumah, dan sampai sekarang.

Gundahnya jadi sedikit kesal, entah ia kesal kenapa. Apakah karena sudah ada rasa? Atau merasa memiliki?
Tidak, dari awal, Rosie harusnya tak punya perasaan seperti itu. Dari pertama, ia harusnya membuat tembok, benteng; berlapiskan baja, besi, plus duri-duri runcing agar siapapun yang menginjak akan mundur.

Tapi kenapa? Bukankah ia selalu profesional? Bukankah ia tidak tergoda dengan semacam itu? Ya .... Semacam, jatuh cinta?

Oh, shit!

Rosie tergelak, ponselnya berbunyi keras otomatis ia angkat, siapapun itu pasti si kurus yang beberapa menit hampir satu jam ini tak bisa hubungi.
“Kenapa kau tak mengangkat teleponku? Kau sibuk? Harusnya kamu tidak usah berbicara padaku seolah kau bisa kapanpun ada saat aku butuh. Aku tidak suka pikiran berharap seperti ini. Tapi kau malah membuatku terus menghubungimu tapi kau—“

“Chaeng, ini aku.”

Mingkem. Rosie langsung diam dan tampak malu, apalagi ia hampir saja membentak entah mengeluarkan emosi semacam apa pada orang yang ia kira si Dia.

“Oh,” sejenak melihat layar ponsel dan menyadari siapa gerangan yang menelepon. “Ada apa? Ada masalah?” biasanya sih, lelaki ini menelpon hanya karena ada masalah.

“Lisa menyuruhku untuk mencari data dan kehidupanmu. Bagaimana menurutmu? Apa aku akan memanipulasi semua atau ...” kalimatnya masih mengambang, sebab apapun keinginan si perempuan, ia akan kabulkan.

“Tidak apa. Berikan saja apa adanya, kau tahu harus memotong bagian apa untuk tidak diketahui.” Ia ingin langsung menutup telepon, tapi juga lupa bilang, “maaf untuk tadi. Aku tidak bermaksud memarahimu.”

“Chillex, I knowww...”

Stop!” Rosie memencet ponsel dengan keras seolah layar sentuhnya telah berubah dengan tombol keypad ala ponsel lama. Sedikit kesal, sebab seperti telanjang, saat kehidupan pribadimu terlalu diketahui oleh seorang atau beberapa.

“Ummaaa...”

Baru juga Rosie ingin beranjak ke lantai atas, tapi ibu dan anak ini mulai perang mulut entah apa. Dari tadi, ia tahu betapa berisik keduanya. Namun ada sesuatu yang mereka bahas bukan cuman berdebat karena sebuah makanan.

Jadilah ia akhirnya memilih memutar arah, menemui keduanya di dekat dapur.

“Kenapa?” Ia memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas. Bersiap fokus mendengar keduanya.

“Aku menghilangkan gelang panda itu. Dan Lisa Unnie memungutnya.” Ji eun tampak tertekan, matanya bahkan merah menahan air mata yang ingin keluar. Meskipun ia akhirnya lega jika sang Kakak akhirnya pulang juga. Karena semua masalah ini hanya bisa diselesaikan oleh wanita yang lebih tua itu.

“Tunggu, bisa jelaskan awalnya? Bagaimana gelang itu hilang? Bagaimana kamu bertemu Lisa? Dan bagaimana Lisa bisa memungut gelangmu itu?” Rosie menyeret kursi ruang makan, diikuti Ibu-anak yang spontan ikut duduk di depannya.

“Aku tidak sengaja menabrak punggung Lisa Unnie tadi petang, Eomma sudah menyuruhku untuk tidak melihat ponsel saat berjalan. Tapi lelaki yang aku suka baru saja meng-like fotoku di instagram. Jadi aku tidak bisa lepaskan pandangku dari ponsel, aku hanya ingin memas—“

“Tunggu, tunggu ...” Rosie mengangkat telapak tangannya di depan wajah Ji Eun, kalau bisa sih, ia taplok saja bibir gadis itu dengan permukaannya. “Bisa kau ceritakan intinya?”

