Revealed

1.2K 137 50
                                    

Ada yang masih meleukkk????!!!!
Gak tau harus berapa kali bilang sorry sekaligus makasih. Pokoknya buat siapapun yg nunggu dengan sabar😂😂i lap yu pullll❤️❤️❤️

Tidak, Rosie tidak menjawabnya. Setelah percintaan yang seolah tak ada ujungnya. Malah berakhir dengan gadis itu terlelap begitu saja. Menggantung segala tanya dan jawaban yang menunggu pucuk.

Gadis itu, tidak menjawab apapun. Tapi membiarkan ia bertanya-tanya hingga tak bisa tidur seperti ini. Bahkan ketika ia berusaha memejam, yang ia lakukan malah terus menatapi wajah tenang Rosie.

Dia tidak mendengkur seperti Jisoo. Rosie mengambil napas dengan lembut dan tenang, seolah tidurnya tidak terburu-buru. Seakan lelap membawanya berjalan pelan ke lantai di atas awan.

Seandainya ia melupakan sejenak saja segala masalah dan tanda tanya. Lisa juga ingin terlelap. Ikut mengalun lembut bersama langitnya. Tapi tak bisa. Jadi ia mengelus lembut dahi hingga turun ke belakang rambutnya. Mencium lembut, untuk kemudian beranjak bangun dengan hati-hati. Tak ingin siapapun ikut terbangun dengan geraknya bahkan ketika itu ada semut sekalipun.

Lisa menurunkan pelan kakinya ke lantai kayu yang terasa dingin ini. Membenarkan sedikit selimut untuk menutupi gadis itu dengan ketiadaan pakaiannya.

Ia bahkan menahan napas untuk bisa memakai celana entah siapa di atas lantai yang sembarang ia ambil. Asal jangan kedinginan, wanita itu malah memakai baju tidur yang dipakai Rosie—tadinya.

Sebab tak tahu dimana bekas bajunya saat ini. Oh, iya. Lisa ingat, ada di kamar mandi saat Rosie menelanjanginya untuk mandi bersama. Pasti sepasang pakaian itu sudah basah terkena air kemana-mana.

Jadi, ya sudahlah. Pakai saja apa adanya. Adanya baju tidur Rosie yang nganggur, ia pungut saja. Meski rasanya sedikit canggung dengan kain yang—ehm, terlalu feminin? Ini sebenarnya lebih mirip daster ibu-ibu muda. Warnanya pink lagi. Kalau Rosie yang pakai sih, jelas keliatan menggoda. Lah, kalau Lisa yang pakai? Seperti banci lampu merah. Ups, maaf para banci.

Lisa menghela napas untuk tidak terus menerus menatap tubuh kurusnya dengan pakaian sangat wanita itu. Apalagi kaca lemari Rosie tampak sangat besar, yang membuatnya jadi makin terpampang jelek. Ewh, banci. Ia jadi tidak cool lagi.

Eh, tapi kenapa lukisan ini sangat absurd?

Lisa sontak memandangi lukisan di samping lemari pakaian yang tampak ... Sangat lebih canggung terpajang di tembok itu—ketimbang penampilannya saat ini. Ia menatapi dengan seksama sebab Ayahnya dulu adalah pengoleksi beberapa lukisan.

Tapi, ini lukisan apa? Lisa memegang permukaan cat air dengan gambar sebuah bokong kucing menduduki kepala anjing.

“Apakah ini gambar pembully-an? Hehm.” Lisa bersedekap dada sementara jemari menari-nari di atas dagunya. Tampak berpikir dengan lukisan binatang ini. Siapa yang menggambarnya? Tidak buruk, tapi penggambarannya seperti kartun Tom and Jerry.

Ia pegang-pegang lagi permukaan lukisan itu hanya untuk merasakan goresan tiap kuasnya, tapi malah ia menekan terlalu kuat hingga membuat kertas canvasnya berlubang.

“Oh, no.” Lisa panik, aduh lukisannya jadi cacat. “Bagaimana ini?” Ia memegang kepalanya bingung. Mengedar segala pandangan mungkin saja menemukan sesuatu untuk menambal sebuah kesalahan.

Tapi jelas itu tidak mungkin. Sebab saat kau melakukan kesalahan, ujungnya kau harus bertanggung jawab bukan mencari sebuah tukang tambal. Namun malah Lisa menarik lepas si lukisan, barangkali selotip bisa menambal lubang itu dari belakang kertasnya. Menemukan selotip biasanya dalam laci, jadi ia menarik pelan laci dekat tempat tidur Rosie. Bukannya menemukan yang ia cari, ia malah menemukan foto kelulusan gadis itu dengan seragam polisinya.

What's this?” belum itu saja. Ia juga melihat foto Jisoo berfoto bersama dengannya, mungkin hari yang sama sebab seragam kelulusan mereka persis tak beda.

Mungkin Lisa salah lihat dalam remang kamar, ia mengucek mata untuk memperjelas pandangan. Tapi tidak, ia tidak salah lihat dan kamar ini cukup terang untuk melihat foto siapa ini. Sambil kembali berdiri dengan foto masih di tangan, pandangannya kembali terpana.

Lisa—baru-sadar akan penampakan di belakang lukisan yang sebenarnya menyembunyikan banyak foto dirinya, foto Jennie, orang tua Jennie, beberapa lelaki, perempuan dan entah siapa-siapa ini. Seolah semuanya terkait, foto itu terhubung satu sama lain dengan beberapa tanda merah, penjelasan serta lokasi.

What the ...” Lisa hampir saja mengumpat, bahkan tubuhnya mundur ke belakang yang makin memperjelas semua gambar itu. Memperjelas semua tulisan, foto, dan juga ... Tentang Chaeyoung, atau yang ia pikir entah siapa namanya, ketika memandangi lagi gadis yang tadinya lelap kini telah terduduk menatapi dirinya.

“Lisa-yah.” Rosie menggulung selimut untuk menutupi tubuhnya. Bergerak pelan seolah ia telah berada di tengah ranjau bahaya. Menatap wanita itu dengan tampang yang masih terkejut. Mungkin gerangan masih menyimpan tanda tanya, jadi mungkin sebaiknya ia berkata jujur. Percuma berpura lagi, sebab ia ketangkap basah setelah basah-basahan.

“Kau dan Jisoo Eonnie?” Lisa merapatkan kedua sisi alis tampak kesal, tapi juga berusaha menahan kemungkinan ia bakal marah. Karena ia sudah terlanjur melihat foto kelulusan itu. Mungkin tebakan lisa bisa jadi benar dalam memproses pikiran. Jadi ia ungkap segala kemungkinan tentang semua ini. Jika salahpun, biar gadis itu yang harus membenarkan.

“Apa selama ini Jisoo berada di samping Jennie hanya untuk mengikuti gerak-geriknya? Sedangkan kau dekat denganku hanya karena ingin melihat hal yang sama seperti yang Jisoo lakukan pada Jennie? Apa semua ini hanya rencana kepolisian? Apa kau pikir ini panggung sandiwara?” Lisa mengangkat tangan, melepas foto terlempar ke lantai penuh perpecahan, membuat gaduh hening malam. Jelas nada meningginya bisa bangunkan kucing kesiangan.

“Lisa—“ Rosie mencoba mendekat, sedikit saja untuk meraih lengannya. Tapi si Kurus menolak dan lebih memilih menghindar. Seolah percintaan yang sudah asik ini dengan mudah hancur begitu saja.

“Apa ada hal lain lagi yang kau tutupi, huh?!” Lisa ingin sekali mendengar penjelasan, tapi tiba-tiba kemarahan memuncak jika ia membayangkan semua tebakan benar. Kalau begitu ia tak perlu lagi dengar, bukan?

“Apa namamu bukan Chaeyoung?! Apa cintamu hanya bohong? Dan Jisoo mencintai Jennie juga bohong? Apa kalian gila?!” hampir mengamuk--membayang semua perasaan yang nyata itu adalah buatan--mata bahkan bergetar antara ingin kembali berteriak atau menangis, mungkin keduanya. Jadi daripada ia meledak lagi. Lisa lebih memilih keluar kamar dengan kasar, hampir mendobrak keras saat ternyata kedua penghuni rumah lain menatap pada dirinya.

Entah sejak kapan keduanya menguping, yang jelas muka Ibu-Anak itu panik dan hampir jatuh saat berhadapan langsung dengannya.

“Lisa Eonnie, aku sebenarnya adikmu.” Gadis muda itu mengaku, mengangkat satu tangan dengan muka ketakutan. Takut dilempar foto atau vas bunga atau apapun itu yang dia lemparkan tadi hingga berisik dan membuat ia serta ibunya panik dan auto-menguping.

“Saya sebenarnya istri kedua Ayahmu.” Wanita paruh baya itu mencoba tetap tegakkan muka, disamping sang anak yang ketakutan seolah akan diusir dari bumi.

What?!” Ja—aadi? Maksudnya? Aku—meniduri Rosie, yang adiknya adalah adikku? Kepalang pusing.

Belum memproses bagaimana bisa sang Ayah menikah lagi hingga punya anak sebesar ini. Otaknya malah nge-lag dan memilih shut down sementara. Lisa pingsan. Yang buat ketiganya panik berteriak bersamaan hanya untuk meraih tubuh kurusnya agar tidak langsung jatuh ke dasar lantai.

Ji Eun mendapat kepala, sang ibu mendapat tangan, sementara Rosie mendapat remasan baju tidur kesayangan hingga robek memperlihatkan sedikit lipatan bokong seksinya.

Sial, ini harus menyayangkan keadaan apa pakaian? Tapi ini baju tidur kesayangan? Sialll.

Be With Me (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang