Lisa melepas tautan bibir mereka, ia harus melakukannya meski terpaksa. Sebab hati tengah berkicau antara gembira dan rasa penasaran. “Aku suka padamu.”
“Aku tahu.” Rosie tersenyum manis, binar matanya sangat indah. Seolah rumah megah ini membuat kecantikannya makin bercahaya.
“Kau tahu?” Lisa menarik alis, apakah wajahnya sudah cukup menunjukkan keseriusan? Sebab ia ingin Rosie tahu, jika ungkapan ini bukan hanya gumaman omong kosong melainkan kata hati yang keluar lewat mulut.
“Kau bahkan sudah melamarku, bukan?”
Lisa tahu ia punya cara yang salah untuk mendekati Rosie, tapi kali ini tak ingin melakukan pembodohan pada segalanya. Ia ingin hati-hati dalam bertindak, dan serius menjalani sebuah hubungan.
“Aku tahu, kesan pertama mendekatimu sangatlah salah dan penuh kecerobohan. Tapi kali ini, aku berkata dengan serius. Bahwa aku menyukaimu, aku sangat ... menyukaimu.” Lisa jadi gugup, otot wajahnya bahkan bergetar menatapi ekspresi raut muka Rosie yang kelihatan tampak berpikir. Wah, tidak biasanya ia bermuka serius. Apa aku akan ditolak? Oh, no.
“Aku tahu aku sangat suka sekali membuat segalanya jadi terburu-buru. Maafkan aku, kamu tidak harus menjawabnya sekarang. Aku akan menunggumu jika kau ingin waktu.” Lisa mencoba mencairkan suhu ruangan yang terasa tegang-panas baginya. Lihat titik keringat yang kini muncul di dahi lebarnya.
Rosie menyelipkan sedikit rambut ke telinga, mengambil napas untuk kemudian bicara, “Lisa-yah, sejujurnya ... aku tidak bermaksud menolakmu. Kau ... baik, lugu, tampak keren, juga dengan semua ini.” Ia memutar tangan sambil mengedarkan pandangan--menunjukkan segala yang dimiliki Lisa. “Semua wanita pasti menginginkanmu.”
“Aku tidak menginginkan semua wanita, aku ingin dirimu.” Lisa meraih tangan lentik Rosie, memegang untuk digenggam dengan lembut, namun erat penuh perasaan.
“Kita tidak banyak mengenal Lisa-yah. Dan menjalani sebuah hubungan denganku rasanya menjadi sebuah nasib yang akan dipertaruhkan.” Ia tak ingin, di suatu waktu, Lisa akan meninggalkan sebab penyesalan datang menggerogoti hubungan. Rosie bukan hanya percobaan, selama ini ia abaikan lelaki yang mencoba serius dekat dengannya, mulai dari orang biasa hingga beberapa pelanggan yang benar-benar jatuh hati. Tapi tidak, ia tidak ingin memainkan sebuah cinta. Ketika ia bahkan tak pernah mendapatkannya di tempat pertama.
“Chaeyoung-ah, lihat aku.” Lisa menarik dagu Rosie yang mencoba hindari tatapan. Ia mengunci pandangan hingga wanita ini akhirnya diam termangu memandangi. “Aku tanya pada hatimu, apa kau juga menginginkan aku?”
“Lisa-yah ...” Rosie tidak yakin, apa ia sanggup membuka hati. Tapi Lisa ... Dia seperti takdir yang menggoda dan ingin menariknya dari suatu nasib.
“Chaeyoung-ah, berikan aku kesempatan. Berikan kita ... kesempatan.” Aku mohon. Lisa meraih wajah Rosie untuk kemudian menciumnya lagi, jika dia melepas ciuman, maka ia tahu jawaban akan pertanyaanya. Namun yang ia terima adalah tangan Rosie yang menarik leher, gerakan bibir terbalas, serta berat tubuh menaiki pahanya.
Lisa tersenyum dalam ciuman, hati berbunga dengan perut menggelitik getar ceria. Kekhawatirannya telah terjawab dengan sebuah kesempatan. Ia takkan menyia-nyiakan ini. Rosie, aku mencintaimu.
Lisa memagut dengan luwes, menjalarkan jemari pada punggung hingga pinggang Rosie. Ia miringkan kepala, memasukkan lidah, untuk kemudian memeluk sang wanita yang berada dipangkuan dengan ciuman panjang.
Dan saat napas terasa tercekat, keduanya butuh udara. Masih dengan dada bergetar penuh segala rasa, Rosie memegang kedua pipi Lisa. Menatap mata dengan pandangan sayu untuk berkata;
“Aku juga ... menyukaimu, Lisa.”
Senyum Lisa seketika melebar, untuk kemudian kembali meraih bibir Rosie, mengangkat tubuh ramping itu beranjak dari tempat mereka saat ini.“Tunggu,” Rosie melepas paksa ciuman mereka saat Lisa hendak mengambil langkah. “Kau yakin bisa menggendongku?” Rosie tidak ingin Lisa tumbang di tengah jalan padahal mereka tengah melakukan aktifitas romantis kelewat erotis. Nanti jadi tidak lucu, bukan?
“Oh, Nona Rosie, jangan meragukan kaki palsu mahalku.” Lisa menyeringai dengan wajah lucu, yang membuat Rosie tersenyum--hampir tertawa.
“Oh, maaf kalau mulutku lancang Miss Lisa, silakan lanjut yang akan kau lakukan.” Rosie memejam mata sambil tersenyum saat Lisa kembali mencium. Ia mengeratkan tangan melingkar pada bahunya ketika rasakan keduanya mulai bergerak, melangkah dengan pasti.
Meski perawakan kurus, Lisa jelas punya banyak kekuatan dalam membawa barang berat, lihat langkahnya yang tak gentar itu. Ia bahkan sudah seperti Superhero yang membawa pujaan hati berpindah ke tempat yang aman. Tapi sayangnya dia bukan, yang ada adalah Rosie malah menyenggol vas bunga besar di dekat tangga. Itulah akhibat dari kebanyakan gaya—berciuman sambil menggendong. Lisa pasti berpikir ia bisa melihat segalanya.
“Okay,” Rosie jelas langsung melepas ciuman mereka dan melihat dengan panik vas bunga bergetar yang hampir tumbang. Ia kemudian menatap Lisa dengan sedikit kepanikan. “Gendong aku saja, tidak perlu sambil berciuman seperti adegan dalam film. Aku tidak ingin jadi Jennie nomor dua yang merusak barang di rumahmu.”
“Ya, maaf, salahku tak melihat arah.” Lisa tersenyum melihat ekpresi kepolosan Rosie yang tampak di permukaan. Ia kemudian fokus melangkah menaiki tangga, mengeratkan tangan membawa Rosie naik bersama tubuhnya. Menuju kamar yang telah menunggu sang Tuan segera datang.
Sementara sang Tuan juga menunggu dengan tidak sabar. Namun Lisa mesti fokus melangkah, ia tidak ingin terpeleset tangga lalu mereka tewas sebelum adegan bercinta, jadi tidak lucu, bukan?
Ia sampai tersenyum sendiri memikirkan kekonyolan yang akan ia buat, membuat perempuan di hadapan wajahnya memberikan tatapan tanda tanya dengan senyum tiba-tiba Lisa. “Aku sangat ingin memilikimu.” Ungkap Lisa untuk menutupi senyuman anehnya, dan ia sangat lega ketika anak tangga terakhir terlewati, melangkah perlahan menuju pintu masuk kamarnya.
“Well, I'm all yours tonight, Miss. Do whatever you wanna do.” Rosie mengerling genit, yang membuat Lisa kalap dan tahu-tahu tubuhnya jatuh di tempat tidur lalu mulutnya dibungkam oleh bibir Lisa dengan banyak gaya pagutan; mulai dari atas ke bawah, lalu kepalanya yang miring ke kanan dan ke kiri.
“Kamu sangat suka sekali dengan ciuman, Miss.” Rosie bicara ketika Lisa melepas ciuman untuk melepas tali-temali yang mengeratkan di belahan dadanya.
“Aku jelas suka menciummu, Nona Rosie. Dan jangan mencoba mengelak bahwa kau sebenarnya juga menyukainya.” Lisa bernapas berat ketika ikatan tali dari pakaian Rosie akhirnya melonggar, lalu ia bisa menurunkan pakaian itu dari bahu, namun mulutnya tak sabar dengan mengikuti tangan untuk menciumi perpotongan bahu mulus Rosie.
“Aku sama sekali tidak berpikir untuk menyangkalnya.” Rosie memejam mata dengan tangan merambat dari bahu Lisa sampai kepala wanita yang kini sibuk menjejaki ciuman pada lehernya. Sementara satu tangan lain telah masuk ke dalam celana Lisa untuk meraba yang ada disana.
Yang justru tangan nakal Rosie membuat sang empu makin menjadi, Lisa menarik lepas dress yang dipakai lantas melemparnya hingga menghantam tembok malang. Sekalian ia melepas juga kemeja putihnya, melorotkan celana untuk kemudian kembali menindih dan menggesek tengah selangkangan yang sudah panas-tak-sabaran.Rosie mencengkeram rambut kepala Lisa sambil menerima ciumannya, ia padahal ingin mendesah saat merasakan betapa keras tengah selangkangan Lisa saat ini. Dan menggesek tanpa melepas celana dalam hanyalah membuat basah--makin buat tak sabaran.
“Lisa-yah ...” Rosie mendesah dengan napas berat, ia mencoba menarik lepas celana dalam Lisa sedang wanita itu sangat sibuk mencumbu dada dan tak berhenti menggesek tengahnya dengan miliknya. Ia ingin sekali merobek sisa kain yang terpasang pada tubuh mereka tapi sentuhan Lisa malah membuat terlena dan yang ada ia hanya pasrah saja.
“LALISA!!!” Jisoo menggebrak pintu kamar terbuka lebar, hingga daun pintu menabrak tembok dengan brutal. Suaranya menggelegar sampai mengagetkan kedua sejoli yang tengah panas-panasan di tengah ranjang—semi telanjang.
“Unnie!”
GUYSSSS, GUE LUPA CARANYA BIKIN NC😂😂😂😂