“Oh, oke.” Ji Eun menelan ludah, lalu berdeham sebentar untuk mengingat adegan sebelumnya. “Aku menabrak Lisa Unnie dengan tidak sengaja, ia hampir saja jatuh, tapi untung saja tidak jatuh, karena tongkatnya sangat kuat ditekan, tapi aku melihat jika ujung tongkatnya berkepala panda. Persis seperti gelangku. Aku berpikir dimana dia bisa beli tongkat itu? Kenapa kepala pandanya sama per—“

“Berhenti, berhenti...” Bisa Rosie gaplok saja bibirnya? Tapi jangan, nanti gadis itu akan menangis dan pada akhirnya tidak akan cerita apa-apa.

“Lanjutkan lagi setelah kau menabraknya, lalu bagaimana gelangmu bisa Lisa ambil?”

“Oh, iya. Mungkin gelang itu jatuh saat aku menabrak punggungnya. Karena ponselku sempat terjatuh di trotoar, dan gelang itu memang menjadi gantungan ponselku selama ini. Unnie tahu, kan?” Tahu tentang gelang kepala panda itu. Karena ia telah menceritakan bagaimana ia mendapatkan sang Gelang dan menjadi benda sakral yang selama ini ia bawa kemanapun.

“Iya, aku tahu gelang itu. Lalu? Kenapa Lisa bisa mengambilnya? Kenapa kamu tidak tahu jika gelang itu terlepas dari ponselmu?”

“Aku panik, Unnie. Aku hampir menyebut nama Lisa Unnie di depan wajahnya. Jadi aku hanya mengambil cepat ponselku dan Eomma telah menarikku pergi begitu cepat. Kenapa aku yakin Lisa Unnie mengambilnya, karena saat aku kembali setelah sadar gelangnya tidak ada. Lisa Unnie telah memungut sambil berjalan pergi menatap gelang itu.” Ji Eun akhirnya mengambil napas setelah kalimat tanpa menarik udara masuk. Ia khawatir dan cemas, ya ampun. Stress ujian saja tidak membuatnya seperti ini.

Rosie menghela napas. “Mampus kau, Ji Eun.”

“Huaa...” Ji Eun akhirnya menangis putus asa. Ia pikir Chaeyoung akan menenangkannya seperti biasa. Namun kali ini ia memang akan 'mampus'.

~~##~~

Lisa sudah berusaha mencari gelang masa kecilnya itu. Ia tahu persis dimana menyimpannya. Sebab kotak perhiasan zaman dulu, ia simpen disini dengan isi pernak-pernik emas tahun-tahun saat ia kecil.

Ia membagi beberapa kotak, lemari, hingga sekat dengan isi yang berbeda. Dari perhiasan, benda penting, buku tabungan, pakaian, hingga perhiasan. Ia simpan di kamar khusus dengan dengan banyak foto lama orang tuanya.

Lisa hapal dengan semua ini. Tapi kenapa gelang itu tidak ketemu?
Sambil mengobrak-abrik beberapa kotak, Lisa sibuk menggerayangi ke dalam benda-benda yang lama sudah tidak ia sentuh. Hingga akhirnya kepala itu muncul setelah ia menumpahkan semua isi kotak itu ke lantai dengan putus asa.

“Ini.” Lisa memungut kepalanya, membalik si Panda, dan melihat lagi huruf L di belakangnya. Sementara ia mengeluarkan gelang yang ia temukan itu dari kantong, melakukan hal sama, dan menemukan huruf J di belakang kepala panda.

How?”

Bagaimana bisa? Karena, gelang ini di desain pribadi dan tidak mungkin orang lain bisa mendapat duplikat yang  sama persis. Seolah gelang itu memang dibuat untuk lebih dari satu orang. Dengan inisial nama yang berbeda.

“Ayahku bilang ia hanya memberikan padaku karena ini dibuat dengan istimewa. Lalu ini?” Lisa dengan seksama memandangi, betapa persis desain keduanya. “Kenapa bisa ada orang yang istimewa lagi selain diriku?”

“Apa yang tidak aku ketahui?”







Gue balikk lageeeeee pemirsahhhh..😂😂😂😭😭😭
Hebat dih otaknya kenape dah😭😭 doain otaknye jalan lagi yahhh biar kalian gak nunggu lamaaa😭😭


Be With Me (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang